Kamu hamil?" Nevan sangat terkejut dan juga bingung tentang hal itu.
Mereka berdua sangat bingung.
"Aku akan gugurin ini. " Laura memecah keheningan antara mereka.
"Apa kamu gila? Dia adalah bayi. Bayi kita" Nevan agak marah pada Laura.
"Lalu, kakak berfikir untuk melahirkan bayi ini? Aku masih 15 tahun." Laura ikut marah dan kesal dan mulai menangis.
"Ini yang aku takutkan." Nevan lalu terduduk lemas.
Nevan sangat bingung, dia tidak tau apa yang harus dia lakukan. Seandainya dia ingin bayi itu hidup, dia masih bisa untuk menyelesaikan SMA nya , sementara Laura tidak akan bisa sekolah lagi.
Bagaimana dengan mimpi yang selama ini dia rajut, Dia menabung agar bisa masuk sekolah kedokteran, dan di bantu beasiswa yang dia dapat. Tapi Dengan adanya kehadiran bayi itu, pudar dan hilang semua mimpi Nevan.
Nevan dan Laura akhirnya memutuskan untuk membicarakan hal ini pada orang tua mereka.
"Ibu, maafkan saya, saya sudah melakukan hal yang harusnya tidak boleh saya lakukan." Nevan langsung berlutut di hadapannya ibunya. Mereka bertiga duduk di ruang tamu.
Bu anita, Nevan dan juga Laura.
"Saya hamil, Bu." Laura langsung bicara.
Mata Bu anita melotot tak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Hamil? Kalian berdua? " ibu Anita meninggikan suaranya.
"Maafkan saya Bu, saya benar-benar minta maaf." Nevan memeluk lutut ibunya. Bagi Nevan ibunya adalah segalanya. Sejak kecil mereka hanya berdua. Ayah Nevan meninggal ketika dia masih dalam kandungan. Karen itu, Ibunya adalah poros hidupnya.
"Ibu... Ibu tidak mengerti Nak, apa yang salah pernah ibu lakukan? Sampai Kamu berbuat begitu dan membawa hal ini dalam hidupmu.? " Ibu Anita menangis sesenggukan.
"Ibu gak usah khawatir, saya memutuskan untuk menggugurkannya. " Ucap Laura tanpa basa-basi.
"Apa kamu gila? Dia itu juga manusia. Jika kalian menyingkirkannya, kalian sama saja dengan membunuh." Ibu Anita menggeleng.
"Tapi, saya gak bisa. Saya gak mau berhenti sekolah. Dan bagaimana dengan Kak Nevan?" Laura melihat ke arah Nevan.
"Ibu benar, kita sudah melakukan satu kesalahan, kita tak boleh menambah kesalahan lain lagi."
Lau menggeleng, "Aku baru saja menikmati masa SMA ku, dan sekarang kakak mau, aku melahirkan bayi ini?"
"Apa kalian tidak memikirkannya ketika melakukan hal itu? " Bu Anita Menangis dan kecewa pada putranya.
"Kita juga harus membicarakan hal ini pada orang tuamu juga." ucap Bu Anita.
Mereka ingin membicarakan pada orang tua Laura. Meskipun, keputusan mereka sudah bulat untuk menjaga bayi itu.
Keesokan harinya, Bu Anita dan Nevan mengunjungi kediaman Laura. Mereka sangat terkejut melihat kediaman Laura.
"Nak, apa betul ini rumah Nak Laura? " bisik Bu Anita pada putranya.
"Iya Buk, karena itu saya ingin berpisah dengannya. Dan tidak menyangka kalau dia akan hamil dengan bayi saya."
Nevan tau, kenapa dia dan Laura sangat tidak bisa bersama. Karena Itu, meski masih muda, dia berambisi menjadi orang sukses agar tidak di remehkan oleh orang-orang seperti keluarga Laura.
"Apa ini hal penting? Kamu meminta mama dan Papah bertemu orang-orang yang tidak penting." Ucap Nyonya Liza tanpa mempersilahkan Bu Anita dan Nevan duduk.
"Mah, Pah, Aku hamil." Laura tau, jika semakin lama dia ke pokok pembicaraan, maka semakin lama juga mamanya akan menghina Keluarga Nevan.
"Apa? Hahahahha. Kamu pasti bercanda, dan jangan bilang dia adalah ayah dari bayi itu." ucap Nyonya Liza menunjuk ke arah Nevan.
"Iya, dia anak Nevan." Laura melihat ke arah Ayahnya yang hanya diam.
"Mama tau, dokter yang bagus, jadi kalian berdua boleh pulang. Kalian tak ada lagi urusannya dengan bayi ini." Nyonya Liza melanjutkan ucapannya.
"Tidak, kami ingin bayi ini dilahirkan." Ibu Anita melawan ucapan Nyonya Liza.
"Jangan mimpi, aku tak ingin mempunyai keturunan dari gen keluarga kalian yang miskin."
"Mama" Laura memanggil mamanya lirih.
"Jika anda masih nekat, kami akan melaporkan hal ini pada polisi. Anda tau kan, hal itu adalah ilegal? " bu Anita melanjutkan.
"Laura, kamu tidak inginkan masuk penjara? Lebih baik kamu ikut Ibu. Ibu akan bantu kami dengan semuanya. Dan kamu tau, bayi itu adalah bagian dari diri kamu dan Nevan. Dia tidak bersalah."
"Berarti kalian sudah memutuskan semuanya. Baiklah." Tuan Abrar langsung pergi tanpa kata-kata.
"Sekarang, terserah padamu." Nyonya Liza melihat Laura.
Laura lalu melihat ke arah Nevan dan Bu Anita.
Perlahan dia berjalan ke arah Bu Anita dan Nevan.
"Terserah, apapun keputusanmu. Mama gak mau ikut campur, jangan cari mama kalau kamu menyesal." Nyonya Liza juga pergi meninggalkan mereka.
Mereka bertiga pergi meninggalkan rumah megah itu. Laura sangat berat meninggalkan rumahnya.
"Beritahu Laura, jika anaknya laki-laki, aku akan menerimanya, tapi jika anaknya perempuan dia tidak akan menjadi cucuku." ucap Tuan Abrar pada Nyonya Liza.
"Tidak, aku tidak perduli, dia laki-laki atau perempuan, mereka tidak boleh masuk ke rumahku."
"Ingat Liza, keputusan di tempat ini, adalah milikku." ucap Tuan Abrar marah, Nyonya Liza pun diam tak berkutik.
Hari-hari kehamilannya dia melewatinya dengan sulit, karena Nevan sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan, dan mempersiapkan uang untuk persalinan Laura. Begitu juga Bu Anita, saling bergantian menjaga Laura.
Setelah Daisy lahir, Laura menjadi lebih kesulitan, dia merasa kesepian. Ketika Daisy menangis, dia tak mau menggendongnya. Bahkan tak mau menyusuinya. Bu Anita terus dan selalu mendukung Laura.
Laura merindukan kehidupannya yang nyaman, dia akhirnya menelepon(meminjam telepon tetangga) ibunya dan meminta di jemput.
Laura yang anak tunggal, tentu saja orang tuanya tak akan tega mendengar tangisan putrinya.
Dia meninggalkan Daisy di atas tempat tidur. Bu Anita yang baru pulang dari pasar kaget melihat Daisy seorang diri di atas tempat tidur.
Nevan dan Bu Anita yang kecewa tak ingin Laura kembali, tapi setelah beberapa lama Laura kembali ke rumah itu, ternyata dia melanjutkan sekolahnya. Dia bolak balik dari rumahnya ke rumah Nevan.
Nevan mengirimi Laura surat cerai, tapi Laura tak menghiraukannya.
Sampai kuliah pun, dia melakukan semuanya sesuka hatinya.
"Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku? " Tanya Nevan pada Laura.
"Kamu tau, selama kita menikah, meskipun ada banyak laki-laki mengajakku pacaran, aku tetap setia padamu. Tapi kamu memperlakukan aku seperti bayangan. Aku ini istrimu." Laura menangis.
"Laura, aku bekerja, aku berusaha memenuhi kebutuhan anak kita, keluarga kita. Bagimu, uang yang kubawa pulang tak akan cukup untuk gaya hidupmu. Tapi, ini kenyataannya. Kamu mencintai laki-laki miskin, yang sekolah dari beasiswa dan sekarang kerja serabutan untuk memenuhi Kehidupan sehari-hari. Aku berusaha menganggap istri, tapi kamu lari dari tanggung jawabmu. Cinta bukan hanya sekedar antara kita, kita membuat Daisy hadir di dunia ini, dan kita harus mempertanggung jawabkan nya."
Laura, sama sekali tak mengerti jalan pikiran Nevan, Laura selalu membawa uang untuk Nevan dan Daisy, tapi tak pernah digunakan.
Sampai ketika kuliah, dia merasa kesepian, dan berselingkuh dari Nevan. Nevan berkali-kali meminta mereka bercerai agar Laura bisa bebas dengan dunianya. Tapi, entah apa alasannya dia tak mau melepaskan Nevan ataupun Daisy.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments