4 - Keras Kepala

Zaina ...

Perempuan yang nyatanya menjadi toxic karena sudah berhubungan dengan Ghaly. Dia nggak sadar kalau dirinya udah banyak membuat semua orang sakit hati atas perbuatannya. Dia nggak sadar kalau selama ini hanya di permain kan saja. Karena matanya sudah di tutup cinta yang begitu besar.

Tanpa Zaina sadari, perempuan itu udah menyakiti kedua orang tuanya. Dia selalu berpikir kalau orang tuanya jahat, nggak pernah mengikuti apa yang dia mau. Tanpa dia sadari, kalau dirinya lah sendiri yang menciptakan pemikiran seperti itu. Dia hanya mau melihat dari satu sisi tanpa mau dari sisi lain.

Zaina merasa dirinya sudah benar, tapi tanpa dia sadari kalau di sini. Ternyata dirinya lah yang menyakiti banyak orang lain. Ekspetasi yang Zaina bangun itu terlalu tinggi hingga menyakiti dirinya sendiri.

Perempuan itu nggak sadar malahan dirinya lah yang membuat banyak orang tersiksa.

Perempuan itu juga nggak sadar, salah satu alesannya seperti ini itu karena Ghaly.

***

"Dad ... sepertinya kita udah salah merawat Zaina. Aku beneran terkejut karena anak kita yang dulu kita rawat dengan limpahan kasih sayang sedemikian rupa nyatanya kini malah menjadi anak yang kayak gini. Membangkang terus."

Mommy Nadya menutup wajahnya, mulai terisak. Begitu tersiksa mendapati anak semata wayangnya kayak gini.

Daddy Zidan mendekat dan duduk tepat di samping istrinya. Memandang istrinya itu yang mulai menangis, kemudian dia rengkuh dengan sangat erat. Sebagai ayah juga dia merasa gagal dalam rawat anaknya.

"Daddy juga nggak tahu, sayang. Kenapa anak kita jadi seperti ini. Kenapa terus aja menolak apa yang kita mau."

Sebagai seorang ayah, dia benar-benar kecewa. Dia benar-benar menyalahkan dirinya karena sudah menumbuhkan yang salah anaknya. Dia merasa karena dirinya lah, Zaina tumbuh jadi seperti ini.

"Apa ini semua karena daddy? Apa daddy selalu aja meminta dia untuk melakukan apa yang daddy mau? Apa daddy salah melakukan ini sampai Zaina merasa kalau kita nggak pernah sayang sama dia?"

Mommy Nadia menggeleng.

"Tidak ... bukan salah kamu sama sekali. Aku sangat tahu apa alasan kamu lakukan ini semua. Kamu dulu melarang dia berteman sama laki-laki, karena tau salah satu dari temannya ada yang suka memainkan perempuan sampai ke arah yang nggak baik. Kamu melarang dia untuk ambil SMK, karena kamu tau dia nggak akan kuat menghadapi hitungan yang buat anak kita pusing doang dan masih banyak lagi alasan yang kamu buat anak kita merasa tertahan."

Daddy Zidan menarik napas dalam.

"Tapi ... Zaina sama sekali nggak ngerti alasan aku bukan? Anak kita sepertinya salah paham dan malah merasa aku gak pernah setuju ini kemauan dia. Padahal aku cuma nggak mau dia kenapa-napa. Aku terlalu sayang sama Zaina, sampai takut anak perempuan aku pergi jauh dari sisi aku."

"Aku paham sama perasaan kamu, mas. Untuk kali ini juga, kita menjodohkan dia dengan laki-laki yang udah di kenal baik kan? Aku sangat tahu karena laki-laki itu terkenal menyayangi orang tua nya dan aku juga mau anak kita bisa di sayangi sama laki-laki seperti itu. Tapi aku sama sekali nggak pernah memaksa Zaina setelah tahu anak kita punya pacar kan?"

Zidan mengangguk dan beralih duduk di kursi kebesarannya.

Memijat keningnya yang terasa sakit.

"Mas mau sekali mencari kekasih dia itu, karena semenjak pacaran dengannya. Sepertinya anak kita jadi berubah. Lalu, gimana dengan privasi yang udah Zaina janjikan sama kita? Mas cuma nggak mau melanggar itu."

Beberapa bulan silam,

Dengan jujur Zaina mengatakan untuk tinggal sendiri, dengan dalih ingin hidup sendiri. Padahal kenyatannya dia tinggal bersama sang kekasih, yaitu Ghaly. Tanpa orang tuanya tahu.

Awalnya mommy Nadya sama daddy Zidan menolak kuat. Karena tahu Zaina tipe anak manja yang harus di sediakan segala kebutuhannya. Jadi mereka udah membayangkan bagaimana sulitnya Zaina tinggal sendiri dan bagaimana nanti anaknya kalau membutuhkan suatu hal di malam hari.

Tapi, Zaina memberi pilhan kalau dia akan mengurus perusahaan yang selama ini selalu di tolak olehnya. Zaina juga meminta kalau mommy sama daddynya nggak boleh mencari tahu apapun tentang dirinya. Karena dia itu benar-benar mau privasi di hidupnya dan berjanji akan hidup baik-baik aja.

Hal itu membuat kedua orang tuanya menurut dan menyanggupi.

Mengingat itu membuat mommy Nadya pada akhirnya mengangguk kecil.

"Aku paham maksud kamu apa, mas. Tapi apa nggak bisa kalau sekarang kamu cari tahu tentang kekasihnya itu? Karena aku sungguh nggak suka sama dia. Padahal kita belum bertemu sama dia. Tapi entah kenapa perasaan aku itu nggak enak kalau udah membicarakan dia. Kayak nggak mungkin aja gitu anak kita malah suka sama orang yang nggak serius sama Zaina."

"Maksud kamu nggak serius."

Raut yang memperlihatkan serius itu kini berubah menjadi sendu, karena membayangkan wajah anaknya.

"Kalau kekasih Zaina memang serius, kenapa dia tidak datang saja? Aku yakin banget anak kita sudah memintanya untuk datang tapi mungkin saja dia ngak mau datang? Aku nggak tahu tapi kalau sudah membayangkan ini membuat aku ikut bayangin wajah kecewa Zaina dan itu cukup membuat aku sakit hati."

Keduanya merasa bersalah.

Atas apa yang menimpa Zaina dan gimana berubahnya sikap Zaina akhir-akhir ini. Mereka nggak marah sama sekali dengan Zaina, karena tahu umur anaknya masih membuat anak itu nggak bisa menahan emosinya.

Dua orang itu malah menyalahkan diri mereka sendiri. Mereka merasa gagal jadi orang tua. Mereka merasa kalau selama ini udah menghabiskan waktu mereka sendiri tanpa memperhatikan Zaina sama sekali.

"Untuk ke depannya, kalau memang anak kita bawa laki-laki itu ke hadapan kita. Mas nggak akan langsung menolak, mas akan tunjukkan sama Zaina kalau selama ini mas nggak cuma meminta Zaina untuk mengikuti perkataan mas doang. Karena selama ini mas selalu aja memikirkan apa yang harus dia lakukan demi melangkah ke masa depan dengan sangat baik."

Istrinya itu mengangguk.

"Aku juga mas ... mumpung dia tinggal di sini, aku bakalan mendekati diri lagi sama Zaina. Sampai anak itu merasa kita selalu ada di sisi mereka. Aku akan lakuin  cara apa pun sampai kita kembali dekat sama dia."

Sepasang suami istri itu saling mengangguk dan tersenyum, mereka berpelukan untuk menguatkan satu sama lain. Sampai sebuah ketukan begitu kuat terdengar.

Buku-buku mommy Nadya membuka pintu kamar mereka dan melihat salah satu pelayan yang kelihatan panik di sana.

"Ada apa?" tanya mommy Nadya sambil memintanya untuk tenang lebih dulu, karena suara dia jadi tercekat karena ini dan nggak bisa bicara apa-apa dan malah terlihat bingung. "Pelan-pelan saja, ada apa? Kasih tahu kami."

"Nona Zaina jatuh pingsan!"

Episodes
1 1 - Fakta Mencengangkan
2 2 - Zaina dan Keras Kepalanya
3 3 - Mencari Ghaly
4 4 - Keras Kepala
5 5 - Hamil?
6 6 - Dunianya Hancur
7 7 - Berubah
8 8 - Sikap Yang Berubah
9 9 - Nasihat atau Amarah?
10 10 - Mengikhlaskan
11 11 - Mulai Menerima
12 12 - Pertimbangan
13 13 - Apa Itu Menikah?
14 14 - Teman
15 15 - Saling Menguntungkan
16 16 - Menghilangkan Jejak
17 17 - Pria Baik Hati
18 18 - Pria Baik Hati (2)
19 19 - Canggung
20 20 - Kebahagiaan Kecil
21 21 - Bingung
22 22 - Usai
23 23 - Takdir?
24 24 - Firasat Buruk
25 25 - Berita Panas
26 26 - Pelaku
27 27 - Kekejaman Mahen
28 28 - Tega
29 29 - Dad Zidan
30 30 - Ikhlasnya Seorang Ayah
31 31 - Masalah Baru
32 32 - Masa Lalu Mahen
33 33 - Aku Sanggup!
34 34 - Sedikit Ancaman
35 35 - Alfi dan nenek
36 36 - Kekhawatiran
37 37 - Masalah Lagi
38 38 - Dewasa
39 39 - Memperburuk Keadaan
40 40 - Terpojokan
41 41 - Sesak
42 42 - Kelepasan
43 43 - Bentakan yang Menyakitkan
44 44 - Sakit
45 45 - Inilah Akhirnya?
46 46 - Kondisi Zaina
47 47 - Suram
48 48 - Konferensi Pers
49 49 - Siuman
50 50 - Histeris
51 51 - Bujukan
52 Bertemu Lagi
53 Maaf?
54 Apakah Ini Jalan Yang Benar?
55 Terasa Kosong
56 Demi Anak
57 Bertemu Dia
58 Mereka Jahat
59 Menenangkan
60 Rasa Tenang Itu
61 Seiring Berjalannya Waktu
62 Damai?
63 Bertemu Dengannya Lagi
64 Perih
65 Sudah Bersama Yang Lain
66 Penguat
67 Sakit Hati
68 Mulut Jahat Itu
69 Rencana Mulai Berjalan
70 Sisa Lima
71 Jatuh Sakit dan Kunjungan Tak Terduga
72 Jengukan Maut
73 Penjelasan
74 Nasihat
75 Perkara Gaun
76 Ghaly Cemburu?
77 Tak Boleh Berharap
78 Canggung
79 Bunda Mahen
80 Penasaran
81 Canggung
82 Alasan Selama Ini
83 Masih Tentang Mahen
84 Berita Buruk
85 Menolak Atau Terima?
86 Semakin Parah
87 Harapan
88 Jangan Khawatir
89 Memintanya Datang
90 Harapan Terakhir
91 Rencana?
92 Bencana Hari Ini
93 Belajar Dari Awal?
94 Psikiater
95 Bertemu Kembali
96 Berbaikan?
97 Mahen dan Usahanya
98 Malam Bahagia
99 Izin
100 Panik
101 Lebih Tenang
102 Selalu Salah
103 Terpaksa
104 Kepincut?
105 Nekat
106 Mimpi Buruk
107 Keputusan
108 Penawaran
109 Simulasi
110 Pilihan Membingungkan
111 Mengapa Begini?
112 Pasrah
113 Alasan Selama Ini
114 Tekad Kuat
115 Isi Hati
116 Isi Hati (2)
117 Pilihan
118 Satu per Satu
119 Yang Dialami Zaina
120 Bersama
121 Bersama
122 Sidang
123 Keributan Kecil
124 Teringat Masa Lalu
125 Penjelasan Selama Ini dan Damai
126 Malam yang Indah
127 Seperti Ditipu?
128 Rencana
129 Akhirnya Sadar
130 Keputusan Mahen
131 Masalah Restu
132 Alasan Selama Ini
133 Meleraikan Masalah
134 Selalu Bersama
135 Mengutarakan
136 Ledekan Kecil
137 Mesra Sedikit
138 Molen
139 Tidak Semenakutkan Yang Dikira
140 Lebih Tenang
141 Diam
142 Pupus?
143 Marahnya Daddy Zidan
144 Penjelasan
145 Tinggal Satu Langkah Lagi
146 Pertengkaran
147 Daddy Zidan dan Isi Hatinya
148 Tentang Zaina
149 Baru Sadar
150 Luluh?
151 Sedikit Amunasi
152 Sayang
153 Untuk Semuanya
154 Mengungkapkan Isi Hati
155 Mengungkapkan Isi Hati (2)
156 Pertanyaan Mendadak
157 Saling Mengaku?
158 Satu Sama Lain
159 Permintaan Zaina
160 Berdua Bersamamu
161 Ikhlas
162 Rasa Nyaman
163 Perintah Mom dan Dad
164 Lega
165 Permohonan Zaina
166 Musibah
167 Tekad Zaina
168 Sungkan
169 Bertemu
170 Ada Mas Disini
171 Buah Kesabaran
172 Ada Daddy Disini
173 Tegas
174 Mulai Mengurus Semuanya
175 Mohon
176 Lupa
177 Aduan Ghaly
178 Bingung
179 Menyindir
180 Harus Yakin
181 Perintah
182 Keluarga Sang Ayah
183 Keresahan Hati
184 Teleponan
185 Teleponan (2)
186 Pertanyaan Oma
187 Harus Siap!
188 Mahen dan Zaina
189 Bersama itu Menyenangkan
190 Gelang Couple
191 Gelang Couple (2)
192 Minta Bantuan
193 Akhir
Episodes

Updated 193 Episodes

1
1 - Fakta Mencengangkan
2
2 - Zaina dan Keras Kepalanya
3
3 - Mencari Ghaly
4
4 - Keras Kepala
5
5 - Hamil?
6
6 - Dunianya Hancur
7
7 - Berubah
8
8 - Sikap Yang Berubah
9
9 - Nasihat atau Amarah?
10
10 - Mengikhlaskan
11
11 - Mulai Menerima
12
12 - Pertimbangan
13
13 - Apa Itu Menikah?
14
14 - Teman
15
15 - Saling Menguntungkan
16
16 - Menghilangkan Jejak
17
17 - Pria Baik Hati
18
18 - Pria Baik Hati (2)
19
19 - Canggung
20
20 - Kebahagiaan Kecil
21
21 - Bingung
22
22 - Usai
23
23 - Takdir?
24
24 - Firasat Buruk
25
25 - Berita Panas
26
26 - Pelaku
27
27 - Kekejaman Mahen
28
28 - Tega
29
29 - Dad Zidan
30
30 - Ikhlasnya Seorang Ayah
31
31 - Masalah Baru
32
32 - Masa Lalu Mahen
33
33 - Aku Sanggup!
34
34 - Sedikit Ancaman
35
35 - Alfi dan nenek
36
36 - Kekhawatiran
37
37 - Masalah Lagi
38
38 - Dewasa
39
39 - Memperburuk Keadaan
40
40 - Terpojokan
41
41 - Sesak
42
42 - Kelepasan
43
43 - Bentakan yang Menyakitkan
44
44 - Sakit
45
45 - Inilah Akhirnya?
46
46 - Kondisi Zaina
47
47 - Suram
48
48 - Konferensi Pers
49
49 - Siuman
50
50 - Histeris
51
51 - Bujukan
52
Bertemu Lagi
53
Maaf?
54
Apakah Ini Jalan Yang Benar?
55
Terasa Kosong
56
Demi Anak
57
Bertemu Dia
58
Mereka Jahat
59
Menenangkan
60
Rasa Tenang Itu
61
Seiring Berjalannya Waktu
62
Damai?
63
Bertemu Dengannya Lagi
64
Perih
65
Sudah Bersama Yang Lain
66
Penguat
67
Sakit Hati
68
Mulut Jahat Itu
69
Rencana Mulai Berjalan
70
Sisa Lima
71
Jatuh Sakit dan Kunjungan Tak Terduga
72
Jengukan Maut
73
Penjelasan
74
Nasihat
75
Perkara Gaun
76
Ghaly Cemburu?
77
Tak Boleh Berharap
78
Canggung
79
Bunda Mahen
80
Penasaran
81
Canggung
82
Alasan Selama Ini
83
Masih Tentang Mahen
84
Berita Buruk
85
Menolak Atau Terima?
86
Semakin Parah
87
Harapan
88
Jangan Khawatir
89
Memintanya Datang
90
Harapan Terakhir
91
Rencana?
92
Bencana Hari Ini
93
Belajar Dari Awal?
94
Psikiater
95
Bertemu Kembali
96
Berbaikan?
97
Mahen dan Usahanya
98
Malam Bahagia
99
Izin
100
Panik
101
Lebih Tenang
102
Selalu Salah
103
Terpaksa
104
Kepincut?
105
Nekat
106
Mimpi Buruk
107
Keputusan
108
Penawaran
109
Simulasi
110
Pilihan Membingungkan
111
Mengapa Begini?
112
Pasrah
113
Alasan Selama Ini
114
Tekad Kuat
115
Isi Hati
116
Isi Hati (2)
117
Pilihan
118
Satu per Satu
119
Yang Dialami Zaina
120
Bersama
121
Bersama
122
Sidang
123
Keributan Kecil
124
Teringat Masa Lalu
125
Penjelasan Selama Ini dan Damai
126
Malam yang Indah
127
Seperti Ditipu?
128
Rencana
129
Akhirnya Sadar
130
Keputusan Mahen
131
Masalah Restu
132
Alasan Selama Ini
133
Meleraikan Masalah
134
Selalu Bersama
135
Mengutarakan
136
Ledekan Kecil
137
Mesra Sedikit
138
Molen
139
Tidak Semenakutkan Yang Dikira
140
Lebih Tenang
141
Diam
142
Pupus?
143
Marahnya Daddy Zidan
144
Penjelasan
145
Tinggal Satu Langkah Lagi
146
Pertengkaran
147
Daddy Zidan dan Isi Hatinya
148
Tentang Zaina
149
Baru Sadar
150
Luluh?
151
Sedikit Amunasi
152
Sayang
153
Untuk Semuanya
154
Mengungkapkan Isi Hati
155
Mengungkapkan Isi Hati (2)
156
Pertanyaan Mendadak
157
Saling Mengaku?
158
Satu Sama Lain
159
Permintaan Zaina
160
Berdua Bersamamu
161
Ikhlas
162
Rasa Nyaman
163
Perintah Mom dan Dad
164
Lega
165
Permohonan Zaina
166
Musibah
167
Tekad Zaina
168
Sungkan
169
Bertemu
170
Ada Mas Disini
171
Buah Kesabaran
172
Ada Daddy Disini
173
Tegas
174
Mulai Mengurus Semuanya
175
Mohon
176
Lupa
177
Aduan Ghaly
178
Bingung
179
Menyindir
180
Harus Yakin
181
Perintah
182
Keluarga Sang Ayah
183
Keresahan Hati
184
Teleponan
185
Teleponan (2)
186
Pertanyaan Oma
187
Harus Siap!
188
Mahen dan Zaina
189
Bersama itu Menyenangkan
190
Gelang Couple
191
Gelang Couple (2)
192
Minta Bantuan
193
Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!