Calon Ayah Tiri
Daisy, saat itu masih berusia 6 tahun, ketika melihat ibunya datang dalam keadaan mabuk dan mencium laki-laki tak di kenal ketika turun dari mobilnya.
Daisy duduk di anak tangga menuju kamarnya yang hanya berukuran 2x2,5 meter. Anak Tangga itu, kebetulan berhadapan langsung dengan pintu masuk.
Rumah yang berukuran 6x7 itu, hanya memiliki 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur dan ruang tamu.
"Hai... Anak manis, kamu belum tidur?" ucap Laura melihat Daisy.
Laura yang masih berusia 22 tahun itu, lalu terduduk di sofa.
"Kamu kenapa ke sini? Setiap mabuk kamu ke sini, tapi kalau kamu senang-senang, kamu gak ingat sama suami dan anakmu." ibu mertuanya bernama Ibu Anita memarahi menantunya.
"Bu, udahlah. Gak usah marah-marah. Aku lagi pusing. Bisa gak, ibu tidur aja. Sekalian bawa anak itu, dia seperti anak-anak di film horor duduk di tangga seperti itu." sambil menunjuk ke arah Daisy.
Tak lama kemudian, Nevan suaminya pulang dari kerja. Daisy lalu berlari ke arahnya dan memeluk ayahnya itu. Nevan menunduk membalas pelukan Daisy.
"Ayah... Daisy malam ini mau tidur dengan Ayah." Daisy berbisik pada Nevan.
Daisy adalah anak yang sangat ceria, jika berada di sekitar ayah dan ibu Anita saja.
"Ya sayang, kamu masuk aja duluan. Ayah mau bicara dengan mamamu dulu."
Daisy pergi masuk ke kamarnya.
"Dengar, apa kamu harus memperlihatkan dirimu yang seperti ini ke putrimu?" Nevan berbisik dan marah.
"Kita sudah memutuskan untuk hidup masing-masing. Kamu tidak bisa hidup miskin denganku. Jadi kamu memutuskan kembali ke orang tuamu yang kaya raya itu. Jadi jangan kembali ke sini lagi." Nevan duduk di samping Laura.
Ibu Anita hanya menghela nafas panjang, dan kembali ke kamarnya.
Laura lalu mencoba untuk duduk tegak.
"Kak, aku suka semuanya tentang kakak. Tapi hidup miskin dan tanpa uang. Aku benar-benar gak sanggup."
"Karena itu, aku menyuruhmu untuk pergi dari kehidupan ku."
"Emmm... Gak bisa. Apa kakak tau, aku kembali ke rumah orang tuaku karena butuh uang untuk Daisy dan juga kamu. Kamu gak bisa bantu aku sekolah lagi, dan aku juga bisa kuliah karena ada mama dan papaku." Laura mengeluarkan uang dari dalam tasnya.
"Ini, biaya untuk anak kita. Heheheheh. " ucap Laura sambil tertawa mabuk.
Nevan kemudian mengangkat tubuh Laura dan membopongnya ke luar rumah, Nevan sudah memanggilkan taksi.
Laura pun akhirnya pulang ke rumah orang tuanya.
Meskipun rasa cintanya pada Laura sudah berkurang, tapi Nevan sangat mencintai Daisy.
Nevan tau, istrinya sudah berselingkuh darinya sejak umur Daisy 2 tahun. Ketika Laura mulai kuliah.
Jadi sejak saat itu juga Nevan memutuskan untuk bercerai dengan Laura. Tapi Laura tak ingin menceraikan Nevan.
Hari-hari berlalu, sampai suatu hari, Ibu Anita meninggal karena sakit. Beliau memang sudah lama sakit.
Daisy kehilangan nenek kesayangannya di usia 7 tahun.
Dan setelah itu, tak lama ayahnya juga meninggal karena kecelakaan.
Dunia Daisy runtuh, dia tak ingin kembali pada ibunya.
"Sayang, sekarang kamu ikut mama yah."
Sepeninggal ayahnya, Daisy menjadi anak yang sangat pendiam.
"Saya boleh tinggal di tempat lain? Saya gak. Mau sama mama.!" ucap Daisy pelan.
"Kamu sekarang, gak punya siapa-siapa lagi. Kamu tau, di sana ada omah, ada opah yang bakalan nemenin Daisy." ucap Laura.
Daisy sama sekali tak pernah bertemu dengan kedua orang tua ibunya.
"Kamu gak usah bawa apa-apa, nanti mama akan belikan barang kamu yang baru. Dan mama udah buat kamar yang besar buat Daisy." Laura lalu menggandeng tangan Daisy.
Tapi, Daisy menarik tangannya, dan berlari menuju kamarnya di loteng.
"Daisy, ayo cepat turun." Laura berteriak.
meskipun kamarnya kecil, tapi dia sangat menyukainya.
Dia tau, mau tak mau harus meninggalkan kamar yang baru dia tempati selama 2 tahun.
Dengan cepat dia mengambil barang-barang kesayangannya.
"Daisy... Cepat tu... "
Daisy turun dengan membawa tas ranselnya.
"kan mama udah bilang, nanti mama belikan barangmu yang baru."
"Ini barang kesayangan saya." Daisy lalu berjalan ke luar rumah dan mendekati mobil Laura.
Laura tersenyum, dan melajukan mobilnya ke arah rumahnya.
Laura adalah anak kaya raya, ibu dan ayahnya adalah pengusaha besar. Karena itu, dia tidak bisa menyesuaikan hidupnya dengan Nevan.
Ketika mereka sampai di rumah, Ayah dan Ibunya biasa saja melihat cucu mereka untuk pertama kalinya.
Yang menyambut Daisy di sana hanya beberapa pelayan yang tersenyum.
"Nona, saya akan membawakan ransel nona." ucap pelayan yang bernama Bi Imah.
"Daisy, nama saya Daisy." ucapnya pelan.
Laura tersenyum, "antarkan dia ke kamarnya."
Bi Imah lalu mengantar Daisy ke kamarnya. Kamarnya jauh berbeda dengan kamarnya di rumah ayahnya.
Tapi entah kenapa, di ruangan yang semakin luas itu, dia merasa semakin kesepian.
Sampai waktu makan malam tiba, Daisy hanya berdiam diri di kamarnya. Dia sama sekali tak melangkah sedikitpun dari posisi dia tiba di kamar itu. Duduk di tepi tempat tidur.
"Nona, saatnya makan malam." bik Imah memanggil Daisy.
Daisy keluar kamar mengikuti langkah Bik Imah sampai ke ruang makan. Di Sana, Omah dan Opah nya sudah menunggu. Mereka melihat Daisy tanpa tersenyum sedikitpun.
"Mah, Pah, ini cucu kalian, Daisy." Laura berusaha mencairkan suasana dengan memperkenalkan Daisy.
Daisy hanya diam mematung, Laura lalu menarik tangan Daisy duduk di sampingnya.
Ketika semuanya mulai makan, Daisy tak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia sangat ketakutan dan kesepian di ruangan itu.
"Mama... Saya takut." bisik Daisy pelan.
"Gak apa-apa sayang, makan makananmu. Ambil ini, dan ini." Laura menunjukkan cara makan menggunakan pisau pada putrinya.
"Inilah akibatnya jika tak. Mengajarkan Anak Mu cara makan di meja yang benar." Nyonya Liza, ibu dari Laura tiba-tiba bersuara.
"Mah, aku pernah mau ajak Daisy tinggal di sini. Tapi mama, menolaknya jika harus membawa Nevan. Sekarang Dia hanya sendiri di sini. Tolong lah." ucap Laura merasa kesal karena putrinya tak di sambut dengan hangat
Daisy benar-benar merasa lapar, ia ingin makan nasi dan beberapa lauk. Dia tak ingin memakan daging saja. Tapi, dia juga tak berani bicara dan melangkah.
Laura memotong steak Daisy, sehingga dia bisa makan dengan mudah. Setelah itupun, Daisy hanya memakan 2 potong dagingnya.
Tuan Abrar yang menyelesaikan makannya, langsung meninggalkan meja makan diikuti dengan Nyonya Liza.
"Apa saya boleh pergi? " tanya Daisy.
"Tapi, kamu hanya makan sedikit. Apa Daisy mau makanan lain? "
Daisy hanya menggeleng malu dan canggung di dekat mamanya sendiri.
Laura menghela nafas, dan membiarkan Daisy pergi.
Dia kembali ke kamarnya.
Setelah beberapa lama, Daisy merasa haus dan menuju dapur dan melihat para pelayan sedang menikmati makanan mereka. Secara perlahan Daisy melangkah mendekati mereka.
"Hai.... Kamu siapa? " tanya seorang gadis seumuran Daisy.
" Ava, dia Nona muda di rumah ini," Bik Imah memarahi gadis itu.
"tidak, Jangan panggil saya Nona, panggil saja Daisy." ucap Daisy agar Bik Imah tak marahi Ava.
"Gak boleh Non, nanti Nyonya besar marah."
Daisy hanya tersenyum canggung.
"Saya haus." Dengan cepat Bik Imah memberikan minuman pada Daisy.
Setelah minum, Daisy tidak kembali ke kamarnya, tapi malah melihat makanan yang dimakan oleh para pelayan.
Daisy yang sangat lapar, mengeluarkan bunyi dari perutnya, para oelayan yang mendengarnya langsung tersenyum dan mengajak Daisy umtuk makan bersama.
Dia pun bergabung dengan senang hati.
Tengah asik menikmati makanan,
"Ini salah satu alasan, kenapa aku katakan pada Mamamu, kalau jiwa miskin mu. Tidak Akan hilang meskipun kamu tinggal di rumah ini. " ucap Nyonya Liza mengagetkan para pelayan.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Defi
Nek dilarang bersikap kejam dan memarahi anak kecil sewaktu makan 😡
2023-08-31
1
Miss HF
Daisy... 😅😅😅
2023-07-16
0
Buna Seta
Heem kasihan Desy
2023-07-16
1