NovelToon NovelToon

Tangguh

Bab 1 Hari pertama di Kota Bandung.

Cuaca sangat cerah di siang hari itu, seorang pemuda dengan perawakan tegap melangkah menyusuri keramaian kota. Dari Desa tempat kelahirannya dia bertekad untuk merubah nasibnya di kota besar. Ribuan ide dan rencana sudah ada didalam benaknya. Dengan hanya berbekal sebuah ponsel pintar dan dompet di dalam kantung celananya dia tidak membawa bekal pakaian maupun makanan atau minuman. Pemuda itu baru saja turun dari bus antarkota yang membawanya dari Kota Tasikmalaya menuju ke Kota Bandung. Di sebuah rumah makan khas Sunda yang berada di dekat terminal bus antar kota Cicaheum dia pun mulai duduk mengantri untuk dilayani oleh pemilik warung makan itu.

“Mau makan dengan apa kang ?” tanya pemilik warung yang bernama ceu Edoh.

“Dengan nasi atuh ceu.”

“Maksudnya lauknya apa ?” Ceu Edoh masih sabar melayani pemuda itu.

“Jangan pakai lauk atuh bosen saya mah, itu saja peyek udang dan sayur sop.”

“Beuuh ari akang, baru datang ke Kota Bandung yaa ?”

“Ihhh kepo ceuceu mah, iya atuh saya teh baru datang pisan.”

“Yeey Bukan kepo atuh, Cuma nanya doang kok. Minumnya apa ?”

“Air atuh, cai herang saja.” Jawab pemuda ganteng itu dengan cueknya.

“Iya air sop mah sudah saya siram di piringnya nih.” Ceu Edoh mulai kesal. Pemuda itu hanya nyengir, lalu mulai menyuapkan makanan dengan menggunakan sendok ke dalam mulunya. Lalu mulai menawarkan makan kepada beberapa orang di samping kiri kanannya, mereka pun menjawab dengan menganggukkan kepalanya saja.

“Dari mana kang ?” tanya seseorang yang baru saja selesai makan, dia nampak sedang menikmati air teh hangat, lalu mulai mengepulkan asap rokok yang tadi dinyalakannya.

“Titasik.” Jawab Pemuda itu dengan cepat dan tanpa menolehkan wajahnya, karena dia masih fokus makan di siang hari itu.

“Mau jualan disini, mau bikin usaha konfeksi atau mau ngreditin barang ?” tanya laki-laki lain disebelah kirinya. Pemuda itu lalu menghentikan dulu acara mengunyah makanan lalu menelan makanan yang ada di dalam rongga mulutnya, kemudian menjawab dengan menatap wajah kepada sang penanya.

“Hehehe, memangnya kalau orang Tasik itu identik dengan profesi yang tadi disebutkan ? salah kang, saya hanya pencari kerja, mau kerja di kantoran.” Kekeh pemuda tampan yang nampak gagah itu, kemudian melanjutkan kembali makan siangnya di warung sederhana dekat terminal Cicaheum itu.

“Berapa semuanya ceu Edoh ?” tanya sang pemuda itu saat dia sudah selesai makan dan

minum.

“Tujuh belas ribu, kok tau nama saya ?”

“Tau dari nama warungnya, Warung Ceu Edoh. Hehehe.”

“Ohh saya kira peramal, hihihi.” Ceu Edoh pun segera tertawa centil, memperlihatkan dua buah gigi emasnya dimulutnya.

Senyum gigi emas serta dandanan menor ceu Edoh tidak bisa menahan sang Pemuda yang segera berlalu setelah menerima kembalian uang dari ceu Edoh yang bahenol, dandandan menor dan centil itu. Dia lalu berjalan menyusuri jalan raya ke arah barat, jalan raya yang semakin ramai dan padat di siang hari  panas terik itu. Dua puluh menit kemudian dia sampai pada sebuah apartemen yang menjadi tujuan awalnya. Pemuda itu lalu memasuki sebuah mini market yang terletak di dalam area bangunan apartemen itu.  Setelah membeli minuman untuk menghilangkan rasa haus dahaga dia pun segera membuka kemasan air mineral itu yang dirasakan sangat sejuk membasahi kerongkorannya. Sambil duduk di tempat duduk yang di sediakan didepan minimarket  itu Pemuda itu lalu mengeluarkan ponsel pintarnya.

Melalui sebuah aplikasi dia memesan tempat tinggal di apartemen itu untuk disewa sementara selama tinggal di kota Bandung. Rupanya ini hari keberuntungan dari sang Pemuda lajang yang tampan itu, karena dalam aplikasi tersebut dia mendapatkan diskont sebesar 30% untuk biaya sewa selama sebulan. Melalui aplikasi itu juga dia diarahkan kepada sang pemilik apartemen yang sedang menunggu di sebuah cafe yang terletak di lantai dasar dalam bangunan apatemen itu. Sang pemuda lalu mencari-cari sang pemilik apartemen yang menyewakan apartemennya itu saat sudah sampai di cafe. Matanya lalu diedarkan ke seluruh penjuru di teras cafe itu. Kemudian dia duduk di kursi yang disediakan di cafe itu lalu mencoba menghubungi nomor yang tadi tertera di aplikasi ponselnya.

Nada dering ponsel  nomor yang  dituju pun terdengar sangat dekat.

“Ohhh teteh yang menyewakan kamar apartemennya ?” tanya sang pemuda.

“Jangan panggil teteh juga kali, panggil saja nama, nama saya Sabrina.” Ucap Gadis cantik berambut panjang dengan dandanan sangat seksi, sang gadis pun menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

“Saya Nata, maaf saya kira umur anda diatas saya, jadi tadi saya panggil teteh.”

“Ga apa-apa, mulai sekarang panggil nama saja. Mau sewa berapa lama ?” tanya gadis itu lalu duduk disamping Nata. Sabrina dengan pandangan menyelidik menatap tajam lalu mengawasi sang pemuda dari ujung rambut sampai ujung kaki sang pemuda yang menurutnya berpenampilan sangat sederhana, namun wajah tampannya= tidak bisa disembunyikan oleh Nata.

“Untuk sementara boleh ga sewa selama sebulan dulu ?” tanya Nata.

“Ohhh boleh, sangat boleh, saya kira mau sewa hanya seminggu atau beberapa hari saja, harga sewa perharinya kan tadi sudah tau yaa ? karena ada di aplikasi.”

“Iya, kalau begitu saya bayar kontan saja sekarang, boleh ?“

“Hah bayar langsung ? OK ok, boleh.”  Ucap sang gadis cantik berkulit putih, berambut merah, bermata biru yang terlihat sangat  seksi itu dengan senyuman lebar, manis sekali.

“Minta nomor rekeningnya dong.”

“Iya, ini nomor rekeningnya.” Ucap Sabrina seraya menunjukkan nomor rekening bank miliknya. Beberapa saat kemudian Nata lalu menuliskan nominal sesuai dengan transaksi yang sudah disepakati.

“OK sudah terkirim yaa, silahkan di cek saja.”

“Wah cepat juga yaa, Ok sekarang saya tunjukkan kamarnya, mari ikut saya.” Sabrina lalu mengantarkan Nata menuju ke kamar apartemen yang disewanya. Dengan menekan tombol di lift dan menggunakan kartu akses dengan kartu yang dipegang Sabrina, mereka lalu sampai di lantai delapan, kemudian pintu lift pun terbuka.

“Kamarnya Nomor 815, di sebelah kiri.” ucap Sabrina sambil menunjukkan dengan jari telunjuknya ke pintu yang tidak jauh dari lift itu.

Tiiiit. Kartu akses pintu pun lalu ditempelkan oleh Sabrina. Harum semberbak ruangan seketika tercium oleh Nata, dia melayangkan pandangannya ke seluruh ruangan.

“Ini dapur, kamar mandi dan ruang tidur, nah ini ruang tamunya. Tinggal sendiri atau berdua ?”

“Sendiri saja.” jawab Nata.

“Ohh saya kira berdua, sama istrinya.”

“Saya belum menikah, umur saya juga masih 23 tahun, baru saja lulus kuliah.” Ucap Nata sambil garuk-garuk kepalanya.

“Serius masih single ?”

“Iya sungguh, belum punya pasangan, mungkin pada ga suka sama orang sejelek saya, hehehe.”

“Hahaha, kamu lucu juga yaa, by the way, nanti jika butuh sesuatu, hubungi saya saja. Kamar saya ada di sini juga.”

“Kamu juga tinggal sendiri disini ?”

“Iya belum laku juga, seperti kamu, hehehe.”

“Sayang, yaa.”

“Kenapa ?”

“Ga apa-apa sayang.”

“Ihhhh sudah berani ngegombal yaa ?” Sabrina pun kemudian mencubit pinggang Nata dengan gemasnya.

“Aduuhhh, kok nyubit sih.” Nata meringis menahan sakitnya cubitan dari Sabrina.

“Abis gemes sih, baru kenal saja sudah berani ngegombalin aku tuh.” Ucap Sabrina sambil tersenyum kembali memperlihatkan lesung pipinya dengan sangat manis.

“Boleh masak disini ?” tanya Nata mengalihkan topik pembicaraan.

“Boleh saja, asal jangan menggoreng ikan asin yaa, lalu jangan merokok di dalam kamar. hihihi.”

“Waduh padahal ikan asin makanan favorit saya tuh, apalagi kalau makannya dengan sambal pedas dan lalapan yang lengkap, mmmhhhh pasti enak deh.”

“Di kantin lantai dasar banyak yang jual menu seperti itu, ga usah masak juga kalee, repot amat. Ohhh ini kartu aksesnya jangan sampai hilang yaa. Kalau hilang nanti kena denda dan harus mengganti untuk biaya penggantian kartu baru.” Sabrina pun lalu menyerahkan kartu akses untuk apartemen kamar 815 itu.

“Siap, Insya Allah tidak akan hilang.”

“OK sekarang mau kemana ?”

“Mau beli laptop dulu dan semua peralatan lain juga printer untuk mencetaknya.”

“Jika berminat ini saya beri tahu nama kenalan saya yang punya toko komputer,

letaknya tidak jauh dari sini. Saya kirimkan deh nomor kontaknya.” Ucap Sabrina.

“Alhamdulillah terima kasih sudah banyak dibantu.”

“Tidak apa-apa untuk pemuda seganteng kamu, aku rela kok membantu mu.” Terdengar suara yang sangat tulus dalam pujian terhadap Nata.

“Sekalian mau beli baju-baju juga sih.”

“Eehh iya kamu kok ga bawa apa-apa, asal kamu dari mana ?”

“Titasik.”

Ilustrasi sosok Nata

Bab 2 Belanja pertama di Mall.

Nata memutar badannya diarahkan pandangannya ke sekeliling Mall itu, ternyata dilihatnya mall lantai dasar banyak pedagang yang menjual pakaian, ponsel serta perlatan assesoris dan perlengkapan rumah tangga, sedangkan di basement adalah pasar kebutuhan sehari-hari. Kemudian Nata dengan menggunakan eskalator menuju ke lantai dua. Disana di lantai dua tersebut terlihat lebih banyak yang menjual komputer serta semua

perlengkapannya.

Nata lalu membuka ponselnya, membaca petunjuk sesuai dengan araha dari Sabrina, dibacanya toko komputer itu juga nama pemiliknya yang bernama Jessy. Kemudian Nata mencari toko komputer itu, setelah beberapam kali menyusuri jejeran toko komputer itu, dia lalu berhenti di depan toko komputer yang ditunjuk oleh Sabrina.

“Selamat siang.”

“Selamat siang kang, ada yang bisa saya bantu ? mau cari komputer atau laptop ? Printer juga ada disini.” Jawab seorang gadis cantik berwajah kontinental yang terlihat sangat seksi itu.

“Eeemmhh kalau Teh Jessy nya ada ?”

“Saya sendiri, ini dengan kang Nata yaa ?” Tanya gadis keturunan Jepang itu.

“Lho kok tau nama saya ?”

“Hehehe, tau dari teman saya Sabrina, katanya dia memberi rekomendasi toko komputer saya kepada kang Nata.” Ucap Jessy sambil menyodorkan tangan untuk menyalami Nata.

“Ohh iya, saya lagi nyari laptop dengan speksifikasi Ram 256 Gb, Layar 17 inch, HDD 1 Tb dan grafiknya yang mendukung untuk desain grafis.” Ucap Nata.

“Ohhh ada nih, kebetulan sedang promosi di awal tahun ini.” Jessy lalu memberikan katalog yang berisi beberapa laptop, diantaranya laptop yang sesuai dengan spesifikasi yang Nata inginkan.

“Harganya sesuai dengan yang tertera di katalog ini ?” tanya Nata.

“Iya nanti dapat satu set printer sebagai promosinya.”

“Ohhh begitu, jadi murah dong.” Ucap Nata dengan tersenyum lebar.

“Iya tuh, Kang Nata berminat ?” tanya Jessy sambil memandang tajam, seolah menyelidiki sampai tembus ke dompetnya, ehhh ke hatinya Nata.

“OK saya ambil deh, bisa bayar dengan Mobile Banking kan ?”

“Ohh bisa, scan saja QR codenya disini.” Ucap Jessy sambil menunjukkan barkode toko miliknya.

“Nanti dulu, dapat bonus apa lagi ?”

“Dapat bonus makan berdua bersama saya, hehehe.” Kekeh Jessy mencoba menggoda Nata yang menurutnya berwajah tampan dan ganteng itu.

“Hahaha, bisa saja teh Jessy mah.”

“Ehhh akang asal dari mana ?”

“Titasik.” Jawab Nata dengan singkat.

“Hmmm, lalu mau diinstall apa saja ?”

“Cukup Windows terbaru saja deh, selanjutnya saya install sendiri programnya.”

“OK kalau begitu tidak begitu lama, sudah punya akun microsoft ?”

“Sudah atuh, nanti saja registrasinya saya yang input, sesudah diinstall.”

“Wahh Kang Nata orang IT yaa ?”

“Ohh bukan, saya orang Tasik, hehehe.”

“Ihhh Kang Nata mah ditanya benar-benar, malah bercanda.” Jessy pun  mencubit dengan gemas. Wajahnya tersipu malu kedua pipinya merah merona dengan alami, tidak seperti dipoles dengan blose on. Menambah semakin cantik dan menarik.

“Aduh, sakit dong, ini bonus juga ? kok sakit sih ? hehehe.”

“OK kita install sekarang yaa.”

“Boleh, berapa lama lama nginstallnya ?”

“Hanya lima belas menit saja lah, sabar saja.”

“OK deh sambil menunggu, saya mau kebawah dulu belanja sesuatu.”

“Tidak usah repot-repot kang.”

“Idihh ge’er, memangnya mau dibelikan apa ?”

“Hmmm batagor juga boleh lah. Hahaha.”

“OK deh, pamit dulu yaa sebentar.” Ucap Nata tanpa menunggu jawaban lagi dari Jessy yang sedang unboxing laptop baru itu. Nata lalu turun ke lantai dasar, membeli beberapa baju, celana juga pakaian dalam dan singlet. Setelah dirasa cukup, dia juga membeli ransel di toko tas yang tadi dilewatinya. Sebelum naik kembali ke lantai dua, dia membeli batagor yang berada di food court mall itu. dua bungkus batagor dengan kemasan mangkuk sterofoam itu lalu dibawanya ke toko komputer milik Jessy. Jessy nampak sudah selesai menginstall base program di laptop baru miliknya itu, Jessy juga sudah selesai menginstall printer yang menjadi bonus pembelian laptop itu.

“Ini batagornya.” Ucap Nata sambil menyerahkan satu bungkus batagor kepada Jessy.

“Ehhh terima kasih Kang Nata, tadi aku hanya bercanda kok, pengen batagornya.”

“Sudahlah. kita  makan dulu.”

“Hmmm aku tambah deh bonusnya dengan speaker aktif dan mouse wireless.”

“Wow keren, lebih mahal dari harga batagor, hahaha.” Mereka pun berdua makan batagor bersama. Setelah selesai makan dan minum air mineral yang diberikan oleh Jessy dari dispenser yang berada di dalam tokonya, Jessy lalu menyerahkan nota pembelian dengan sudah di cap lunas.

“Garansi tiga tahun yaa, kalau ada kendala datang saja kemari deh, ini nomor  ponselku ada di dalam nota bon ini.” Ucap Jessy.

“OK Kalau begitu saya mohon pamit, mampir dong ke apartemen, satu lantai sama Sabrina kok.”

“Iya nanti aku kabari deh kalau mau datang, semoga barangnya awet yaa.”

“Iya semoga barokah juga, toko mu laris terus.”

“Aamiin.” Ucap Jessy mengantar kepergian Nata.

Dua puluh menit kemudian, Nata sudah kembali berada di dalam kamar apartemennya. Dia lalu menyimpan semua pakaian yang baru saja dibelinya di dalam lemari pakaian. Setelah itu Nata lalu membuka dus printer, menyimpannya di meja kerja di dalam kamar apartemen itu, lalu mengeluarkan laptop dari tas laptop yang masih baru itu. Nata lalu tersenyum dengan sangat puas.

Setelah itu dia lalu turun ke lantai dasar, nongkrong sambil merokok dan minum kopi di cafe yang terletak di lantai dasar itu. Karena jika merokok di dalam kamar apartemen pasti akan tercium oleh Sabrina, lalu dia akan didenda hehehe. Setelah puas ngopi dan merokok, Nata lalu membeli cemilan dan beberapa botol minuman di toko sebelah cafe itu. Sore harinya baru Nata masuk kembali kedalam unit apartemen sewaannya itu.

Laptop yanb baru dibelinya itu mulai dinyalakannya, lalu dia mulai mencari koneksi internet dengan WiFi di apartemennya itu. Namun dia kesulitan saat mencari password WiFi, dia pun lalu mengingat sesuatu, diraihnya

kartu akses yang diberikan oleh Sabrina kemarin, nah disitu ternyata tertulis password dalam sebuah barcode. Nata lalu mengeluarkan ponsel dari kantong celananya lalu memindai barcode itu. Dengan sangat girang lalu Nata mulai mengetik password itu di laptop barunya. Berhasil, dia mulai menginstall program tambahan dari google drive miliknya. Sambil menunggu proses installasi selesai dia lalu dengan iseng menghubungi Jessy melalui ponselnya.

“Selamat siang dengan toko komputer Jessy, ada yang bisa dibantu ?

“Ada teh Jes, anda berhutang makan malam bersama saya, hehehe.”

“Ehhh Kang Nata yaa ? bagaimana sudah mulai ditambah program di laptonya ?”

“Alhamdulillah sedang dalam proses, simpan yaa nomor saya.”

“Iya dong, apa sih yang tidak untuk Kang Nata, hehehe.”

“Sebentar lagi tokonya tutup yaa ?”

“Kok tahu ?”

“Tahu dong, kan ga akan nginap juga di toko ?”

“Hahaha, bisa saja kang Nata mah, ehhh Sabrina sudah pulang ? Aku mau kesana sekarang nih setelah selesai nutup toko.”

“Aku belum lihat, kamu telpon saja.”

Tok Tok Tok.

“Ehhh ada yang mengetuk pintu, sebentar  yaa aku buka pintu dulu, ada yang mengetuk pintu nih.”

“Mungkin Sabrina tuh, baru pulang dari kantornya.” Ucap Jessy.

Nata lalu membuka pintu apartemennya, benar saja Sabrina sudah berada di depan pintu apartemennya sambil membawa makanan.

“Hai. Bagaimana belanjanya sudah ketemu dengan Jessy ?”

“Ini Jessy masih bicara dengan ku di telepon.” Ucap Nata

“Mana-mana biar aku bicara.” Ucap Sabrina sambil meminta pinjam ponsel Nata, lalu meletakan makanan di atas meja makan kamar apartemen Nana. Kemudian membawa ponsel milik Nata ke luar. Entah apa yang dibicarakannya. Namun sesekali terdengar suara tertawa dari Sabrina. Nata menggaruk-garuk kepalanya dengan bingung. Namun dia lalu menghampiri meja makan, mengeluarkan makanan dari dalam kantong plastik yang tadi dibawa oleh Sabrina itu.

“Wah ternyata isinya juice ada lima cup besar, banyak amat, ahhh aku masukkan lagi saja, takutnya salah, bukan untukku.”guman Nata lalu kembali memasukkan beberapa cup yang berisi aneka juice itu kedalam

kantong plastik.

“Iya cepetan kalau mau kesini, nanti keduluan sama aku.” Ucap Sabrina lalu menyerahkan ponsel milik Nata yang terasa sudah mulai hangat dan wangi dengan parfume milik Sabrina yang menempel ke ponselnya itu saat Nata akan mulai berbicara, ternyata sambungan telepon sudah berakhir.

“Dia mmmhh maksudku Jessy jadi mau kesini ?”

“Iya katanya, salam untuk Kang Nata. Cie cie ditaksir sama Jessy.” Ucap Sabrina sambil mendekat.

“Apaan sih ?” Tanya Nata sambil berusaha mundur namun tertahan dengan dinding kamarnya. Wangi tubuh Sabrina semakin tercium, membuat siapa saja yang berada di dekatnya pasti sangat terpesona,

Sabrina yang lebih agresif daripada Jessy itu kini tubuhnya menempel dengan Nata. Lalu, Cuuuupp. Pipinya Nata dikecup oleh Sabrina, dengan spontan lalu Nata mengusap pipi yang diciumnya, ternyata tidak lengket. Semoga saja tidak ada jejak di kulit pipinya pikir Nata.

“Idiih pakai dihapus segala. Ehhh itu juice buka saja kita minum bareng, ada juice mangga dan alpukat, kang Nata suka kan ?”

“eemmhh iii iya suka banget.” Ucap Nata yang masih gugup, saat tadi sudah dikecup pipinya oleh Sabrina.

“Tapi kamu lebih suka sama Jessy kan ?” tanya Sabrina dengan pandangan menggoda dan penuh selidik.

”Egghhh eng enggak juga tuh.”

“Kok jadi salah tingkah ditanya begitu ? kayak baru pertama dicium saja.”

“Uhuukk uuhukk.” Nata pun tersedak saat mulai menyedot juice miliknya itu.

“Pelan-pelan dong, santai saja, awas yaa kalau kang Nata mempermainkan Jessy ! nanti bakal keeekkk.” Ucap Sabrina sambil sebelah tangannya melintang di leher yang jenjang putih dan mulus itu. Nata hanya menelan juice itu sambil menahan rasa terkejutnya.

“Aku datang. !” Ucap Jessy yang sudah diberi tahu nomor apartemenku oleh Sabrina itu, dia ternyata sudah berada di depan pintu apartemen yang terbuka.

“Hai bestie, capek yaa ? ada customer yang nakal ga hari ini ?” tanya Sabrina namun tatapannya dengan tajam mengarah kepada Nata.

“Eehhh enggak tuh, kang Nata baik kok, belikan aku batagor.”

“Wow kamu disogok sama makanan kesukaanmu, supaya murah yaa ?”

“Enggak juga dong bestie, memang ada promo kok untuk awal tahun ini. Ehhh sudah selesai yaa kang installnya ? tuh layar laptopnya sudah padam.”

“Ehhh iii iya tuh.” ucap Nata yang masih gugup, lalu pindah duduk di kursi kerjanya. Kemudian mematikan laptop yang sudah selesai diinstal lengkap, sesuai dengan program pilihannya.

Bab 3 Makan malam.

Setelah Nata dan Jessy meneguk habis juice yang tadi dibawa oleh Sabrina, lalu Sabrina mengajak Nata dan Jessy untuk menghirup udara malam di pinggiran kota Bandung. Jessy dan Nata menyetujinya, namun mereka ingin mandi dulu sebelum berangkat.

Nata setelah selesai mandi lalu memakai baju dan celana yang baru saja tadi siang dibelinya, dia juga mengenakan sepatu sneeker yang juga baru saja dibelinya. Lalu menyemprotkan sedikit body parfume, Dengan dandanan sederhana itu dia lalu menutup pintu dan menekan tanda lock di pintunya. Dengan tas pinggang yang berisi dompet dan ponselnya Nata lalu mengetuk kamarnya Sabrina.

“Tunggu sebentar, kami masih belum pakai baju.” Pekik Sabrina didalam sana.

Tidak berapa lama lalu pintu itu pun terbuka, alamak betapa tertegunya Nata saat melihat kedua gadis cantik itu keluar dengan begitu cantiknya. Dandanannya memang sederhana namun memperlihatkan sifat feminim mereka berdua.

“Weeii mingkem, jangan menganga begitu.”

“Kalian sungguh cantik.” Ucap Nata pelan.

“Apa ? kang Nata bisa nyetir kan ? nih bawa mobilku.” Ucap Sabrina sambil menyerahkan kunci mobil yang berlogo bintang satu itu.

“eeeuuuhh ii  ii Iya  siap.”

Lalu mereka bertiga menuruni lift menuju ke basement, di sebuah sudut yang ditunjuk oleh Sabrina disitulah terparkir sebuah Mercedes seri terbaru milik Sabrina. Nata lalu membukakan pintu untuk kedua gadis cantik itu.

“Terima kasih.” Jawab Sabrina dan Jessy dengan kompak. Sabrina duduk disamping pengemudi, sedangkan Jessy di jok penumpang.

“Ikuti saja arah di layar monitor ini.” ucap Sabrina setelah mengarahkan GPS di dalam mobil sedan miliknya itu.

“Hmm Kang Nata wangi banget.” Ucap Jessy yang tiba-tiba nongol dibelakangnya.

“Kalian juga, seperti bidadari tak bersayap yang sangat harum.” Balas Nata sambil memperhatikan jalan. Ternyata mereka sedang mengarah ke daerah Bandung Utara, menurut GPS di layar monitor itu.

“Hahaha, pandai juga ngegombal yaa, selain pandai menyetir juga, seperti sudah  biasa nih pakai mobil keluaran Eropa.” Kekeh Sabrina.

“Ahh enggak juga, ini juga baru nyoba, mobilnya saja yang canggih, jadi enak untuk dikemudikan.” Jawab Nata dengan tidak menolehkan pandangannya, karena fokus di jalan yang masih padat merayap itu.

“Ehhh kang Nata bener naksir Jessy ?” tanya Sabrina dengan tiba-tiba.

“Hahh apa ?” pekik Nata dengan terkejut.

“Ihhh ganteng-ganteng kok bolot yaa ? hehehe.”

“Isshhh bestie, apaan sih nanya-nanya begitu ? baru juga kenal.”

“Kan kita sama-sama jomblo, bebas saja dong bertanya. Yaa kan kang ?”

“Ehhhggghh, gimana yaa ?” jawab Nata dengan bingung sambil garuk garuk kepala dengan spontan.

“Begini saja deh, aku tanya lebih tertarik sama aku atau Jessy ?”

“Bestie ihhh kok gitu sih, bikin malu saja.” Protes Jessy dengan muka yang semakin merah, untung saja keadaan didalam mobil itu gelap, sehingga tersembunyi dari pandangan Nata. Namun Nata sekilas melihat perubahan roman muka dari Jessy itu.

“Tenang Jess, biasanya kalau orang yang lagi gugup itu suka jujur lho, hehehe.”

“Harus dijawab sekarang ?”

“TAUN DEPAN, Sekarang dong iiihhh.” Ucap Sabrina dengan kesal.

“Jujur yaa, kalian berdua sangat cantik, sangat sulit jika memilih salah satu dari kalian berdua.”

“Hmmmm kalau kang Nata pilih kami berdua juga ga apa-apa kok, Iya kan Bestie ?.” Desak Sabrina.

“No Comment aahhh.” Ucap Jessy yang semakin jengkel terhadap sahabatnya itu.

“Hahaha, jangan-jangan kamu juga suka sama kang Nata tuh.” Ledek Sabrina.  Jessy pura-pura tidak mendengarnya, telinganya kini sudah disumpel dengan earphone miliknya, namun dia tidak menyalakan atau mendengarkan musik apapun dari ponselnya, Jessy juga ternyata diam-diam penasaran dengan jawaban dari

Nata.Kini semuanya hening sejenak didalam mobil itu.

“Nah disitu belok kanan lalu masuk ke dalam cafe.” Perintah Sabrina, sambil menunjuk dengan jemari tangannya yang lentik dan halus itu. Karena terkejut Nata lalu membanting stir kekanan, sehingga bibir Sabrina menempel di pipi Nata, entah sengaja atau tidak, namun ternyata Sabrina betah berlama-lama menempelkan bibirnya di pipi Nata.

”Ciee ada yang dicium. Hihihi.” Pekik Jessy dari jok penumpang belakang.

“Maaf ga sengaja, perintahnya begitu tiba-tiba.”

“Ga apa-apa kok kang.” ucap Sabrina sambil membelai seolah mengusap pipinya Nata, lalu mengedipkan sebelah matanya kepada Jessy, Jessy hanya melotot dari belakang tempat duduknya.

Lalu mobil diparkirkan sesuai dengan petunjuk dari penjaga parkir yang memberi mereka tempat untuk parkir di area parkiran cafe yang ternyata sudah mulai penuh itu. Merekapun lalu turun dari mobil tersebut, setelah Nata membukakan kembali untuk mempersilahkan kedua gadis cantik itu turun dari mobilnya.

“Kang Nata tunggu di meja delapan, bilang saja atas nama Sabrina, kami mau ke toilet dulu yaa. Ayo Bestie.” Sabrina lalu setengah menyeret Jessy menuju ke arah toilet.

Nata lalu duduk setelah diarahkan oleh seorang waiters cantik, sesuai dengan petunjuk dari Sabrina dia duduk di tempat yang sangat strategis menurutnya di meja cafe nomor delapan itu. Sementara itu di depan toilet tepatnya di depan cermin wastafel yang lebar, Sabrina dan Jessy sedang berdebat.

“Kamu ihhh bikin malu saja tadi.” ucap Jessy

“Ahh biarin, abisnya dia ganteng sih. Ehhh Tau ga kamu bestie, pipinya halus banget lho hihihi, sehalus kulit bayi, kamu suka sama dia ga ?”

“Ehhhmm.” Jessy hanya menjawab tidak jelas dan bingung.

“Ahhhh aku tau kalau kamu sedang begini,  kamu juga suka sama dia, ya kan ? hei jangan nunduk. Jawab saja bestie sayang.” Desak Sabrina sambil memegang wajah Jessy yang cantik itu dengan kedua telapak tangannya.

“Iii ya sih. Ganteng banget abisnya.” Jawab Jessy, tatapan mata yang dikenali oleh Sabrina itu menjawab jujur sesuai dengan ucapan dari mulutnya.

“OK kita miliki bersama saja.”

“Sab... ?

“Apa lagi ?”

“Memangnya kamu tidak cemburu jika dia bersamaku ? Lalu kita belum mengenalnya dengan jelas lho. Siapa sebenarya kita belum tahu.”

“Kalau dia sama gadis lain, baru aku cemburu, untuk cemburu denganmu tidak sama sekali, ayo ahh, aku sudah lapar banget nih, jangan khawatir bestie, percuma kalau aku sebagai seorang HRD tidak tau sifat seseorang secara singkat, aku bisa jamin itu.”

“Tunggu Sab.” Lalu Jessy memeluk erat tubuh Sabrina dengan sangat erat. Sabrina pun membalas memeluk Jessy dia seolah sudah tahu apa yang ada didalam benak sahabatnya sejak kecil itu.

”Aku tahu apa yang kamu inginkan, ayo nanti keburu dirubung lalat tuh Nata nya, hihihi.”

Saat Sabrina dan Jessy nampak Nata sedang berbicara dengan seorang waiters yang cantik, namun jika dibandingkan tentu lebih cantik dan menarik Sabrina dan Jessy.

“Nah kalian pesan apa ? aku barusan sudah pesan.”

“Nasi iga bakarnya yang aku suka dari sini, minumnya hot lemon tea. Kamu apa Jess ?”

“Samakan saja, tapi nasinya sedikit saja yaa.”

“Ohhh tenang, nasinya berikan saja untukku, hehehe.” Kekeh Nata.

“Haha, Syukurlah ada yang menampung, ehhh satu lagi mbak, Minta Fruitty saladnya juga tiga yaa.”

“Baik, saya ulang yaa, sate ayam nya satu porsi, sate kambing satu porsi, nasi iga bakar dua, lalu minumnya dua hot lemon tea dan hot americano, Fruty salad tiga dan air mineral tiga botol.”

“Sip betul mbak, GPL yaa.” ucap Sabrina.

 “Baik Mbak, mohon ditunggu.” jawab Waiters itu.

“Kalian sering kemari ?” tanya Nata.

“Ohhh iya, hampir tiap minggu bahkan pernah dalam seminggu kami kemari tiga kali, sop iga bakarnya enak banget sih. Hehehe.” kekeh Sabrina.

“Wow keren, tempatnya ternyata enak, sejuk dan cocok untuk dipakai mojok.” Puji Nata.

“Emangya mau mojok sama siapa nanti kalau kemari lagi ?” desak Sabrina, Jessy lalu menyikut pinggangnya Sabrina.

“Egghhh eeehhhh dengan siapa yaa ? emangnya kalian mau kalau aku ajak kemari lagi ?”

“Wah dengan senang hati dong, yaa Jess, kamu mau kan kalau kang Nata ngajak lagi kemari ?”

“m m maau.” Jawab Jessy sambil tertunduk malu.

“Cie-cie yang malu malu tapi mau.”

“Isshh apaan sih kamu bestie, dari tadi ngeledek melulu deh.” Protes Jessy dengan mata melotot, namun pastinya tidak benar-benar marah terhadap Sabrina.

“Kang sini dong duduknya pindah. Diantara kami.” Ajak Sabrina sambil menggeser tubuhnya di sofa dengan bentuk huruf L itu.

“Disini saja ahh sudah Pewe nih.”

“Ga boleh ! nanti kami marah lho, sini cepetan.” Ancam Sabrina, dengan mimik pura-pura marah dan wajah melotot tajam. Mau tidak mau akhirnya Nata pindah di posisi duduknya dengan diapit di sudut sofa itu oleh Sabrina dan Jessy.

“Nah begini kan enak nyaman, tidak seperti tadi, seperti lagi musuhan. Hihihi.” Lalu dengan Agresif nya Sabrina memeluk Nata dia juga memaksa tangan Jessy untuk memeluk Nata juga. Kini Nata yang merasa jengah saat diapit dan dipeluk oleh kedua gadis cantik dan sintal itu. suara jantungnya seketika berdetak dengan begitu kencang, bagaikan konser musik orkestra phill harmonic.

“Hmmm harum banget, wangi.”

“Tebak wangi apa ?” ucap Jessy memberanikan diri bertanya.

“Wangi tubuh kamu mirip jasmine, kalau Sabrina seperti strowberry.”

“Wah tepat sekali. Kalau kamu kang, mirip wangi moca.”

“Hahaha, benar sekali Sabrina.”

“Kok ga balas meluk kita sih ? ga suka yaa ?” tanya Sabrina sambil mempermainkan kerah t-shirtnya Nata.

“Euuhhh emmmhh suka sih, belum terbiasa saja.”

“Saya boleh aku tanya kang ?” tanya Jessy

“Boleh tanya saja.”

“Sudah pernah pacaran ? atau sudah pernah menikah ?”

“Hahaha, menikah ? pacaran saja aku belum pernah.”

“Hah, belum pernah pacaran ? di Tasik kamu ga laku yaa makanya pindah kemari juga.” Desak Sabrina. Lalu dicubit oleh Jessy.

“Aduh, sakit Jess.”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!