Setelah mereka selesai mandi, perbincangan serius pun dilanjutkan di sebuah ruang tamu, Nata Jessy dan Sabrina duduk di sebuah sofa di ruang tamu apartemen itu,
"Sabrina dan Jessy aku sangat menyangi dan mencintai kalian berdua, aku juga akan menikahi kalian berdua secepatnya.” Ucap Nata dengan terbata-bata.
“Kenapa ?” tanya Sabrina dan Jessy dengan serempak.
“Hmm ... ka ka Karena aku sayang dan suka dengan kalian berdua.”
"Artinya akang berpoligami terhadap kami dong ?." Tanya Sabrina dengan kening berkerut.
"Apakah akang sudah siap menikah dengan kami berdua ? Tanya Jessy juga.
'Iya aku sudah siap, bahkan sudah menyiapkan semuanya. karena aku pernah berikrar kepada diriku sendiri bahwa jika aku menemukan seseorang yang aku cintai di Kota Bandung ini aku akan segera menikahinya, nah kalian berdualah ternyata gadis itu. Aku sayang kalian."
“Aku juga sayang kamu Kang.” ucap Jessy dan Sabrina bersamaan, kemudian mereka saling merebahkan diri menjadikan dada Nata sebagai bantalnya, mereka tidak perduli bahwa harus bekerja di hari itu. Nata yang bagaikan mendapatkan durian runtuh itu kini juga kembali ikut tertidur, karena semalam dia juga kurang tidur. Nata tidak pernah bermimpi mendapat dua orang gadis cantik sekaligus didalam hidupnya. Namun kini kenyataanya dia sedang dipeluk oleh kedua gadis yang sangat cantik, yang satu bule yang satu lagi keturunan Jepang. Sampai sekitar pukul sepuluh mereka terbangunkan karena perut merasa lapar. Suara perut keroncongan mereka besahutan, membuat Sabrina, Jessy dan Nata terpaksa bangun.
“Hehe, kita order makanan saja yaa.” usul Nata. Jessy dan Sabrina menganggukkan kepalanya lalu kembali merebahkan kepalanya diatas dada Nata yang bidang dengan perut penuh otot seperti roti sobek berbaris itu. Nata lalu meraih ponsel yang berada di dekat kepalyanya. Jemarinya dengan lincah memesan makan secara online.
Tring.
Suara notifikasi ponsel pun berbunyi.
“Aku cinta sama kalian.” Ucap Nata dengan suara pelan. Sambil mengelus rambut merah dan rambut hitam legam milik Sabrina dan Jessy, itu.
“Kita harus mandi lagi, deh.”
“Iya Jess, hehehe.”
“Yuk mandi bareng saja.” ajak Sabrina. Dengan kompak merekapun bangkit dari tempat tidur itu. Berdesakan didalam kamar mandi, namun bergiliran saling menyabuni dan membasuh tubuh mereka. Kini tidak ada lagi kesan malu atau sungkan, karena kini mereka seakan sudah terbiasa melihat tubuh yang polos itu dibawah shower. Merekapun segera berpakaian setelah mengeringkan kembali tubuh mereka dengan handuk.
“Terima kasih yaa sayang.” Ucap Nata dengan tulus.
“Sama sama Nata ku sayang.” Jawab Sabrina dan Jessy dengan kompak. Tidak lama kemudian seorang kurir mengetuk pintu kamar apartemen itu, Sabrina segera menghampiri membuka pintunya. Lalu memberikan tips uang tunai kepada kurir itu, yang nampak sangat senang dengan tips yang diterimanya.
“Ayo kita makan, sarapan yang terlambat.” Ajak Sabrina lalu menata makanan diatas meja, sedangkan Jessy mengambil beberapa piring dan gelas beserta dari dapur. Sedangkan sendok dan garpu sudah tersedia
di meja makan.
“Karena sudah kenyang tadi sarapan di kasur, hahaha.” Jawab Nata, disambut gelak tawa Jessy dan Sabrina. Seperti biasa lalu Nata memimpin do’a makan. Setelah itu Nata mengecup kening kedua gadis cantik dan seksi itu bergantian.
“Ayo kita makan, semoga menjadi tenaga untuk kegiatan selanjutnya.” Ajak Nata.
“Mmhhh enak banget nasi gudegnya.” Ucap Sabrina.
“Iya nih tau aja akang kita makanan yang enak.” Puji Jessy.
“Lha aku kan memilih yang bintangnya banyak, otomatis itu sebagai makanan favorit para pemesan makanan online.”
“Ohhh iya juga, cerdas deh akang kita.” Sabrina juga turut memuji Nata. Setelah semua selesai makan lalu Nata bertanya kepada Jessy dan Sabrina.
“Hmmm kalau aku nanti melamar kalian, aku harus menemui siapa ?”
Tidak ada jawaban dari kedua gadis cantik itu, kini kedua gadis cantik itu malah tertunduk, seakan bersedih mengenang masa kecilnya dulu. Tangan Sabrina dan Jessy kini saling menggengam. Seolah mencari
kekuatan untuk jawaban yang dilontarkan oleh Nata itu.
“Kok malah diam sih ?”
“Maaf kang Nata. Kita sepertinya harus terus terang deh, kami dulu diasuh dipanti asuhan. Kami tidak tahu keberadaan orang tua kandung kami sampai sekarang, hanya tahu nama mereka saja.”
“Ohhh maaf, aku tidak tahu.”
“Tidak apa-apa kang, apa sekarang kang Nata mengurungkan niat untuk menikahi kami berdua ?” tanya Sabrina sambil menatap tajam kedua matanya Nata. Kedua kelopak mata Jessy maupun Sabrina mulai mengembun, lalu terbentuk titik tetesan kecil menuruni pipi kedua gadis cantik itu.
“Tidak, aku tidak akan pernah mundur, sama seperti kalian aku juga kini yatim piatu, namun lebih beruntung sedikit, karena aku pernah merasakan kasih sayang dari kedua orang tuaku.” Nata lalu mengajak Jessy dan Sabrina untuk duduk di ruang tamu. Memeluk keduanya diatas sofa setelah mereka duduk bersama.
“Sejak kapan akang ditinggalkan oleh kedua orang tua ?” tanya Jessy.
“Baru setahun kemarin.”
“Maaf yaa kang.” ucap Jessy dan Sabrina.
“Tapi akang lebih beruntung daripada kami, kami hanya memiki foto mereka berdua saja, tidak seperti akang yang sepertinya sudah kenyang dengan kasih sayang dari orang tua.” Ucap Sabrina, dengan masih meneteskan airmatanya.
“Kalian juga sangat beruntung, karena sejak kecil kalian saling bersahabat, tidak seperti aku yang sejak kecil dipingit oleh kedua orang tuaku, tidak punya teman, sekolah juga home schooling, baru saat kuliah aku bisa membaur namun itu juga di luar negeri kuliahnya
“Ohhh pantas saja kang Nata belum penah berpacaran.”
“Memangnya kalian sudah pernah berpacaran ?”
“Sudah pernah sih, sering mentoknya sewaktu ditanya calon mertua, dimana orang tua kami, lalu putus deh. Hikz, Hikz.” Jawab Jessy mewakili sahabatnya Sabrina.
“Pegang omongan ku saja, aku tidak akan pernah meninggalkan kalian, hanya orang bodoh dan tolol yang meninggalkan kalian itu.”
“Akang benar-benar serius dengan kami ?” tanya Sabrina
“Untukku pribadi, kalian adalah cinta yang pertama dan terakhir tambatan hatiku, sayang.”
“Ini bukan ngegombal kan ?” selidik Jessy sambil menatap dengan tajam.
“Aku bukan orang yang biasa ngegombal, tidak pandai berdusta juga.” Nata mencoba menyakinkan kedua gadis cantik yang saat ini sedang dipeluknya itu.
“Apa buktinya ?”
“Nah bila perlu saat ini juga kita menikah, agar kalian yakin.”
“Sebentar kang, jujur yaa .... kemarin malam tadinya kami bersepakat akan menyelidiki akang, namun lebih baik jika mendengar keterangan dari akang langsung deh.”
“Wah sampai segitunya kalian, keren amat.” Tukas Nata dengan nada sangat terkesan.
“Namun sebelum aku menuturkan seluruh jati diriku, alangkah baiknya jika kalian juga menuturkan jati diri kalian.”
“Seperti dituturkan pada awal tadi, kami berdua dititipkan di panti asuhan oleh kedua orang tua kami, Ayahku katanya seorang yang berkebangsaan Kanada, sedangkan ibuku asli orang Indonesia, pada saat kami berusia 17 tahun kami diberikan prioritas untuk memilik kewarganaraan aku sendiri memilih Indonesia sebagai tanah air tumpah darahku tempat aku dilahirkan.”
“Aku juga demikian kang, papa ku berkebangsaan Jepang, namun mama ku orang Indonesian jadi aku juga memilih Indonesia sebagai tanah air tumpah darahku tempat aku dilahirkan.” Tutur Jessy.
“Lalu kalian bersekolah dimana ?”
“Aku dan Jessy bersekolah di yayasan yang sama, seperti panti asuhan tempat kami dibesarkan. Setelah itu aku berkuliah karena mendapatkan beasiswa dari kampus tempat ku menuntut ilmu, jurusan yang aku ambil adalah psikologi, saat ini juga aku sedang menjadi HRD di sebuah perusahaan besar.”
“Wow keren Sab... kalau kamu Jess ?”
“Aku kuliah di sebuah perguruan tinggi, sama seperti Sabrina aku juga mendapatkan beasiswa di bidang Akuntansi dan perdagangan, lalu aku membuka usaha berjualan komputer dari modal tabungan yang awalnya sedikit, namun aku juga akhirnya mendapat bantuan modal dari Sabrina.”
“Wah kalian sungguh Wonder Woman sejati, jadi toko komputer itu milik kalian berdua dong.”
“Iya, Alhamdulillah usaha kami maju, bahkan kami juga mendapatkan banyak langganan dan program pengadaan dari hasil tender, berkat Sabrina juga usaha kami dia seorang marketting eksekutif buatku.” Jawab Jessy.
“Kalian berdua Muslimah ?”
“Iya benar kang, namun kami masih belajar, baru dua tahun kami menjadi mualaf.” Jawab Sabrina.
“Masya Allah, Subhanallah.”
“Tolong bimbing kami kang, jadilah imam kami.” Tambah Sabrina.
“Sekarang ceritakan tentang akang dong.” Ucap Jessy sambil mengusap air matanya.
“Baiklah aku akan membimbing kalian, menjadi imam kalian berdua, akan aku ceritakan lengkap untuk kalian berdua.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments