KUTUKAN Atau ANUGERAH
Panji menjatuhkan badannya bersandar di tembok yang sangat kusam dan kasar, seragam kerjanya penuh dengan darah berwarna hitam, napasnya masih tersengal-sengal, dari balik tembok ia masih mendengar sekumpulan orang-orang yang berteriak-teriak mencarinya. Ia berhasil lolos karena dengan nekad ia melompati pagar yang penuh dengan pecahan kaca yang disusun rapi diatasnya, celananya sobek dibeberapa bagian dan memperlihatkan luka dan juga membuat celananya bersimbah darah.
Panji masih duduk dan tidak memperdulikan lukanya, Ia masih tidak bisa mengerti mengapa hal ini bisa terjadi dalam hidupnya. Baru tiga bulan ia berada di kota ini, dan baru dua bulan ini dia bekerja, ia langsung bermasalah dengan manajernya yang berakibat ia lepas kontrol dan menghantam kepala sang manajer sampai tak sadarkan diri. Darah hitam muncrat dari mulut sang manajer ketika pukulan Panji bersarang telak di kepalanya, anehnya hal yang sama terjadi pada Panji. Aksinya terlihat oleh rekannya yang langsung berteriak, ia memilih kabur dan dikejar-kerjar oleh beberapa security kantornya. Untunglah ia berhasil lolos.
Dua bulan yang lalu baru saja ia mulai bekerja, disitulah ia bertemu manajernya. Anehnya baru saat itu bertemu sang manajer ia sudah punya keinginan untuk memukul kepala sang manajer, dan keinginan itu terus berlanjut setiap kali ia bertemu atau berpapasan. Padahal ia tak pernah berurusan langsung dengannya, walaupun sang manajer dikenal galak kepada karyawannya. Semakin ia menahan semakin sakit kepala yang ia derita, hingga akhitrnya Panji tak mampu menahan dan terjadilah peristiwa pemukulan tersebut.
Ini bukan pertama kali terjadi, sebelumnya ia juga bekerja di kota kelahirannya, dan peristiwa yang sama juga terjadi. Akibat peristiwa itu ia harus pergi dari kota kelahirannya, merantau ke Jakarta. Nasib baik datang, ia bisa bekerja sebagai petugas kebersihan di sana setelah luntang lantung hampir sebulan lamanya mencari pekerjaan hanya dengan modal ijazah SMA. Panji masih meratapi nasibnya, ia bukan tipe agresor, ia bahkan cenderung pendiam, namun emosinya justru bergolak ketika ia bertemu dengan orang yang justru tak dikenalnya.
Panji memandang sekeliling, pagar ini ternyata mengelilingi sebuah komplek perumahan. Matanya menangkap beberapa tanaman liar yang ada di sekitarnya, ia memilih beberapa batang daun lidah buaya untuk mengobati luka-luka di kakinya. Ia melihat di pojok komplek sebuah bangunan terlihat seperti sebuah musholla yang cukup bagus. Panji berjalan menuju musholla, dari sana terlihat deretan rumah yang tersusun rapi, namun tampak sangat sepi. Ia masuk kekamar mandi mencoba membersihkan kemejanya yang terkena darah.
Selepas itu ia mengerjakan sholat Ashar kemejanya dibiarkan tergantung di pagar Mushola, setelah sholat Ashar tiba-tiba ponselnya menerima pesan, ternyata dari teman kostnya yang menanyakan dirinya dan mengabarkan bahwa ada beberapa orang dari kantornya datang mencarinya. Panji menutup ponselnya tak tahu harus menjawab apa, dan sekarang ia tak tahu harus pergi kemana.
Merasa dirinya tidak aman bila terus didalam, ia berjalan kesamping musholla, disebelah sana tampak sebuah gudang yang ternyata pintunya sudah rusak. Panji masuk ke dalam gudang, ia melihat beberapa barang menumpuk disana. Dipojok gudang ada keranda jenazah dan tempat pemandiannya. Panji menimbang, bulu kuduknya meremang, namun tak ada pilihan, dia harus bersembunyi disini melawan rasa takutnya. Panji duduk bersandar di balik pintu sampai Adzan maghrib dan Isya terdengar, ia tak berani keluar dari gudang.
Panji memutuskan keluar dari gudang setelah malam sudah sangat larut. Panji melaksanakan sholat Isya dan berdoa dengan khusyu memohon kepada Tuhan agar dia dibukakan jalan keluar dari masalahnya.
Ia meminum air dari dispenser yang ada dimusholla sebanyak-banyaknya untuk menutup rasa laparnya. Ia kembali ke gudang meringkuk sambil menahan rasa lapar dan rasa sakit yang mulai muncul dari luka-lukanya sampai akhirnya semua penderitaan yang dialami baru bisa hilang saat ia tertidur dilantai gudang, sampai adzan shubuh membangunkannya.
Rasa lapar yang tak tertahankan memaksa panji keluar dari gudang, ia berharap penghuni komplek ini sudah berangkat bekerja sehingga ia bisa pergi diam-diam. Sebelum ia pergi ia bermaksud mengucapkan terima kasih kepada musholla ini yang telah memberinya tumpangan semalam. Panji mengambil peralatan kebersihan dan mulai membersihkan musholla, tak lupa gudang dan kamar mandi Musholla ia bersihkan sampai semuanya bersih mengkilap. Ia juga menyisihkan sedikit uang dikantungnya mengisi kotak amal yang ada di musholla. Setelah merasa puas dengan hasil kerjanya ia melangkah keluar, tiba-ia ia dikejutkan oleh suara salam yang menyapanya.
"Assalamualaikum!"
Panji terlonjak, didepannya sudah berdiri seorang bapak yang menyapanya dengan ramah.
"Waalaikum salam" Suara Panji bergetar seakan ia baru saja tertangkap basah mencuri.
"Saya mau berterima kasih karena anda mau membersihkan musholla ini, tadi pagi saya lihat anda tertidur di gudang, saya tak sampai hati membangunkan karena kelihatannya anda begitu pulas." Bapak tadi berkata dengan ramah.
Mendengar perkataan bapak tadi hati Panji menjadi lega,
"Saya yang harusnya berterima kasih Pak! Bapak tidak mengusir saya semalam."
Bapak itu hanya tersenyum, ia mengamati sosok Panji dari atas ke bawah, dilihatnya beberapa bagian celananya yang sobek dan luka yang sudah mengering, Panji yang merasa sedang diamati kembali diliputi rasa takut dan khawatir.
"Kamu pasti lapar, dari semalam kamu tertidur digudang, terus langsung bersihkan musholla, sebentar saya ambilkan makanan," Bapak itu langsung saja bergegas meninggalkan Panji yang masih berdiri dengan kaki gemetar, ternyata rumah Bapak itu bersebelahan dengan Musholla, tak lama ia keluar membawa sepiring nasi dan lauk beserta air mineral ia menyerahkan makanan kepada Panji dan mempersilahkannya makan. Panji yang memang sangat lapar hampir lupa mengucapkan terima kasih menghabiskan makanannya dengan lahap, Bapak itu hanya tersenyum memperhatikan Panji sambil menyapu halaman luar yang sebenarnya sudah bersih dikerjakan oleh Panji.
Setelah Panji selesai makan dan sudah membersihkan piring makannya, ia berniat pamit namun Bapak itu langsung mencegah.
"Duduklah dulu, tak usah kau khawatir atau takut padaku, aku yakin kamu orang baik!"
Bapak itu berkata dengan ramah sambil segera duduk bersila di teras musholla dan memberi isyarat kepada Panji untuk duduk disebelahnya. Panji awalnya merasa ragu tapi ia sudah merasakan kebaikan orang tua itu, sehingga ia juga merasa tak enak bila menolak ajakannya, ia segera duduk bersila disebelahnya.
"Biar kutebak, kau mendapat luka-luka ditangan dan kakimu akibat melompati pagar komplek ini kan? Apa yang terjadi sehingga kamu sampai nekad melompati pagar kami?" Orangtua itu bertanya dengan ramah, Panji tak tahu harus menjawab apa, namun akhirnya ia berkata sedikit jujur.
"Kantor tempat aku bekerja ada di sebrang jalan dibalik komplek ini Pak, aku berkelahi dengan manajerku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments