Mentari benar-benar terkejut dengan kemunculan Langit di kelas tari nya.
Ia sangat tahu sekali gestur Langit yang kaku dan laki banget. Sepertinya tidak mungkin bisa mengikuti ketukan nada sebuah musik untuk menggerakkan tubuhnya menjadi sebuah tarian indah.
Untuk beberapa detik Mentari dibuat terdiam dan kaget oleh Langit
"Emmm, bisa kita bicara di luar kelas sebentar " sambil memberi kode pada Langit untuk mengikutinya.
Mentari ingin bertanya langsung pada Langit akan keseriusan nya mengikuti kelasnya.
Sesampainya di depan kelas.Mentari menatap lekat Langit, begitu juga Langit.
Belum sempat Mentari bertanya tentang maksud ia mengikuti kelasnya.Bunyi ponsel Langit berdering.
Sekilas terlihat raut wajah Langit tampak terkejut mendengar bunyi ponselnya sendiri. Dan detik berikutnya berubah kesal.
Mentari menyipitkan matanya mencoba memahami arti dari perubahan sorot mata dan raut wajah Langit.
"Maaf Bu guru cantik, saya ijin angkat telepon sebentar ya.Gak sampai lima menit kok." ijin Langit sambil mengedipkan sebelah matanya pada Mentari.
Mentari masih terbengong dibuatnya. Tanpa memberi waktu lebih banyak lagi untuk Mentari menjawab, Langit sudah melipir menjauh untuk menerima telepon.
Terlihat ada sedikit keributan dengan lawan bicaranya di ponselnya. Tidak lama kemudian Langit pun kembali menemui Mentari.
"Tari, maaf aku ada urusan mendadak yang harus aku selesaikan sekarang. Latihan kali ini aku ijin dulu ya." dengan wajah memohon.
"Kamu serius mau ikut latihan?" tanya Mentari.
Langit mengangguk cepat."Latihan berikutnya akan aku tunjukkan tarian yang aku kuasai.Please beri aku kesempatan." ucap Langit memohon.
Melihat kesungguhan Langit, sekaligus penasaran juga dengan kemampuannya menguasai sebuah tarian. Mentari pun memberi kesempatan Langit untuk menampilkan tarian yang ia kuasai di hadapannya dan murid-murid lainnya
"Terima kasih.Aku janji aku tidak akan mengecewakanmu." Kemudian Langit pun melangkah pergi meninggalkan Mentari yang masih berdiri memandangi dirinya.
.......................................................
Di luar sanggar telah menunggu beberapa pengawal pribadinya.
Karena tadi Langit sempat menyalakan ponselnya.Otomatis keberadaan dirinya seketika itu juga dapat terlacak.Dan tanpa ingin mempermalukan tuannya para mengawal tadi tidak langsung masuk menemui Langit tetapi memberitahunya melalui telepon bahwa mereka menunggunya di luar.
Melihat tuannya keluar dari Sanggar. Salah satu pengawal menghampirinya.
"Maaf tuan muda, bos besar marah besar. Kami diperintahkan untuk membawa pulang tuan muda secepatnya." ucap salah seorang pengawal pribadi Langit.
Langit hanya menepuk pundak pengawal tersebut dan tersenyum kecut. Ia sangat tahu hal itu.
Sebenarnya hubungan Langit dan para pengawalnya terjalin baik. Bagaimanapun juga Langit sadar mereka hanyalah menjalankan perintah.
Langit memberi kode kepada mereka untuk membiarkannya membawa mobil sendiri.
"Tapi tuan, kalau bos besar tahu kami -----" belum selesai bicara, Langit memotong ucapan salah satu pengawalnya.
"Aku akan ikut kalian, kalau sudah dekat rumah." lalu seolah tidak ingin berdebat lagi Langit masuk ke dalam mobilnya dan kemudian mengemudikannya menuju rumahnya.
Dengan patuh dan mengenal sifat tuan mudanya itu. Yang sebenarnya baik hati tetapi orang tuanya lah yang terlalu mengekang.Dan membatasi ruang gerak anaknya.Para pegawai itu pun memberi kebebasan untuk Langit membawa mobilnya sediri.
Karena seringnya bersama tuan mudanya.Para pengawal itu pun terkadang sering berkerjasama dengan Langit agar Langit bisa melakukan apa yang ia suka tanpa keikutsertaan mereka di dekatnya.
Dan semua itu tentu saja tanpa sepengetahuan orang tua Langit. Asalkan kalau bos besar perintahkan agar segera kembali pulang, mereka pun kembali pulang bersama tuan muda.
Tanpa terasa perjalanan menuju rumah Langit pun sudah hampir sampai. Langit mengurangi kecepatannya lalu minggir dan berhenti di tepi jalan.
Seperti sudah mengerti apa yang harus mereka lakukan. Dua orang pengawal menghampiri mobil Langit dan menggantikan posisinya untuk menyetir mobil menuju rumah kediaman pak Hadi Prawiro, ayah Langit.
Rumah mewah yang terlihat begitu asri dan nyaman itu.Tidak terlihat menarik dan membuat nyaman bagi Langit untuk pulang ke rumah itu.
Rumah itu hanya terlihat indah di luar tapi dingin di dalam.Tidak ada kenyamanan yang di dapatnya disana. Tidak ada rasa kekeluargaan disana yang ada hanyalah hubungan antara bos dan pegawainya. Itu yang dirasakan oleh Langit.Semua yang dilakukan harus sesuai kehendak bos besar yaitu ayahnya. Jika boleh memilih Langit lebih senang menghabiskan waktunya di luar daripada di dalam rumah itu.
Segala fasilitas yang ia dapatkan disana, sekaligus sebagai anak tunggal Hadi Prawiro tidak bisa membuat hati Langit bahagia. Bahkan di tengah keramaian pun hatinya terasa sepi.Tidak ada saudara dan orang tua sebagai keluarga yang bisa menghangatkan hatinya.
"Tuan, kita sudah sampai." ucapan mengingatkan dari pengawalnya yang membuyarkan lamunan Langit seketika.
"Oh iya. Terima kasih." Langit menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya ia turun dari mobilnya dan melangkah masuk ke dalam rumah, yang sebenarnya hanya bangunan nya saja yang bisa disebut rumah. Bukan rumah tempat berpulang yang memberinya kenyamanan dari kepenatan aktivitas sehari-hari nya.
Dengan langkah mantap dan siap meghadapi kegalakan dan kediktatoran ayahnya. Langit hanya bisa pasrah.Ia hanya yakin suatu saat ia akan bisa menaklukkan keegoisan orangtuanya.
"Nah ini dia! Anak sok jagoan. Kabur dari acara penting dan menghilangkan semua jejak." sambut ayah Langit.
"Sudah merasa hebat ya? Puas kamu sudah membuat papa mama malu di depan calon besan dan menantu ?" cerca Pak Hadi.
Langit memicingkan kedua matanya."Calon besan dan menantu? Kenapa sih papa dan mama selalu suka mengambil keputusan tanpa bertanya pada Langit? Langit ini sudah dewasa pa ...ma..Langit sudah sangat tahu dan paham apa dan mana yang terbaik buat hidup Langit.Please hargai Langit sebagai anak. Bukan seperti pegawai papa yang harus selalu tunduk dengan peraturan yang papa buat." Langit pun kemudian meninggalkan kedua orang tuanya masuk dan mengunci diri di kamar.
"Langit!!" teriak pak Hadi.
"Tuh lihat ma! Anakmu itu, yang suka kamu manjakan.Jadi kurang ajar dengan orang tua.Sudah berani melawan dia!" tunjuk pak Hadi ke arah kamar Langit.
Langit yang masih sempat mendengar teriakan ayahnya itu. Hanya menarik napas panjang lalu melepas bajunya dan masuk ke dalam kamar mandi.
Dibawah guyuran air yang keluar dari kran shower . Ia membiarkan air yang mengalir itu membersihkan tubuhnya dari segala kepenatan yang ia rasakan.
Untuk sejenak guyuran air hangat yang membasuh tubuhnya memberinya kenyamanan dan ketenangan jiwa.
Setelah selesai dan merasa cukup, Langit segera keluar dari kamar mandi. Ia meraih T-shirt putih dan celana pendek untuk digunakan beristirahat.
Tangan Langit meraih Headphone yang tergeletak di meja, lalu ia mendengarkan musik kesukaannya dan membaringkan tubuhnya lalu berusaha untuk tidur dan melupakan semua keruwetan hidup yang disponsori oleh ayahnya itu.
Teriakan saling menyalahkan antara papa dan mamanya.,masih terdengar samar. Langit pun menambah volume musik yang di dengarnya agar tidak lagi mendengar pertengkaran kedua orangtuanya.
.............................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments