Zaina ...
Perempuan yang nyatanya menjadi toxic karena sudah berhubungan dengan Ghaly. Dia nggak sadar kalau dirinya udah banyak membuat semua orang sakit hati atas perbuatannya. Dia nggak sadar kalau selama ini hanya di permain kan saja. Karena matanya sudah di tutup cinta yang begitu besar.
Tanpa Zaina sadari, perempuan itu udah menyakiti kedua orang tuanya. Dia selalu berpikir kalau orang tuanya jahat, nggak pernah mengikuti apa yang dia mau. Tanpa dia sadari, kalau dirinya lah sendiri yang menciptakan pemikiran seperti itu. Dia hanya mau melihat dari satu sisi tanpa mau dari sisi lain.
Zaina merasa dirinya sudah benar, tapi tanpa dia sadari kalau di sini. Ternyata dirinya lah yang menyakiti banyak orang lain. Ekspetasi yang Zaina bangun itu terlalu tinggi hingga menyakiti dirinya sendiri.
Perempuan itu nggak sadar malahan dirinya lah yang membuat banyak orang tersiksa.
Perempuan itu juga nggak sadar, salah satu alesannya seperti ini itu karena Ghaly.
***
"Dad ... sepertinya kita udah salah merawat Zaina. Aku beneran terkejut karena anak kita yang dulu kita rawat dengan limpahan kasih sayang sedemikian rupa nyatanya kini malah menjadi anak yang kayak gini. Membangkang terus."
Mommy Nadya menutup wajahnya, mulai terisak. Begitu tersiksa mendapati anak semata wayangnya kayak gini.
Daddy Zidan mendekat dan duduk tepat di samping istrinya. Memandang istrinya itu yang mulai menangis, kemudian dia rengkuh dengan sangat erat. Sebagai ayah juga dia merasa gagal dalam rawat anaknya.
"Daddy juga nggak tahu, sayang. Kenapa anak kita jadi seperti ini. Kenapa terus aja menolak apa yang kita mau."
Sebagai seorang ayah, dia benar-benar kecewa. Dia benar-benar menyalahkan dirinya karena sudah menumbuhkan yang salah anaknya. Dia merasa karena dirinya lah, Zaina tumbuh jadi seperti ini.
"Apa ini semua karena daddy? Apa daddy selalu aja meminta dia untuk melakukan apa yang daddy mau? Apa daddy salah melakukan ini sampai Zaina merasa kalau kita nggak pernah sayang sama dia?"
Mommy Nadia menggeleng.
"Tidak ... bukan salah kamu sama sekali. Aku sangat tahu apa alasan kamu lakukan ini semua. Kamu dulu melarang dia berteman sama laki-laki, karena tau salah satu dari temannya ada yang suka memainkan perempuan sampai ke arah yang nggak baik. Kamu melarang dia untuk ambil SMK, karena kamu tau dia nggak akan kuat menghadapi hitungan yang buat anak kita pusing doang dan masih banyak lagi alasan yang kamu buat anak kita merasa tertahan."
Daddy Zidan menarik napas dalam.
"Tapi ... Zaina sama sekali nggak ngerti alasan aku bukan? Anak kita sepertinya salah paham dan malah merasa aku gak pernah setuju ini kemauan dia. Padahal aku cuma nggak mau dia kenapa-napa. Aku terlalu sayang sama Zaina, sampai takut anak perempuan aku pergi jauh dari sisi aku."
"Aku paham sama perasaan kamu, mas. Untuk kali ini juga, kita menjodohkan dia dengan laki-laki yang udah di kenal baik kan? Aku sangat tahu karena laki-laki itu terkenal menyayangi orang tua nya dan aku juga mau anak kita bisa di sayangi sama laki-laki seperti itu. Tapi aku sama sekali nggak pernah memaksa Zaina setelah tahu anak kita punya pacar kan?"
Zidan mengangguk dan beralih duduk di kursi kebesarannya.
Memijat keningnya yang terasa sakit.
"Mas mau sekali mencari kekasih dia itu, karena semenjak pacaran dengannya. Sepertinya anak kita jadi berubah. Lalu, gimana dengan privasi yang udah Zaina janjikan sama kita? Mas cuma nggak mau melanggar itu."
Beberapa bulan silam,
Dengan jujur Zaina mengatakan untuk tinggal sendiri, dengan dalih ingin hidup sendiri. Padahal kenyatannya dia tinggal bersama sang kekasih, yaitu Ghaly. Tanpa orang tuanya tahu.
Awalnya mommy Nadya sama daddy Zidan menolak kuat. Karena tahu Zaina tipe anak manja yang harus di sediakan segala kebutuhannya. Jadi mereka udah membayangkan bagaimana sulitnya Zaina tinggal sendiri dan bagaimana nanti anaknya kalau membutuhkan suatu hal di malam hari.
Tapi, Zaina memberi pilhan kalau dia akan mengurus perusahaan yang selama ini selalu di tolak olehnya. Zaina juga meminta kalau mommy sama daddynya nggak boleh mencari tahu apapun tentang dirinya. Karena dia itu benar-benar mau privasi di hidupnya dan berjanji akan hidup baik-baik aja.
Hal itu membuat kedua orang tuanya menurut dan menyanggupi.
Mengingat itu membuat mommy Nadya pada akhirnya mengangguk kecil.
"Aku paham maksud kamu apa, mas. Tapi apa nggak bisa kalau sekarang kamu cari tahu tentang kekasihnya itu? Karena aku sungguh nggak suka sama dia. Padahal kita belum bertemu sama dia. Tapi entah kenapa perasaan aku itu nggak enak kalau udah membicarakan dia. Kayak nggak mungkin aja gitu anak kita malah suka sama orang yang nggak serius sama Zaina."
"Maksud kamu nggak serius."
Raut yang memperlihatkan serius itu kini berubah menjadi sendu, karena membayangkan wajah anaknya.
"Kalau kekasih Zaina memang serius, kenapa dia tidak datang saja? Aku yakin banget anak kita sudah memintanya untuk datang tapi mungkin saja dia ngak mau datang? Aku nggak tahu tapi kalau sudah membayangkan ini membuat aku ikut bayangin wajah kecewa Zaina dan itu cukup membuat aku sakit hati."
Keduanya merasa bersalah.
Atas apa yang menimpa Zaina dan gimana berubahnya sikap Zaina akhir-akhir ini. Mereka nggak marah sama sekali dengan Zaina, karena tahu umur anaknya masih membuat anak itu nggak bisa menahan emosinya.
Dua orang itu malah menyalahkan diri mereka sendiri. Mereka merasa gagal jadi orang tua. Mereka merasa kalau selama ini udah menghabiskan waktu mereka sendiri tanpa memperhatikan Zaina sama sekali.
"Untuk ke depannya, kalau memang anak kita bawa laki-laki itu ke hadapan kita. Mas nggak akan langsung menolak, mas akan tunjukkan sama Zaina kalau selama ini mas nggak cuma meminta Zaina untuk mengikuti perkataan mas doang. Karena selama ini mas selalu aja memikirkan apa yang harus dia lakukan demi melangkah ke masa depan dengan sangat baik."
Istrinya itu mengangguk.
"Aku juga mas ... mumpung dia tinggal di sini, aku bakalan mendekati diri lagi sama Zaina. Sampai anak itu merasa kita selalu ada di sisi mereka. Aku akan lakuin cara apa pun sampai kita kembali dekat sama dia."
Sepasang suami istri itu saling mengangguk dan tersenyum, mereka berpelukan untuk menguatkan satu sama lain. Sampai sebuah ketukan begitu kuat terdengar.
Buku-buku mommy Nadya membuka pintu kamar mereka dan melihat salah satu pelayan yang kelihatan panik di sana.
"Ada apa?" tanya mommy Nadya sambil memintanya untuk tenang lebih dulu, karena suara dia jadi tercekat karena ini dan nggak bisa bicara apa-apa dan malah terlihat bingung. "Pelan-pelan saja, ada apa? Kasih tahu kami."
"Nona Zaina jatuh pingsan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments