Tangguh
Cuaca sangat cerah di siang hari itu, seorang pemuda dengan perawakan tegap melangkah menyusuri keramaian kota. Dari Desa tempat kelahirannya dia bertekad untuk merubah nasibnya di kota besar. Ribuan ide dan rencana sudah ada didalam benaknya. Dengan hanya berbekal sebuah ponsel pintar dan dompet di dalam kantung celananya dia tidak membawa bekal pakaian maupun makanan atau minuman. Pemuda itu baru saja turun dari bus antarkota yang membawanya dari Kota Tasikmalaya menuju ke Kota Bandung. Di sebuah rumah makan khas Sunda yang berada di dekat terminal bus antar kota Cicaheum dia pun mulai duduk mengantri untuk dilayani oleh pemilik warung makan itu.
“Mau makan dengan apa kang ?” tanya pemilik warung yang bernama ceu Edoh.
“Dengan nasi atuh ceu.”
“Maksudnya lauknya apa ?” Ceu Edoh masih sabar melayani pemuda itu.
“Jangan pakai lauk atuh bosen saya mah, itu saja peyek udang dan sayur sop.”
“Beuuh ari akang, baru datang ke Kota Bandung yaa ?”
“Ihhh kepo ceuceu mah, iya atuh saya teh baru datang pisan.”
“Yeey Bukan kepo atuh, Cuma nanya doang kok. Minumnya apa ?”
“Air atuh, cai herang saja.” Jawab pemuda ganteng itu dengan cueknya.
“Iya air sop mah sudah saya siram di piringnya nih.” Ceu Edoh mulai kesal. Pemuda itu hanya nyengir, lalu mulai menyuapkan makanan dengan menggunakan sendok ke dalam mulunya. Lalu mulai menawarkan makan kepada beberapa orang di samping kiri kanannya, mereka pun menjawab dengan menganggukkan kepalanya saja.
“Dari mana kang ?” tanya seseorang yang baru saja selesai makan, dia nampak sedang menikmati air teh hangat, lalu mulai mengepulkan asap rokok yang tadi dinyalakannya.
“Titasik.” Jawab Pemuda itu dengan cepat dan tanpa menolehkan wajahnya, karena dia masih fokus makan di siang hari itu.
“Mau jualan disini, mau bikin usaha konfeksi atau mau ngreditin barang ?” tanya laki-laki lain disebelah kirinya. Pemuda itu lalu menghentikan dulu acara mengunyah makanan lalu menelan makanan yang ada di dalam rongga mulutnya, kemudian menjawab dengan menatap wajah kepada sang penanya.
“Hehehe, memangnya kalau orang Tasik itu identik dengan profesi yang tadi disebutkan ? salah kang, saya hanya pencari kerja, mau kerja di kantoran.” Kekeh pemuda tampan yang nampak gagah itu, kemudian melanjutkan kembali makan siangnya di warung sederhana dekat terminal Cicaheum itu.
“Berapa semuanya ceu Edoh ?” tanya sang pemuda itu saat dia sudah selesai makan dan
minum.
“Tujuh belas ribu, kok tau nama saya ?”
“Tau dari nama warungnya, Warung Ceu Edoh. Hehehe.”
“Ohh saya kira peramal, hihihi.” Ceu Edoh pun segera tertawa centil, memperlihatkan dua buah gigi emasnya dimulutnya.
Senyum gigi emas serta dandanan menor ceu Edoh tidak bisa menahan sang Pemuda yang segera berlalu setelah menerima kembalian uang dari ceu Edoh yang bahenol, dandandan menor dan centil itu. Dia lalu berjalan menyusuri jalan raya ke arah barat, jalan raya yang semakin ramai dan padat di siang hari panas terik itu. Dua puluh menit kemudian dia sampai pada sebuah apartemen yang menjadi tujuan awalnya. Pemuda itu lalu memasuki sebuah mini market yang terletak di dalam area bangunan apartemen itu. Setelah membeli minuman untuk menghilangkan rasa haus dahaga dia pun segera membuka kemasan air mineral itu yang dirasakan sangat sejuk membasahi kerongkorannya. Sambil duduk di tempat duduk yang di sediakan didepan minimarket itu Pemuda itu lalu mengeluarkan ponsel pintarnya.
Melalui sebuah aplikasi dia memesan tempat tinggal di apartemen itu untuk disewa sementara selama tinggal di kota Bandung. Rupanya ini hari keberuntungan dari sang Pemuda lajang yang tampan itu, karena dalam aplikasi tersebut dia mendapatkan diskont sebesar 30% untuk biaya sewa selama sebulan. Melalui aplikasi itu juga dia diarahkan kepada sang pemilik apartemen yang sedang menunggu di sebuah cafe yang terletak di lantai dasar dalam bangunan apatemen itu. Sang pemuda lalu mencari-cari sang pemilik apartemen yang menyewakan apartemennya itu saat sudah sampai di cafe. Matanya lalu diedarkan ke seluruh penjuru di teras cafe itu. Kemudian dia duduk di kursi yang disediakan di cafe itu lalu mencoba menghubungi nomor yang tadi tertera di aplikasi ponselnya.
Nada dering ponsel nomor yang dituju pun terdengar sangat dekat.
“Ohhh teteh yang menyewakan kamar apartemennya ?” tanya sang pemuda.
“Jangan panggil teteh juga kali, panggil saja nama, nama saya Sabrina.” Ucap Gadis cantik berambut panjang dengan dandanan sangat seksi, sang gadis pun menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
“Saya Nata, maaf saya kira umur anda diatas saya, jadi tadi saya panggil teteh.”
“Ga apa-apa, mulai sekarang panggil nama saja. Mau sewa berapa lama ?” tanya gadis itu lalu duduk disamping Nata. Sabrina dengan pandangan menyelidik menatap tajam lalu mengawasi sang pemuda dari ujung rambut sampai ujung kaki sang pemuda yang menurutnya berpenampilan sangat sederhana, namun wajah tampannya= tidak bisa disembunyikan oleh Nata.
“Untuk sementara boleh ga sewa selama sebulan dulu ?” tanya Nata.
“Ohhh boleh, sangat boleh, saya kira mau sewa hanya seminggu atau beberapa hari saja, harga sewa perharinya kan tadi sudah tau yaa ? karena ada di aplikasi.”
“Iya, kalau begitu saya bayar kontan saja sekarang, boleh ?“
“Hah bayar langsung ? OK ok, boleh.” Ucap sang gadis cantik berkulit putih, berambut merah, bermata biru yang terlihat sangat seksi itu dengan senyuman lebar, manis sekali.
“Minta nomor rekeningnya dong.”
“Iya, ini nomor rekeningnya.” Ucap Sabrina seraya menunjukkan nomor rekening bank miliknya. Beberapa saat kemudian Nata lalu menuliskan nominal sesuai dengan transaksi yang sudah disepakati.
“OK sudah terkirim yaa, silahkan di cek saja.”
“Wah cepat juga yaa, Ok sekarang saya tunjukkan kamarnya, mari ikut saya.” Sabrina lalu mengantarkan Nata menuju ke kamar apartemen yang disewanya. Dengan menekan tombol di lift dan menggunakan kartu akses dengan kartu yang dipegang Sabrina, mereka lalu sampai di lantai delapan, kemudian pintu lift pun terbuka.
“Kamarnya Nomor 815, di sebelah kiri.” ucap Sabrina sambil menunjukkan dengan jari telunjuknya ke pintu yang tidak jauh dari lift itu.
Tiiiit. Kartu akses pintu pun lalu ditempelkan oleh Sabrina. Harum semberbak ruangan seketika tercium oleh Nata, dia melayangkan pandangannya ke seluruh ruangan.
“Ini dapur, kamar mandi dan ruang tidur, nah ini ruang tamunya. Tinggal sendiri atau berdua ?”
“Sendiri saja.” jawab Nata.
“Ohh saya kira berdua, sama istrinya.”
“Saya belum menikah, umur saya juga masih 23 tahun, baru saja lulus kuliah.” Ucap Nata sambil garuk-garuk kepalanya.
“Serius masih single ?”
“Iya sungguh, belum punya pasangan, mungkin pada ga suka sama orang sejelek saya, hehehe.”
“Hahaha, kamu lucu juga yaa, by the way, nanti jika butuh sesuatu, hubungi saya saja. Kamar saya ada di sini juga.”
“Kamu juga tinggal sendiri disini ?”
“Iya belum laku juga, seperti kamu, hehehe.”
“Sayang, yaa.”
“Kenapa ?”
“Ga apa-apa sayang.”
“Ihhhh sudah berani ngegombal yaa ?” Sabrina pun kemudian mencubit pinggang Nata dengan gemasnya.
“Aduuhhh, kok nyubit sih.” Nata meringis menahan sakitnya cubitan dari Sabrina.
“Abis gemes sih, baru kenal saja sudah berani ngegombalin aku tuh.” Ucap Sabrina sambil tersenyum kembali memperlihatkan lesung pipinya dengan sangat manis.
“Boleh masak disini ?” tanya Nata mengalihkan topik pembicaraan.
“Boleh saja, asal jangan menggoreng ikan asin yaa, lalu jangan merokok di dalam kamar. hihihi.”
“Waduh padahal ikan asin makanan favorit saya tuh, apalagi kalau makannya dengan sambal pedas dan lalapan yang lengkap, mmmhhhh pasti enak deh.”
“Di kantin lantai dasar banyak yang jual menu seperti itu, ga usah masak juga kalee, repot amat. Ohhh ini kartu aksesnya jangan sampai hilang yaa. Kalau hilang nanti kena denda dan harus mengganti untuk biaya penggantian kartu baru.” Sabrina pun lalu menyerahkan kartu akses untuk apartemen kamar 815 itu.
“Siap, Insya Allah tidak akan hilang.”
“OK sekarang mau kemana ?”
“Mau beli laptop dulu dan semua peralatan lain juga printer untuk mencetaknya.”
“Jika berminat ini saya beri tahu nama kenalan saya yang punya toko komputer,
letaknya tidak jauh dari sini. Saya kirimkan deh nomor kontaknya.” Ucap Sabrina.
“Alhamdulillah terima kasih sudah banyak dibantu.”
“Tidak apa-apa untuk pemuda seganteng kamu, aku rela kok membantu mu.” Terdengar suara yang sangat tulus dalam pujian terhadap Nata.
“Sekalian mau beli baju-baju juga sih.”
“Eehh iya kamu kok ga bawa apa-apa, asal kamu dari mana ?”
“Titasik.”
Ilustrasi sosok Nata
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
lilis herawati
ceritanya menarik dan segar, semangat author...
2023-06-22
1
lilis herawati
Ooh, humoris juga..
2023-06-22
1
lilis herawati
tokohnya sesuai judulnya tangguh..
2023-06-22
1