Langit mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.Dalam pikirannya saat ini yang ada hanyalah kabur dari rumah sejauh-jauhnya. Ia mematikan semua ponsel nya agar tidak ada yang bisa menemukan dan memaksanya pulang untuk berkenalan dengan anak pak Rahman. Termasuk para pengawalnya.
Tin.... tin ...
Suara klakson mobil Langit berbunyi berulang kali. Tiba-tiba ada sebuah sepeda motor memotong jalannya.
"Sialan!" umpat Langit. Jantungnya terasa berhenti sesaat ketika tiba-tiba sepeda motor itu memotong jalannya.ketika mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi.
Seluruh tubuh Langit terasa melemas syok. Perlahan ia menurunkan kecepatan laju mobilnya.seolah disentil oleh Yang empunya hidup.Langit menarik napas dalam dan menata kembali detak jantungnya yang sempat terasa hilang lalu berdetak dengan sangat cepat. Kini perlahan detak jantung nya mulai kembali berdetak normal.
Langit perlahan meminggirkan mobilnya dan berhenti di tepi jalan.Sejenak Langit menghela napas dan mengucap syukur masih diselamatkan dari kemungkinan besar terjadinya kecelakaan tadi.
Ia mengambil sebotol air mineral yang ada di mobilnya, dan membuka tutupnya lalu meminumnya hingga habis untuk menormalkan kembali perasaannya.
"Thanks God You saved me." ujar Langit sambil memegang dadanya.
Setelah berhenti sejenak menetralkan kembali perasaannya.Langit pun kembali menjalankan mobilnya.Tetapi kali ini ia mengemudikan mobilnya dengan lebih tenang.
Sudah hampir dua jam lebih. Langit berputar-putar di jalan bersama mobilnya, tanpa tahu tujuan pastinya. Dan dalam pikiran kosong.
Tiba-tiba terdengar bunyi nyaring yang berasal dari perutnya."Uppss" Langit memegang perutnya.Ia baru sadar perutnya kosong sejak tadi pagi.
"Hmm, sepertinya aku harus mencari tempat makan." batin Langit.
Langit pun membawa mobilnya menuju ke sebuah mall yang terdekat.Setelah ia memarkirkan mobilnya, Langit pun langsung menuju beberapa resto yang berjajar di dalam food court mall.
Ketika memilih-milih hendak makan dimana, mata Langit tertuju pada sosok dua wanita yang sedang asyik mengobrol sambil makan.
Langit menyipitkan matanya untuk lebih meyakinkan diri dengan apa yang ia lihat."Bukannya itu...?."
🌸🌺🌸
Di Rumah Bapak Hadi Prawiro.
"Bagaimana. kalian sudah menemukan Langit?" Tanya pak Hadi dengan nada keras pada para pengawal anaknya melalui ponselnya.
"Bodoh! Kalian ini bagaimana sih mencari satu anak saja tidak mampu.Hendrik!!!!" teriak pak Hadi.
Tidak lama kemudian seorang laki-laki gagah mendatangi pak Hadi dengan wajah tegang. Dan ada sorot mata khawatir tersirat dari matanya.
"Iya pak!"
"Bagaimana, kamu sudah ngelacak posisi mobil Langit sekarang ada dimana? " desak pak Hadi.
"Anu pak.... itu..."
"Anu apa?Jangan bilang kamu juga tidak bisa ngelacaknya?" bentak pak Hadi sewot.
"Tuan muda mematikan GPS mobilnya bos, Jadi tidak bisa kita lacak." jawab Hendrik pasrah. Ia sangat takut dengan reaksi bos nya setelah mengetahui anaknya tidak bisa dilacak keberadaannya. Karena ia paham sekali sifat bosnya itu tidak bisa menerima kata tidak bisa ataupun gagal.
"Bodoh! Kalian semua tidak becus! Disuruh mengawasi satu anak saja tidak ada yang bisa! " bentak pak Hadi ayah Langit
"Pa..sudah pa, emosinya ditahan dulu Keluarga pak Rahman sebentar lagi sudah sampai." Mama menyampaikan kabar terbaru dari keluarga Rahman. Sedikit panik karena Langit kabur dari perjodohan yang mereka rencanakan.
"Bagaimana ini pa, mama takut mereka tersinggung, kalau tahu Langit kabur." gemetar suara mama menyampaikan pemikirannya.
"Tenang ma." Pak Hadi terlihat berpikir keras,sambil berjalan mondar mandir mencoba mencari alasan yang tepat akan ketidakmunculan Langit dalam perjodohan hari ini.
"'Kalian pergi semua! Cepat ! Bikin kepala makin panas saja, melihat kegoblokan kalian." usir pak Hadi pada kaki kanannya.
Dengan sigap pengawal Langit dan Hendrik, orang kepercayaan pak Hadi segera bergerak meninggalkan tempat.
"Tunggu! Aku mau, kalian pantau terus sampai kalian bisa menemukan posisi Langit saat ini.Bila berhasil menemukannya cepat bawa dia pulang ada bonus besar bagi siapa saja yang bisa menemukan dan membawa pulang Langit " perintah pak Hadi.
"Siap pak.Laksanakan." jawab kompak para pegawai pak Hadi.
Setelah satu masalah ia selesaikan. Pak Hadi kembali berpikir cara untuk menghadapi keluarga pak Rahman.
"Begini saja ma, kita bilang saja anak kita ada meeting dadakan dengan kliennya dan tidak bisa ditunda. Karena menyangkut proyek besar.Tapi kalau meeting berjalan cepat Langit akan langsung bergabung dengan kita disini." jelas pak Hadi.
"Bagaimana ma?" lanjut pak Hadi meminta pendapat istrinya.
"Hmm, baiklah."jawab singkat bu Hadi pasrah.
.........................................
Di sebuah Mall.
"Kamu tetap akan ke sanggar malam ini?" tanya Andin.
Sambil mengunyah makanannya Mentari menjawab,"Iya, aku harus tetap latihan untuk persiapan lomba dua minggu lagi."
Mentari mengambil minumnya lalu menyedotnya."Okay, aku duluan ya.Terima kasih sudah menemaniku ke dokter." Mentari sudah bersiap akan meninggalkan Andin.
"Tar.., apa gak lebih baik kamu ambil cuti dulu? Pulihkan kesehatan mu terlebih dahulu baru minggu depan kamu kembali ngelatih anak-anak lagi " saran Andin.
"Gak bisa ndin, aku takut gak cukup waktunya untuk latihan. Ini sudah sangat mepet lho waktunya." sahut Mentari.
"Kan bisa kamu gantikan ke guru yang lain untuk sementara." saran Andin.
"Gak bisa. Hanya aku yang tahu detail tarian itu " jawab kekeh Mentari.
"Sudah ya, aku berangkat dulu.' lalu Mentari pun meninggalkan Andin sendiri
Tidak jauh dari tempat Andin dan Mentari ngobrol. Terlihat ada sosok laki-laki yang sejak tadi mengawasi mereka. Dan diam-diam ia mengikuti Mentari.
"Benar ternyata itu Mentari dan Andin" ucap lirih Langit.
Langit secepat mungkin menuju ke tempat parkir.Dan memantau Mentari dari jauh.Ia pun mengikuti kemana taxi membawa Mentari pergi.
"Hmm,kok beda dengan alamat yang diberikan Andin?" Langit meneliti sekeliling dimana ia berada saat ini.
"Apa iya temennya memberikan alamat palsu padaku?"pikir Langit.
"Sanggar Tari? Hmm latihan menari disini rupanya dia." tebak Langit.
Tidak lama kemudian setelah menunggu beberapa menit setelah Mentari masuk Sanggar. Langit pun degan kepo nya menyusul Mentari ke dalam.
"Selamat sore. Permisi mau tanya, apa benar nona Mentari Cantika latihan menari di sini?" tanya Langit.
"Mentari??"
"Iya.Tadi dia bilang baru saja nyampe sanggar." Langit mencoba mengorek keterangan lebih banyak dari dua resepsionis Sanggar.
"Ohh kak Mentari. Iya benar baru saja dia datang. Kak Mentari guru tari disini.Tapi sekarang kak Tarinya masih mengajar." jawab salah satu resepsionis Sanggar.
"Ada perlu apa ya kak? Mau daftar tari atau kakaknya ini dancer juga seperti kak Mentari?"
"Oh bukan saya bukan dancer. Tapi ssya ingin ikut latihan juga. Bisa ya kalau mau daftar? tapi saya sama sekali belum punya pengalaman latihan menari." celetuk Langit yang tiba-tiba muncul ide nakalnya.
"Bisa kak! Nanti saya masukan kelas pemula. Tapi latihannya baru dimulai satu setengah jam lagi, kalau untuk pemula." jelasnya.
"Tapi saya mau, gurunya Mentari bisa? Saya gak mau kalau yang lain." ucap maksa Langit.
Kedua resepsionis tadi tersenyum samar."Bisa kak, saya daftarkan sekarang ya, bisa lihat kartu indentitas nya kak, untuk kami daftarkan?"
"Boleh, tapi saya tinggal dulu ya saya kembali satu setengah jam lagi.Ini kartu indentitas saya." Langit memberikan kartu identitasnya. Lalu pergi meninggalkan Sanggar.
Dengan senyum nakalnya Langit hendak memberi kejutan. pada Mentari teman barunya."Sekarang cari makan dulu.Nah itu ada tukang bakso." Langit akhirnya mengisi perutnya dengan makan bakso pinggir jalan.Tadi sewaktu di food court Mall ia batal makan karena melihat Mentari dan langsung menguntitnya.
Untuk sementara Langit menikmati kebebasannya lepas dari para pengawalnya. Jajan dan nongkrong di pinggir jalan adalah nikmat tersendiri yang sangat jarang ia lakukan.
"Hmm indahnya hidup tanpa dikelilingi bodyguard papa " ucap lirih Langit.
Satu setengah jam setelahnya Langit segera masuk kembali ke dalam Sanggar.Ia melihat beberapa murid kelas sebelumnya sudah mulai meninggalkan Sanggar.
"Permisi mbak,Kartu indentitas saya sudah selesai?" tanya Langit.
"Oh sudah kak.Kakak bisa langsung masuk kelas sekarang."
"Dimana ya kelasnya?" tanya polos Langit.
Lalu Resepsionis Sanggar itupun memberitahu letak kelas yang akan diikuti oleh Langit.
Setelah mendapatkan penjelasan yang konkrit.Langitpun melangkah menuju ke kelas tarinya.
Ia pun langsung masuk ke kelas. Sudah ada beberapa orang yang datang untuk latihan .Baik cowok maupun cewek.
Semua mata memandang kagum ke arah Langit saat ia masuk ruangan kelas . Akhirnya bisik-bisik riuh terdengar di kelas itu. Langit menyapukan pandangannya ke seluruh kelas tapi ia tidak melihat Mentari disana.
Langit menyatukan kedua alisnya sambil berpikir."Dimana dia? Tadi aku sudah bilang dengan jelas hanya ingin masuk ke kelas Mentari.Awas saja kalau salah kelas." batin Langit.
Kemudian ia duduk di pojok dan berkenalan dengan beberapa orang di dekatnya.
'Benarkan ini kelasnya Mentari?" selidik Langit untuk lebih meyakinkan dirinya berada di kelas yang tepat.
"Iya benar. Kak Mentari guru hebat ia sangat telaten jika mengajar." puji salah satu murid Mentari.
Langit pun membalasnya dengan senyuman.
Tidak lama kemudian Mentari pun masuk ke dalam kelas.
"Tuh! Kak Mentari sudah datang." tunjuk Ilham.
Langit terpukau dengan kecantikan Mentari dalam balutan pakaian latihan menarinya. Dengan rambut yang di kuncir ekor kuda.Menambah keeleganan Mentari.
"Selamat sore semuanya. Oh ya, saya diberitahu tadi kalau di kelas kita hari ini ada murid baru. " Mentari terlihat sedang mencari file nama murid baru nya.
"Bisa berdiri dan perkenalkan namanya, sebelum latihan kita mulai?" tanya Mentari masih mencari data murid barunya yang ke selip entah kemana.
"Nama saya Langit."
Mentari terdiam sesaat, berhenti mencari kertas berisi data anak baru di kelasnya.
"Suara itu .. sepertinya aku pernah mengenal suara itu. Langit??" pikiran Mentari kemudian tertuju dengan teman barunya yang ia kenal di taman sewaktu hujan turun sepulang dari Sanggar.
Mentari pun menengok ke arah asal suara.Dan betapa terkejutnya dirinya, hingga Mentari menelan salivanya sendiri.Saat mengetahui Langit dengan plester Doraemon di tangannya berdiri di depan kelasnya.
"Kamu??"
Langit melempar senyum terbaiknya, pada Mentari.
Senyuman yang mampu membuat setiap gadis yang melihatnya meleleh.Begitu juga dengan Mentari.
.......................🤍❤️🤍.................
Ikuti terus kelanjutannya ya...
Terus dukung Langit dan Mentari agar Author lebih semangat untuk lanjut.
Happy Reading.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments