Love In Trouble

Love In Trouble

1 - Fakta Mencengangkan

"Aku mohon sayang, keluarga aku udah nanyain terus. Jadi kapan kamu nikahin aku? Kapan mas? Posisi aku lagi nggak gampang. Kalau kamu terus ulur waktu gini, yang ada perjodohan itu bakalan terjadi juga. Aku nggak mau. Aku maunya sama kamu.”

Keluhan Zaina di anggap angin lalu sama sang kekasih, Ghaly. Membuat perempuan itu menarik selimut yang menyelimuti tubuh polos mereka berdua.

"Mas ... apa kamu sebenarnya memang nggak niat nikah sama aku?" tanya Zaina lagi dengan serius. "Aku udah kasih semuanya buat kamu ... karena kamu sendiri yang janji mau nikahin aku.”

 Zaina meraup wajahnya, frustasi.

Namanya Zaina. Perempuan yang masih cukup muda ini hidup di lingkungan kaya sejak kecil. Dia memiliki banyak aset di umurnya yang masih muda. Kendati begitu dia sama sekali nggak sombong.

Bahkan Zaina memilih kekasih, Ghaly namanya. Laki-laki pegawai di kantor ayahnya. Zaina benar-benar cinta sama Ghaly. Sampai rela memberikan semuanya sama laki-laki itu dan salah satu kebodohan yang udah dia lakukan. Hanyalah, memberi keperawanan pada laki-laki yang bukan suaminya.

"Sabar sayang ... mas lagi kumpulin uang buat kita menikah,” jawab Ghaly, akhirnya.

"Tapi sampai kapan mas?"

Dia hanya perempuan yang di kenal vanyak orang sebagai pewaris dari keluarga kaya dan di gadang akan dijodohkan dengan seorang pengusaha ternama yang dikenal sangat dingin.

Berita simpang siur udah terdengar di mana-mana. Meskipun orang tuanya belum kasih jawaban sama sekali. Tetap saja, dia takut ...

Pasalnya, Zaina memiliki seorang kekasih.

Dia terlalu cinta sama Ghaly dan takut kehilangannya.

"Kamu sudah mengambil keperawanan aku loh sayang. Kamu ingat kan? Gimana kamu yang mabuk malam itu. Dan pada akhirnya jadiin aku sebagai pelampiasan nafsu kamu?" tanya Zaina berusaha untuk mengingatkan kala itu lagi.

Ghaly berbalik dan menyibak selimut, ia turun dari tempat tidur dan pakai celana dengan santai di hadapan Zaina lalu menatap kekasih nya itu dengan sangat kesal.

"Kamu nggak percaya sama aku! Nafsu?! kalau aku cuma butuh tubuh kamu doang, harusnya aku langsung pergi pas dapet keperawanan kamu. Tapi enggak kan? Aku selalu di sini, aku selalu ada di samping kamu. Jadi ... kamu tinggal sabar dan tunggu aja sampai aku datang ke rumah kamu."

Zaina duduk dan memeluk tubuhnya dengan selimut.

“Tapi sampai kapan, Ghaly?”

“Berisik tau nggak sih. Bisa sabar nggak?!” bentak Ghaly yang tak disangka Zaina. “Dasar orang kaya, disuruh sabar aja nggak bisa.”

Zaina melunak

"Jangan marah dong, sayang. Aku juga bingung ini. Aku nggak mau kehilangan kamu. Tapi di sisi lain berita itu terus tersebar luas. Bahkan semua orang seolah jodohin aku sama dia. Bahkan disaat aku nggak kenal dia. Aku nggak tahu harus apa, karena kamu juga yang nggak mau ketemu sama orang tua aku.”

Ghaly menendang kursi di sana dengan kasar.

"Kamu tahu nggak sih kehidupan kita bagai langit dan bumi? Aku masih belum siap mendapat roasting keluarga kamu yang berujung buat aku sakit hati doang. Aku nggak mau kalau pada akhirnya itu mereka cuma menertawakan pilihan kamu. Kamu harusnya mengerti rasanya jadi aku.

Zaina turun dari kasur lalu memakai pakaian dia dengan cepat dan berjalan menghampiri Ghaly. Ia genggam tangan kekasihnya.

"Sayang ... aku janji kalau mereka nggak akan memperlakukan kamu dengan jahat. Keluarga aku nggak pernah tuh pandang orang lain dari hartanya. Tapi kalau kamu memang nggak mau, aku bakalan buat kamu seperti orang kaya. Kamu pakai aja uang aku untuk ubah gaya kamu. Gimana?"

"Maksudmu? Aku harus menjadi orang lain gitu?" marah Ghaly.

Zaina menarik napas dalam, kenapa selalu aja salah? Bukankah maksud dia baik untuk kali ini? Zaina menatap mata Ghaly yang udah nggak mau menatap mata dirinya.

"Mas ... sebenarnya kamu serius nggak sih sama aku?" tanya Zaina pada akhirnya. "Kamu selalu aja pakai tubuh aku seenaknya dan aku juga cemas mas. Gimana kalau aku hamil? Aku takut ... dan hati aku jauh lebih tenang kalau kita lakuin itu pas udah nikah. Kenapa? Kenapa kalau ada kesempatan yang lebih baik. Kamu malah milih lakuin itu terus pas kita belum ada hubungan sama sekali? Gimana kalau aku hamil? Aku takut sama orang tua aku ..”

Napas Zaina memburu, ia benar-benar udah emosi.

"Aku selalu takut mas, aku takut waktu telat datang bulan, aku takut waktu aku nggak dapat tamu bulanan aku. Banyak yang aku takutkan setiap melakukan itu. Tapi apa? Aku sama sekali nggak tega menolak kamu. Karena setiap sedih itu kamu selalu aja melampiaskan sedihnya kamu lewat kegiatan panas itu."

Ia menutup wajahnya.

"Kadang aku malu mas sama diri aku sendiri. Dulu aku selalu berpegang teguh supaya bisa memberikan kehormatan aku sama suami aku. Bukan kekasih aku. Tapi kamu selalu aja berjanji kalau mau nikah sama aku. Aku kasih mas. Tapi di saat seperti ini? Kenapa kamu kayak nggak mau sama sekali nikah sama aku? Kamu selalu aja mundur dan berakhir nggak mau jawab pertanyaan penting ini sama sekali."

"Zaina ... Aku berterima kasih karena udah mendapat keperawanan kamu. Aku juga berterima kasih karena kamu udah banyak bantu aku. Tapi bukanlah aku sama sekali nggak pernah maksa kamu untuk mendapat ini semua?" seru Ghaly tiba-tiba sambil tersenyum smirk.

Mulut Zaina terbuka. Terkejut akan omongan Ghaly.

"Jadi maksud kamu, ini salah aku gitu?"

Ghaly berkacak pinggang dan hanya mengangguk, mengesalkan sekali.

"Ya bukankah seperti itu? Aku nggak pernah maksa kamu buat kasih keperawanan kamu itu untuk aku. Aku juga nggak pernah minta kamu buat serahin tubuh kamu kan? Kamu sendiri tuh yang nyerahin diri kamu ke aku. Terus aku harus apa?"

“...”

“Aku juga laki-laki kali, kalau kamu kasih. Ya aku terima. Toh, kalau kamu emang nggak niat kasih keperawanan kamu dari awal. Aku bisa cari tuh perempuan di luaran sana. Yang bisa kasih aku kenikmatan, tapi nggak nuntut ini itu.”

“GHALY!”

Mata Zaina membola.

"Ghaly! Kamu nggak mau bertanggung jawab sama apa yang kamu lakuin selama ini! Nggak sekali dua kali loh dan kenapa kamu masih bisa santai banget di saat kondisi genting kayak gini? Dan apa maksud omongan kamu tadi?” seru Zaina seraya menyentuh hatinya. Sangat sakit.

Ghaly tertawa.

"Aku capek. Tertekan mulu pas sama kamu. Sepertinya menikah sama kamu bukan lagi list di hidup aku. Walau gitu, aku berterima kasih sama kamu karena udah memberi banyak hal sama aku. Aku juga berterima kasih karena kamu sama sekali nggak jijik sama laki-laki rendahan sama aku. Berterima kasih juga sama keperawanan kamu yang udah aku ambil. Aku sungguh menikmati hubungan kita selama ini."

Zaina masih dengan keterkejutannya.

"Aku memang sayang sama kamu, tapi untuk menikah? Sepertinya nggak dulu. Karena masih nggak mau mendapat tekanan batin karena menikah sama pewaris seperti kamu. Aku masih mau hidup biasa dan nggak memikirkan banyak hal. Jadi, sepertinya hubungan kita cuma sampai saat ini saja."

"GHALY! Nggak begini ... aku nggak akan paksa kamu lagi. Aku bakalan tunggu kamu sampai kapanpun. Tapi jangan pernah putusin aku. Aku cinta sama kamu, jangan begini ya. Kita mulai lagi dengan baik ya."

“Dan ... siapa laki-laki yang mau nikahin aku kalau udah gini? Kita udah kepalang balah, Ghaly. Jadi lebih baik kita lanjutin,” desak Zaina

Zaina semakin histeris saat Ghaly diam saja dan memilih membersihkan barang dia. Ingin pergi dari apartemen Zaina yang selama ini menjadi tempat tinggal mereka berdua.

Ghaly membuka pintu apartemen buat Zaina semakin histeris dan menggeleng. Meminta Ghaly untuk kembali.

"Terima kasih atas beberapa tahun bersama kamu yang udah buat aku benar-benar bahagia. Tapi satu fakta yang harus kamu dengar. Kalau selama ini aku selalu keluarin di luar, tapi tadi malam aku keluarin di dalam. Aku cuma bisa berharap kalau kamu nggak akan hamil. Semoga saja ya," bisiknya lalu tertawa kecil. Menutup pintu dengan cepat.

Kepergian Ghaly membuat perempuan itu semakin histeris. Entah karena kekasihnya yang dia cintai pergi atau akan fakta yang baru saja ia dengar.

"Aku harus apa kalau udah begini?" paniknya

Terpopuler

Comments

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Hadeueuhh Zaina terlalu percaya ke lelaki kamu 🤦‍♀
Lanjut thor semangat 💪

2023-06-07

0

lihat semua
Episodes
1 1 - Fakta Mencengangkan
2 2 - Zaina dan Keras Kepalanya
3 3 - Mencari Ghaly
4 4 - Keras Kepala
5 5 - Hamil?
6 6 - Dunianya Hancur
7 7 - Berubah
8 8 - Sikap Yang Berubah
9 9 - Nasihat atau Amarah?
10 10 - Mengikhlaskan
11 11 - Mulai Menerima
12 12 - Pertimbangan
13 13 - Apa Itu Menikah?
14 14 - Teman
15 15 - Saling Menguntungkan
16 16 - Menghilangkan Jejak
17 17 - Pria Baik Hati
18 18 - Pria Baik Hati (2)
19 19 - Canggung
20 20 - Kebahagiaan Kecil
21 21 - Bingung
22 22 - Usai
23 23 - Takdir?
24 24 - Firasat Buruk
25 25 - Berita Panas
26 26 - Pelaku
27 27 - Kekejaman Mahen
28 28 - Tega
29 29 - Dad Zidan
30 30 - Ikhlasnya Seorang Ayah
31 31 - Masalah Baru
32 32 - Masa Lalu Mahen
33 33 - Aku Sanggup!
34 34 - Sedikit Ancaman
35 35 - Alfi dan nenek
36 36 - Kekhawatiran
37 37 - Masalah Lagi
38 38 - Dewasa
39 39 - Memperburuk Keadaan
40 40 - Terpojokan
41 41 - Sesak
42 42 - Kelepasan
43 43 - Bentakan yang Menyakitkan
44 44 - Sakit
45 45 - Inilah Akhirnya?
46 46 - Kondisi Zaina
47 47 - Suram
48 48 - Konferensi Pers
49 49 - Siuman
50 50 - Histeris
51 51 - Bujukan
52 Bertemu Lagi
53 Maaf?
54 Apakah Ini Jalan Yang Benar?
55 Terasa Kosong
56 Demi Anak
57 Bertemu Dia
58 Mereka Jahat
59 Menenangkan
60 Rasa Tenang Itu
61 Seiring Berjalannya Waktu
62 Damai?
63 Bertemu Dengannya Lagi
64 Perih
65 Sudah Bersama Yang Lain
66 Penguat
67 Sakit Hati
68 Mulut Jahat Itu
69 Rencana Mulai Berjalan
70 Sisa Lima
71 Jatuh Sakit dan Kunjungan Tak Terduga
72 Jengukan Maut
73 Penjelasan
74 Nasihat
75 Perkara Gaun
76 Ghaly Cemburu?
77 Tak Boleh Berharap
78 Canggung
79 Bunda Mahen
80 Penasaran
81 Canggung
82 Alasan Selama Ini
83 Masih Tentang Mahen
84 Berita Buruk
85 Menolak Atau Terima?
86 Semakin Parah
87 Harapan
88 Jangan Khawatir
89 Memintanya Datang
90 Harapan Terakhir
91 Rencana?
92 Bencana Hari Ini
93 Belajar Dari Awal?
94 Psikiater
95 Bertemu Kembali
96 Berbaikan?
97 Mahen dan Usahanya
98 Malam Bahagia
99 Izin
100 Panik
101 Lebih Tenang
102 Selalu Salah
103 Terpaksa
104 Kepincut?
105 Nekat
106 Mimpi Buruk
107 Keputusan
108 Penawaran
109 Simulasi
110 Pilihan Membingungkan
111 Mengapa Begini?
112 Pasrah
113 Alasan Selama Ini
114 Tekad Kuat
115 Isi Hati
116 Isi Hati (2)
117 Pilihan
118 Satu per Satu
119 Yang Dialami Zaina
120 Bersama
121 Bersama
122 Sidang
123 Keributan Kecil
124 Teringat Masa Lalu
125 Penjelasan Selama Ini dan Damai
126 Malam yang Indah
127 Seperti Ditipu?
128 Rencana
129 Akhirnya Sadar
130 Keputusan Mahen
131 Masalah Restu
132 Alasan Selama Ini
133 Meleraikan Masalah
134 Selalu Bersama
135 Mengutarakan
136 Ledekan Kecil
137 Mesra Sedikit
138 Molen
139 Tidak Semenakutkan Yang Dikira
140 Lebih Tenang
141 Diam
142 Pupus?
143 Marahnya Daddy Zidan
144 Penjelasan
145 Tinggal Satu Langkah Lagi
146 Pertengkaran
147 Daddy Zidan dan Isi Hatinya
148 Tentang Zaina
149 Baru Sadar
150 Luluh?
151 Sedikit Amunasi
152 Sayang
153 Untuk Semuanya
154 Mengungkapkan Isi Hati
155 Mengungkapkan Isi Hati (2)
156 Pertanyaan Mendadak
157 Saling Mengaku?
158 Satu Sama Lain
159 Permintaan Zaina
160 Berdua Bersamamu
161 Ikhlas
162 Rasa Nyaman
163 Perintah Mom dan Dad
164 Lega
165 Permohonan Zaina
166 Musibah
167 Tekad Zaina
168 Sungkan
169 Bertemu
170 Ada Mas Disini
171 Buah Kesabaran
172 Ada Daddy Disini
173 Tegas
174 Mulai Mengurus Semuanya
175 Mohon
176 Lupa
177 Aduan Ghaly
178 Bingung
179 Menyindir
180 Harus Yakin
181 Perintah
182 Keluarga Sang Ayah
183 Keresahan Hati
184 Teleponan
185 Teleponan (2)
186 Pertanyaan Oma
187 Harus Siap!
188 Mahen dan Zaina
189 Bersama itu Menyenangkan
190 Gelang Couple
191 Gelang Couple (2)
192 Minta Bantuan
193 Akhir
Episodes

Updated 193 Episodes

1
1 - Fakta Mencengangkan
2
2 - Zaina dan Keras Kepalanya
3
3 - Mencari Ghaly
4
4 - Keras Kepala
5
5 - Hamil?
6
6 - Dunianya Hancur
7
7 - Berubah
8
8 - Sikap Yang Berubah
9
9 - Nasihat atau Amarah?
10
10 - Mengikhlaskan
11
11 - Mulai Menerima
12
12 - Pertimbangan
13
13 - Apa Itu Menikah?
14
14 - Teman
15
15 - Saling Menguntungkan
16
16 - Menghilangkan Jejak
17
17 - Pria Baik Hati
18
18 - Pria Baik Hati (2)
19
19 - Canggung
20
20 - Kebahagiaan Kecil
21
21 - Bingung
22
22 - Usai
23
23 - Takdir?
24
24 - Firasat Buruk
25
25 - Berita Panas
26
26 - Pelaku
27
27 - Kekejaman Mahen
28
28 - Tega
29
29 - Dad Zidan
30
30 - Ikhlasnya Seorang Ayah
31
31 - Masalah Baru
32
32 - Masa Lalu Mahen
33
33 - Aku Sanggup!
34
34 - Sedikit Ancaman
35
35 - Alfi dan nenek
36
36 - Kekhawatiran
37
37 - Masalah Lagi
38
38 - Dewasa
39
39 - Memperburuk Keadaan
40
40 - Terpojokan
41
41 - Sesak
42
42 - Kelepasan
43
43 - Bentakan yang Menyakitkan
44
44 - Sakit
45
45 - Inilah Akhirnya?
46
46 - Kondisi Zaina
47
47 - Suram
48
48 - Konferensi Pers
49
49 - Siuman
50
50 - Histeris
51
51 - Bujukan
52
Bertemu Lagi
53
Maaf?
54
Apakah Ini Jalan Yang Benar?
55
Terasa Kosong
56
Demi Anak
57
Bertemu Dia
58
Mereka Jahat
59
Menenangkan
60
Rasa Tenang Itu
61
Seiring Berjalannya Waktu
62
Damai?
63
Bertemu Dengannya Lagi
64
Perih
65
Sudah Bersama Yang Lain
66
Penguat
67
Sakit Hati
68
Mulut Jahat Itu
69
Rencana Mulai Berjalan
70
Sisa Lima
71
Jatuh Sakit dan Kunjungan Tak Terduga
72
Jengukan Maut
73
Penjelasan
74
Nasihat
75
Perkara Gaun
76
Ghaly Cemburu?
77
Tak Boleh Berharap
78
Canggung
79
Bunda Mahen
80
Penasaran
81
Canggung
82
Alasan Selama Ini
83
Masih Tentang Mahen
84
Berita Buruk
85
Menolak Atau Terima?
86
Semakin Parah
87
Harapan
88
Jangan Khawatir
89
Memintanya Datang
90
Harapan Terakhir
91
Rencana?
92
Bencana Hari Ini
93
Belajar Dari Awal?
94
Psikiater
95
Bertemu Kembali
96
Berbaikan?
97
Mahen dan Usahanya
98
Malam Bahagia
99
Izin
100
Panik
101
Lebih Tenang
102
Selalu Salah
103
Terpaksa
104
Kepincut?
105
Nekat
106
Mimpi Buruk
107
Keputusan
108
Penawaran
109
Simulasi
110
Pilihan Membingungkan
111
Mengapa Begini?
112
Pasrah
113
Alasan Selama Ini
114
Tekad Kuat
115
Isi Hati
116
Isi Hati (2)
117
Pilihan
118
Satu per Satu
119
Yang Dialami Zaina
120
Bersama
121
Bersama
122
Sidang
123
Keributan Kecil
124
Teringat Masa Lalu
125
Penjelasan Selama Ini dan Damai
126
Malam yang Indah
127
Seperti Ditipu?
128
Rencana
129
Akhirnya Sadar
130
Keputusan Mahen
131
Masalah Restu
132
Alasan Selama Ini
133
Meleraikan Masalah
134
Selalu Bersama
135
Mengutarakan
136
Ledekan Kecil
137
Mesra Sedikit
138
Molen
139
Tidak Semenakutkan Yang Dikira
140
Lebih Tenang
141
Diam
142
Pupus?
143
Marahnya Daddy Zidan
144
Penjelasan
145
Tinggal Satu Langkah Lagi
146
Pertengkaran
147
Daddy Zidan dan Isi Hatinya
148
Tentang Zaina
149
Baru Sadar
150
Luluh?
151
Sedikit Amunasi
152
Sayang
153
Untuk Semuanya
154
Mengungkapkan Isi Hati
155
Mengungkapkan Isi Hati (2)
156
Pertanyaan Mendadak
157
Saling Mengaku?
158
Satu Sama Lain
159
Permintaan Zaina
160
Berdua Bersamamu
161
Ikhlas
162
Rasa Nyaman
163
Perintah Mom dan Dad
164
Lega
165
Permohonan Zaina
166
Musibah
167
Tekad Zaina
168
Sungkan
169
Bertemu
170
Ada Mas Disini
171
Buah Kesabaran
172
Ada Daddy Disini
173
Tegas
174
Mulai Mengurus Semuanya
175
Mohon
176
Lupa
177
Aduan Ghaly
178
Bingung
179
Menyindir
180
Harus Yakin
181
Perintah
182
Keluarga Sang Ayah
183
Keresahan Hati
184
Teleponan
185
Teleponan (2)
186
Pertanyaan Oma
187
Harus Siap!
188
Mahen dan Zaina
189
Bersama itu Menyenangkan
190
Gelang Couple
191
Gelang Couple (2)
192
Minta Bantuan
193
Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!