Cinta Langit Yang Tersembunyi
"Okay, latihan kita hari ini sudah cukup.Kalian berlatih lagi di rumah dan kita akan bertemu lagi minggu depan." Mentari mengakhiri kelas tarinya untuk hari ini.
"Kak lomba dance untuk tingkat nasional bulan depan apa kita jadi ikut?" tanya Lea.
"Jadi dong. Mulai Minggu depan yang terpilih akan mulai latihan intens. Are you ready guys ?" Mentari berusaha memberi semangat pada anak didiknya
"Ready!!" jawab penuh semangat anak didik Mentari.
Mentari tersenyum bahagia melihat kekompakan dan perkembangan penguasaan tari anak-anak didiknya.
Kini saatnya dirinya pulang setelah seharian beraktivitas.
Setelah murid-muridnya satu per satu meninggalkan Sanggar. Kini giliran Mentari pun meninggalkan sanggar tari tempatnya berlatih dan bekerja.
Mentari adalah gadis yatim piatu ia hanya hidup bersama neneknya yang sudah tua renta.
Kedua orang tua nya telah meninggal dunia dalam kecelakaan tragis, saat menjemput si kecil Mentari sepulang sekolah. Kedua orangtuanya mengalami cidera yang sangat parah di kepala. Hingga merenggut nyawa mereka di tempat.
Syukurlah Mentari kecil hanya mengalami lecet dan memar yang tak berarti. Sejak saat itu Mentari kehilangan kedua pelindung dan penjaga serta sumber kasih sayangnya selama ini.
Tetapi karena Mentari kecil waktu itu masih terlalu kecil untuk memahami dan mengerti tentang arti kematian sesungguhnya. Ia pun belum memahami sepenuhnya apa yang telah terjadi serta imbas dari kecelakaan itu terhadap perjalanan kehidupannya setelahnya.
Sejak peristiwa itu Mentari hidup hanya berdua bersama neneknya. Mentari kecil pun sangat menikmati kebersamaan dengan sang nenek.
Mentari benar-benar belum mengerti dan memahami apa yang telah menimpa dirinya. Ia selalu menikmati dan mensyukuri hari-hari bersama sang nenek.
Nenek selalu mendidik, tentang rasa syukur dan menikmati hidup yang diberikan pada kita. Apapun itu bentuknya baik kebahagiaan ataupun kesedihan.
Karena keduanya diijinkan terjadi dalam hidup kita dengan alasan yang tepat. Baik kebahagiaan dan kesedihan yang kita alami selalu mempunyai alasan masing-masing dibalik itu. Dan hanya Tuhan lah yang tahu yang terbaik buat kita apakah dengan cucuran airmata ataukah sorak sorai kegembiraan.
"Aku pulang duluan ya!" pamit Mentari pada temannya.
Rumah Mentari dengan Sanggar letaknya tidak terlalu jauh. Ia biasa pulang pergi jalan kaki.Begitu pula malam ini.
Mentari melihat ke arah langit saat tubuh mungilnya diterpa angin malam yang bercampur air basah.Langit tampak gelap tidak ada satupun bintang terlihat disana.Bahkan sinar bulan pun seperti malu untuk menunjukkan sinarnya pada bumi.
"Sial sepertinya akan turun hujan nih." batin Mentari.Tiupan angin yang menerpa tubuh mungilnya sukses membuat Mentari memeluk tubuhnya menghangatkan diri
Mentari mempercepat langkah kakinya berlomba dengan turunnya air yang akan membasahi bumi.
"Pantas siang tadi udara sangat panas ternyata malam ini akan turun hujan." gumam Mentari.
"Bentar dong hujan, tunggu bentar ya. Beberapa blok lagi sudah sampai kok." tawar Mentari pada sang hujan.
Tetapi sang hujan Sepertinya tak mampu menunggu lebih lama lagi. Ia menumpahkan airnya ke bumi begitu saja dalam jumlah yang banyak.
Mentari pun kebingungan mencari tempat untuk berteduh. Gemuruh dadanya semakin berdetak keras. Walau di bawah guyuran air hujan tubuh Mentari berkeringat.
Mentari terus berlari sambil sebentar-sebentar mendongak ke atas.Sambil mulutnya menceracau tidak jelas.
Ketika ia melewati taman kota, Mentari melihat sebuah pohon besar yang kokoh berdiri dengan daun lebatnya di tengah taman.Pohon besar itu seolah memanggilnya untuk berteduh padanya.
Sesaat Mentari bimbang, ia pernah mendengar ada yang melarang untuk kita berteduh di bawah pohon ketika hujan turun.
Tetapi pohon itulah saat ini yang terdekat untuk ia jangkau, sebagai tempat berlindung. Ada yang sangat ia takutkan jika hujan turun. Karena itulah ia harus secepatnya mencari tempat berlindung.
Sedikit nekat Mentari pun berlari dan berteduh di bawah pohon yang terlihat kokoh tadi.
Ternyata dugaannya benar. Pohon ini memiliki daun yang sangat lebat sehingga mampu menahan dari tetesan air . Pohon ini adalah satu-satunya tempat terbaik untuk dirinya berlindung saat ini.
Tubuh Mentari menggigil kedinginan. Bajunya basah karena air hujan. Ia hanya berusaha menghangatkan tubuhnya dengan memeluk dirinya sendiri. Ada yang sangat ia khawatirkan bila hujan datang.
Dan benar saja. Tidak lama kemudian yang ia takutkan datang.Petir datang dengan suaranya yang begitu memekakkan telinga.Kilatan demi kilatan saling menyambar tanpa henti.
Suara menggelegar itu berulang beberapa kali hingga membuat Mentari tanpa ia sadari mencengkeram kuat lengan seseorang yang sedang berdiri disampingnya.
Mentari sangat pobia dengan suara petir dan kilatan cahayanya yang membuat dirinya kembali terbawa pada kenangan waktu ia mengalami kecelakaan bersama kedua orang tuanya dulu.
Lelaki di sebelah Mentari meringis menahan rasa sakit akibat cakaran kuku Mentari. Tetapi ia sengaja membiarkannya walaupun beberapa pengawal yang mengikutinya hendak memberitahu Mentari untuk menjauh dari tuan muda nya.
Tetapi laki-laki itu mencegahnya dengan memberikan kode pada pengawalnya untuk membiarkannya saja.Karena ia tahu gadis disebelahnya ini hanyalah ketakutan akan bunyi petir yang menggelegar.
Setelah petir pergi dan suasana malam kembali hening, hanya bunyi hujan yang masih mendominasi.
Mentari tersadar bahwa dirinya tadi mencengkeram kuat lengan seseorang di sebelahnya untuk menahan rasa takutnya pada petir dan teman-temannya.
"Maaf." ucap lirih Mentari saat ia menyadari kelancangannya tersebut.
Lelaki itu hanya tersenyum samar, sedikit menahan rasa sakit
Mentari pun melirik ke arah lengan lelaki itu tempat dimana ia tanpa sengaja berpegangan kuat padanya.
Ternyata meninggalkan bekas luka akibat cakarannya sewaktu mencengkeram kuat di lengannya tadi.
Mentari mencoba memeriksa lengan lelaki itu.Dan ternyata benar akibat dirinya lengan lelaki tak dikenalnya itu terluka .
Segera Mentari merogoh tasnya mencari sesuatu. Setelah dapat yang ia cari, lalu ia pun menempelkan plester luka pada lengan lelaki itu.
"Tarii!! " teriakan Andin sahabatnya yang melihat dirinya sedang berteduh.
Mentari pun menoleh dan melambaikan tangannya pada sahabatnya itu.
"Ayo ikut aku!" ajak teman Mentari
Tanpa pikir panjang Mentari langsung berlari dan meninggalkan lelaki itu sendiri bersama para pengawalnya.
Setelah Mentari menghilang dari pandangan bersama mobil yang membawanya. Langit menyentuh lengannya yang tadi sempat berdarah sedikit.
Ia tersenyum saat mengetahui plester di lengannya bergambar Doraemon.
Langit adalah anak tunggal dari keluarga Hadi Prawiro konglomerat terkenal di kotanya.
Karena persaingan bisnis yang tidak sehat. Langit sejak kecil selalu pergi di dampingi pengawal pribadinya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Karena banyak yang mengincar proyek yang selalu dimenangkan oleh perusahaan ayahnya, sehingga musuh-musuh bisnis orang tuanya itu terkadang mengincar dirinya untuk menekan orang tua Langit.
Begitulah kehidupan Langit bagaikan burung di dalam sangkar emas. Tetapi Langit bukanlah anak manja walaupun kehidupannya serba berlebih.
Jiwa pekerja keras dan ulet yang diturunkan dari ayahnya mampu menjadikan Langit lelaki yang tangguh tetapi berhati lembut.
Langit memiliki wajah yang cukup tampan serta bertubuh tinggi dan kekar. Ia juga selalu mendapatkan nilai tertinggi di setiap jenjang pendidikan yang ia tekuni.
Beberapa kali juara bela diri jujitsu, karate dan Taekwondo. Walaupun bekal ilmu bela diri Langit sudah sangat mumpuni tetapi tetap saja keluarga mengharuskan pengawal pribadi Langit tetap mendampinginya kemana pun ia pergi
Ibarat kata orang, Langit adalah sosok menantu idaman emak-emak seluruh negeri.
...................................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
Assalamualaikum aq mampir ya thor
2023-05-30
8