Love In Trouble
"Aku mohon sayang, keluarga aku udah nanyain terus. Jadi kapan kamu nikahin aku? Kapan mas? Posisi aku lagi nggak gampang. Kalau kamu terus ulur waktu gini, yang ada perjodohan itu bakalan terjadi juga. Aku nggak mau. Aku maunya sama kamu.”
Keluhan Zaina di anggap angin lalu sama sang kekasih, Ghaly. Membuat perempuan itu menarik selimut yang menyelimuti tubuh polos mereka berdua.
"Mas ... apa kamu sebenarnya memang nggak niat nikah sama aku?" tanya Zaina lagi dengan serius. "Aku udah kasih semuanya buat kamu ... karena kamu sendiri yang janji mau nikahin aku.”
Zaina meraup wajahnya, frustasi.
Namanya Zaina. Perempuan yang masih cukup muda ini hidup di lingkungan kaya sejak kecil. Dia memiliki banyak aset di umurnya yang masih muda. Kendati begitu dia sama sekali nggak sombong.
Bahkan Zaina memilih kekasih, Ghaly namanya. Laki-laki pegawai di kantor ayahnya. Zaina benar-benar cinta sama Ghaly. Sampai rela memberikan semuanya sama laki-laki itu dan salah satu kebodohan yang udah dia lakukan. Hanyalah, memberi keperawanan pada laki-laki yang bukan suaminya.
"Sabar sayang ... mas lagi kumpulin uang buat kita menikah,” jawab Ghaly, akhirnya.
"Tapi sampai kapan mas?"
Dia hanya perempuan yang di kenal vanyak orang sebagai pewaris dari keluarga kaya dan di gadang akan dijodohkan dengan seorang pengusaha ternama yang dikenal sangat dingin.
Berita simpang siur udah terdengar di mana-mana. Meskipun orang tuanya belum kasih jawaban sama sekali. Tetap saja, dia takut ...
Pasalnya, Zaina memiliki seorang kekasih.
Dia terlalu cinta sama Ghaly dan takut kehilangannya.
"Kamu sudah mengambil keperawanan aku loh sayang. Kamu ingat kan? Gimana kamu yang mabuk malam itu. Dan pada akhirnya jadiin aku sebagai pelampiasan nafsu kamu?" tanya Zaina berusaha untuk mengingatkan kala itu lagi.
Ghaly berbalik dan menyibak selimut, ia turun dari tempat tidur dan pakai celana dengan santai di hadapan Zaina lalu menatap kekasih nya itu dengan sangat kesal.
"Kamu nggak percaya sama aku! Nafsu?! kalau aku cuma butuh tubuh kamu doang, harusnya aku langsung pergi pas dapet keperawanan kamu. Tapi enggak kan? Aku selalu di sini, aku selalu ada di samping kamu. Jadi ... kamu tinggal sabar dan tunggu aja sampai aku datang ke rumah kamu."
Zaina duduk dan memeluk tubuhnya dengan selimut.
“Tapi sampai kapan, Ghaly?”
“Berisik tau nggak sih. Bisa sabar nggak?!” bentak Ghaly yang tak disangka Zaina. “Dasar orang kaya, disuruh sabar aja nggak bisa.”
Zaina melunak
"Jangan marah dong, sayang. Aku juga bingung ini. Aku nggak mau kehilangan kamu. Tapi di sisi lain berita itu terus tersebar luas. Bahkan semua orang seolah jodohin aku sama dia. Bahkan disaat aku nggak kenal dia. Aku nggak tahu harus apa, karena kamu juga yang nggak mau ketemu sama orang tua aku.”
Ghaly menendang kursi di sana dengan kasar.
"Kamu tahu nggak sih kehidupan kita bagai langit dan bumi? Aku masih belum siap mendapat roasting keluarga kamu yang berujung buat aku sakit hati doang. Aku nggak mau kalau pada akhirnya itu mereka cuma menertawakan pilihan kamu. Kamu harusnya mengerti rasanya jadi aku.
Zaina turun dari kasur lalu memakai pakaian dia dengan cepat dan berjalan menghampiri Ghaly. Ia genggam tangan kekasihnya.
"Sayang ... aku janji kalau mereka nggak akan memperlakukan kamu dengan jahat. Keluarga aku nggak pernah tuh pandang orang lain dari hartanya. Tapi kalau kamu memang nggak mau, aku bakalan buat kamu seperti orang kaya. Kamu pakai aja uang aku untuk ubah gaya kamu. Gimana?"
"Maksudmu? Aku harus menjadi orang lain gitu?" marah Ghaly.
Zaina menarik napas dalam, kenapa selalu aja salah? Bukankah maksud dia baik untuk kali ini? Zaina menatap mata Ghaly yang udah nggak mau menatap mata dirinya.
"Mas ... sebenarnya kamu serius nggak sih sama aku?" tanya Zaina pada akhirnya. "Kamu selalu aja pakai tubuh aku seenaknya dan aku juga cemas mas. Gimana kalau aku hamil? Aku takut ... dan hati aku jauh lebih tenang kalau kita lakuin itu pas udah nikah. Kenapa? Kenapa kalau ada kesempatan yang lebih baik. Kamu malah milih lakuin itu terus pas kita belum ada hubungan sama sekali? Gimana kalau aku hamil? Aku takut sama orang tua aku ..”
Napas Zaina memburu, ia benar-benar udah emosi.
"Aku selalu takut mas, aku takut waktu telat datang bulan, aku takut waktu aku nggak dapat tamu bulanan aku. Banyak yang aku takutkan setiap melakukan itu. Tapi apa? Aku sama sekali nggak tega menolak kamu. Karena setiap sedih itu kamu selalu aja melampiaskan sedihnya kamu lewat kegiatan panas itu."
Ia menutup wajahnya.
"Kadang aku malu mas sama diri aku sendiri. Dulu aku selalu berpegang teguh supaya bisa memberikan kehormatan aku sama suami aku. Bukan kekasih aku. Tapi kamu selalu aja berjanji kalau mau nikah sama aku. Aku kasih mas. Tapi di saat seperti ini? Kenapa kamu kayak nggak mau sama sekali nikah sama aku? Kamu selalu aja mundur dan berakhir nggak mau jawab pertanyaan penting ini sama sekali."
"Zaina ... Aku berterima kasih karena udah mendapat keperawanan kamu. Aku juga berterima kasih karena kamu udah banyak bantu aku. Tapi bukanlah aku sama sekali nggak pernah maksa kamu untuk mendapat ini semua?" seru Ghaly tiba-tiba sambil tersenyum smirk.
Mulut Zaina terbuka. Terkejut akan omongan Ghaly.
"Jadi maksud kamu, ini salah aku gitu?"
Ghaly berkacak pinggang dan hanya mengangguk, mengesalkan sekali.
"Ya bukankah seperti itu? Aku nggak pernah maksa kamu buat kasih keperawanan kamu itu untuk aku. Aku juga nggak pernah minta kamu buat serahin tubuh kamu kan? Kamu sendiri tuh yang nyerahin diri kamu ke aku. Terus aku harus apa?"
“...”
“Aku juga laki-laki kali, kalau kamu kasih. Ya aku terima. Toh, kalau kamu emang nggak niat kasih keperawanan kamu dari awal. Aku bisa cari tuh perempuan di luaran sana. Yang bisa kasih aku kenikmatan, tapi nggak nuntut ini itu.”
“GHALY!”
Mata Zaina membola.
"Ghaly! Kamu nggak mau bertanggung jawab sama apa yang kamu lakuin selama ini! Nggak sekali dua kali loh dan kenapa kamu masih bisa santai banget di saat kondisi genting kayak gini? Dan apa maksud omongan kamu tadi?” seru Zaina seraya menyentuh hatinya. Sangat sakit.
Ghaly tertawa.
"Aku capek. Tertekan mulu pas sama kamu. Sepertinya menikah sama kamu bukan lagi list di hidup aku. Walau gitu, aku berterima kasih sama kamu karena udah memberi banyak hal sama aku. Aku juga berterima kasih karena kamu sama sekali nggak jijik sama laki-laki rendahan sama aku. Berterima kasih juga sama keperawanan kamu yang udah aku ambil. Aku sungguh menikmati hubungan kita selama ini."
Zaina masih dengan keterkejutannya.
"Aku memang sayang sama kamu, tapi untuk menikah? Sepertinya nggak dulu. Karena masih nggak mau mendapat tekanan batin karena menikah sama pewaris seperti kamu. Aku masih mau hidup biasa dan nggak memikirkan banyak hal. Jadi, sepertinya hubungan kita cuma sampai saat ini saja."
"GHALY! Nggak begini ... aku nggak akan paksa kamu lagi. Aku bakalan tunggu kamu sampai kapanpun. Tapi jangan pernah putusin aku. Aku cinta sama kamu, jangan begini ya. Kita mulai lagi dengan baik ya."
“Dan ... siapa laki-laki yang mau nikahin aku kalau udah gini? Kita udah kepalang balah, Ghaly. Jadi lebih baik kita lanjutin,” desak Zaina
Zaina semakin histeris saat Ghaly diam saja dan memilih membersihkan barang dia. Ingin pergi dari apartemen Zaina yang selama ini menjadi tempat tinggal mereka berdua.
Ghaly membuka pintu apartemen buat Zaina semakin histeris dan menggeleng. Meminta Ghaly untuk kembali.
"Terima kasih atas beberapa tahun bersama kamu yang udah buat aku benar-benar bahagia. Tapi satu fakta yang harus kamu dengar. Kalau selama ini aku selalu keluarin di luar, tapi tadi malam aku keluarin di dalam. Aku cuma bisa berharap kalau kamu nggak akan hamil. Semoga saja ya," bisiknya lalu tertawa kecil. Menutup pintu dengan cepat.
Kepergian Ghaly membuat perempuan itu semakin histeris. Entah karena kekasihnya yang dia cintai pergi atau akan fakta yang baru saja ia dengar.
"Aku harus apa kalau udah begini?" paniknya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Hadeueuhh Zaina terlalu percaya ke lelaki kamu 🤦♀
Lanjut thor semangat 💪
2023-06-07
0