5 - Hamil?

Mommy Nadya sudah menangis sedari tadi. Dari dekat pintu rawat inap Zaina berada dia menatap tubuh anak semata wayangnya yang masih terbaring di sana dan masih memejamkan mata sedari tadi. Tanpa ada niat untuk bangun sama sekali.

"Nak ... mommy sama daddy membiar kan kamu untuk menjalani hidup sendiri bukan untuk kayak gini."

Beberapa menit yang lalu, mereka yang udah membawa anaknya ke rumah sakit sampai Zaina di periksa di sana. Mereka udah menunggu dengan tegang. Takut kalau anak mereka mengalami suatu hal yang nggak mereka tahu.

Sayangnya,

Dokter keluar membawa kabar yang bahkan nggak pernah mereka bayangin sama sekali.

"Selamat ... anda akan menjadi seorang nenek dan kakek, karena anak anda sedang hamil. Untuk saat ini tubuhnya sedikit kurang vit. Oleh karena itu, pihak kami menyarankan untuk merawat di rumah sakit lebih dulu. Bagaimana?Jika bersedia silahkan urus administrasi terlebih dahulu.”

Hancur dunia dua orang itu, walaupun begitu Momy Nadya sama Daddy Zidan berusaha bahagia dan meminta dokter itu untuk mengurus anaknya itu dengan baik. walau setelah dokter itu pergi, mereka saling berpelukan dengan mommy Nadya yang sudah menangis.

"Mas ... mimpi apa aku semalam sampai tahu hal ini. Perbuatan buruk apa yang aku lakukan di masa lalu sampai anak kita ngelakuin hal nggak baik. Lakuin hal yang benar-benar kita larang."

Daddy Zidan hanya berusaha sabar, walau di dalam hatinya udah menangis.

"Gagal aku jadi seorang ayah. Aku benar-benar gagal mengurus anak aku sendiri. Aku gagal."

***

Mommy Nadya melangkah mendekat ke arah kasur dan duduk di samping Zaina yang mulai membuka mata. Anak itu menoleh ke kanan dan ke kiri lalu ikut menatap bingung sama tatapan mommy nya yang terus memandang ke arahnya tanpa memalingkan wajahnya.

Ia menyentuh keningnya yang tiba-tiba berasa pusing sesaat bergerak dengan tiba-tiba.

"Mommy? Kenapa aku bisa di sini?" tanya dia dengan pelan lalu segelintir ingatan tentang kejadian tadi membuat dia bungkam. "Oh iya mommy, sebelum ke sini. Tadi aku muntah terus dan tiba-tiba lemas aja gitu. Kenapa ya akhir-akhir ini sering pusing gitu. Mual banget kalau habis makan. Jangan bilang aku sakit sesuatu lagi?"

Mommy Nadya tersenyum sendu dan mulai membelai rambut sang anak.

Ia ingin marah, tapi semuanya nggak akan bisa mengembalikan anaknya jadi seperti dulu kan? Sebelum anaknya itu terkena pergaulan bebas tanpa ia tahu?

Jadi untuk apa marah?

Hanya buang-buang waktu saja.

Mommy Nadya menatap anaknya masih dengan tangan terus mengusap rambut tebal Zaina, "sayang ... kamu tahu kan, mommy sama daddy sayang banget sama kamu? Kamu selalu merasa kalau mommy sama daddy egois karena nggak pernah mau mengikuti apa mau kamu. Tapi kamu tetap tahu kan kalau kami sayang sama kamu?"

Perasaan Zaina berangsur nggak enak.

Mommy nya benar-benar membuat hati dia jadi bergetar. Zaina mengerjap, supaya tidak menangis.

"Aku tahu ... kenapa mommy ngomong kayak gini?"

Suara pintu terbuka dan daddynya masuk dengan senyuman tipis. Tapi Zaina merasa ada yang beda dari senyumannya itu. Dia benar-benar merasa nggak enak sesaat daddynya ikut duduk di samping dirinya membuat Zaina langsung ikut duduk dengan bantuan mommy Nadya.

"Ini pada kenapa ya? Mommy sama daddy kenapa kelihatan sedih kayak gini? Aku nggak sakit yang aneh kan?"

Mommy Nadya menggeleng dengan tertawa pelan.

"Tidak ada apa-apa sayang. Mommy sama daddy jadi kepikiran aja karena kita memang kurang kasih waktu sama kamu. Kita kurang memiliki waktu bersama, mengukir kenangan yang bahkan nggan pernah kita lalui, bukan? Kamu pernah ingin hal ini kan? Apa sampai sekarang kamu masih mau hal ini lagi? Atau sudah lupa?"

Zaina menggeleng.

"Aku nggak mungkin lupa sama impian aku sendiri. Tapi kenapa tiba-tiba banget kayak gini?"

Tiba-tiba daddynya menggenggam tangan Zaina, membuat tubuh Zaina terkejut sebentar. Karena jarang daddy nya itu memberikan skinship yang kayak gini. Dia kemudian menolah dan natap mata sang daddy.

"Anak daddy tersayang ... mungkin selama ini kamu mengira daddy itu keras dalam merawat kamu. Daddy itu egois karena terus saja menginginkan kamu untuk melakukan yang daddy mau. Daddy itu jahat karena nggak pernah mau dengar suara kamu. Bahkan daddy seperti seorang ayah yang nggak bertanggung jawab karena terus kerja dan nggak pernah menghabiskan waktu sama anak dan istri sendiri."

Zaina menggeleng dengan cepat, "aku nggak pernah mikir sampai sejauh itu, dad. Maaf juga karena dulu aku pernah mikir daddy egois. Tapi jangan kayak gini, aku jadi sedih. Ini mommy sama daddy bikin aku sedih kalau kayak gini."

"Kami jauh lebih sedih, nak."

Jawaban mommy nya membuat Zaina menoleh dan menatap dengan bingung sekali.

"Mommy! Ini ada apaan sih? Aku sakit berat ya?"

Daddynya yang tadi sedang serius langsung tertawa kecil. "Kamu ngomong apa sih? Daddy sama mommy yang lagi serius kayak gini, malah kami giniin ya. Bisa-bisanya kamu. Ini kami lagi berusaha untuk ungkapin apa yang ada di dalam hati kita dengan serius. Kenapa kamu malah mikir ke arah yang nggak seharusnya kamu pikirin?"

Zaina mengerucutkan bibirnya. "Lagian nggak biasanya mommy sama daddy kayak gini. Aku kan jadi takut sendiri."

Mommy nya sampai nggak habis pikir dengan pikiran sang anak yang seperti ini. "Intinya kamu tahu kan kalau kami selalu sayang sama kamu? Hari ini dan selamanya?"

Zaina mengangguk dengan cepat.

"Tahu dong! Mungkin mommy sama daddy juga ngerasa kalau aku jadi anak pembangkang. Tapi kadang-kadang aku masih merasa kalau mommy sama daddy itu rumah aku. Alias tempat aku untuk pulang kalau sedang nggak tahu arah."

Daddynya itu tersenyum.

Matanya terlukis jelas kalau dia udah kecewa, tapi Zidan belum mau bicara untuk sekarang. Setiap mau jujur, semua itu berakhir karena cuma tercekat di lehernya. Dia nggak sanggup melihat reaksi sang anak yang entah nantinya akan syok, bahagia, emosi, bahkan kecewa. Ia benar-benar nggak siap untuk melihat itu semua.

"Kalau kamu menganggap kami rumah, kenapa kamu tidak melakukannya dari lama? Kenapa kamu malah membuat kecewa mommy sama daddy? Salah apa kami, nak. Sampai kamu melakukan hal memalukan itu?"

Tangisan seorang mommy nya yang sama sekali nggak pernah Zaina dengar membuat anak itu mengerjap dan bingung.

"Ini kenapa? Aku kenapa? Aku ngapain sampai buat mommy sama daddy itu kecewa? Kenapa? Jelasin sama aku, jangan pada diam aja. Aku jadi bingung harus nyapa n," seru Zaina dengan panik sampai gemetar.

Daddy Zidan memejamkan mata dan menepuk puncak kepala anaknya.

"Kamu hamil, nak."

Episodes
1 1 - Fakta Mencengangkan
2 2 - Zaina dan Keras Kepalanya
3 3 - Mencari Ghaly
4 4 - Keras Kepala
5 5 - Hamil?
6 6 - Dunianya Hancur
7 7 - Berubah
8 8 - Sikap Yang Berubah
9 9 - Nasihat atau Amarah?
10 10 - Mengikhlaskan
11 11 - Mulai Menerima
12 12 - Pertimbangan
13 13 - Apa Itu Menikah?
14 14 - Teman
15 15 - Saling Menguntungkan
16 16 - Menghilangkan Jejak
17 17 - Pria Baik Hati
18 18 - Pria Baik Hati (2)
19 19 - Canggung
20 20 - Kebahagiaan Kecil
21 21 - Bingung
22 22 - Usai
23 23 - Takdir?
24 24 - Firasat Buruk
25 25 - Berita Panas
26 26 - Pelaku
27 27 - Kekejaman Mahen
28 28 - Tega
29 29 - Dad Zidan
30 30 - Ikhlasnya Seorang Ayah
31 31 - Masalah Baru
32 32 - Masa Lalu Mahen
33 33 - Aku Sanggup!
34 34 - Sedikit Ancaman
35 35 - Alfi dan nenek
36 36 - Kekhawatiran
37 37 - Masalah Lagi
38 38 - Dewasa
39 39 - Memperburuk Keadaan
40 40 - Terpojokan
41 41 - Sesak
42 42 - Kelepasan
43 43 - Bentakan yang Menyakitkan
44 44 - Sakit
45 45 - Inilah Akhirnya?
46 46 - Kondisi Zaina
47 47 - Suram
48 48 - Konferensi Pers
49 49 - Siuman
50 50 - Histeris
51 51 - Bujukan
52 Bertemu Lagi
53 Maaf?
54 Apakah Ini Jalan Yang Benar?
55 Terasa Kosong
56 Demi Anak
57 Bertemu Dia
58 Mereka Jahat
59 Menenangkan
60 Rasa Tenang Itu
61 Seiring Berjalannya Waktu
62 Damai?
63 Bertemu Dengannya Lagi
64 Perih
65 Sudah Bersama Yang Lain
66 Penguat
67 Sakit Hati
68 Mulut Jahat Itu
69 Rencana Mulai Berjalan
70 Sisa Lima
71 Jatuh Sakit dan Kunjungan Tak Terduga
72 Jengukan Maut
73 Penjelasan
74 Nasihat
75 Perkara Gaun
76 Ghaly Cemburu?
77 Tak Boleh Berharap
78 Canggung
79 Bunda Mahen
80 Penasaran
81 Canggung
82 Alasan Selama Ini
83 Masih Tentang Mahen
84 Berita Buruk
85 Menolak Atau Terima?
86 Semakin Parah
87 Harapan
88 Jangan Khawatir
89 Memintanya Datang
90 Harapan Terakhir
91 Rencana?
92 Bencana Hari Ini
93 Belajar Dari Awal?
94 Psikiater
95 Bertemu Kembali
96 Berbaikan?
97 Mahen dan Usahanya
98 Malam Bahagia
99 Izin
100 Panik
101 Lebih Tenang
102 Selalu Salah
103 Terpaksa
104 Kepincut?
105 Nekat
106 Mimpi Buruk
107 Keputusan
108 Penawaran
109 Simulasi
110 Pilihan Membingungkan
111 Mengapa Begini?
112 Pasrah
113 Alasan Selama Ini
114 Tekad Kuat
115 Isi Hati
116 Isi Hati (2)
117 Pilihan
118 Satu per Satu
119 Yang Dialami Zaina
120 Bersama
121 Bersama
122 Sidang
123 Keributan Kecil
124 Teringat Masa Lalu
125 Penjelasan Selama Ini dan Damai
126 Malam yang Indah
127 Seperti Ditipu?
128 Rencana
129 Akhirnya Sadar
130 Keputusan Mahen
131 Masalah Restu
132 Alasan Selama Ini
133 Meleraikan Masalah
134 Selalu Bersama
135 Mengutarakan
136 Ledekan Kecil
137 Mesra Sedikit
138 Molen
139 Tidak Semenakutkan Yang Dikira
140 Lebih Tenang
141 Diam
142 Pupus?
143 Marahnya Daddy Zidan
144 Penjelasan
145 Tinggal Satu Langkah Lagi
146 Pertengkaran
147 Daddy Zidan dan Isi Hatinya
148 Tentang Zaina
149 Baru Sadar
150 Luluh?
151 Sedikit Amunasi
152 Sayang
153 Untuk Semuanya
154 Mengungkapkan Isi Hati
155 Mengungkapkan Isi Hati (2)
156 Pertanyaan Mendadak
157 Saling Mengaku?
158 Satu Sama Lain
159 Permintaan Zaina
160 Berdua Bersamamu
161 Ikhlas
162 Rasa Nyaman
163 Perintah Mom dan Dad
164 Lega
165 Permohonan Zaina
166 Musibah
167 Tekad Zaina
168 Sungkan
169 Bertemu
170 Ada Mas Disini
171 Buah Kesabaran
172 Ada Daddy Disini
173 Tegas
174 Mulai Mengurus Semuanya
175 Mohon
176 Lupa
177 Aduan Ghaly
178 Bingung
179 Menyindir
180 Harus Yakin
181 Perintah
182 Keluarga Sang Ayah
183 Keresahan Hati
184 Teleponan
185 Teleponan (2)
186 Pertanyaan Oma
187 Harus Siap!
188 Mahen dan Zaina
189 Bersama itu Menyenangkan
190 Gelang Couple
191 Gelang Couple (2)
192 Minta Bantuan
193 Akhir
Episodes

Updated 193 Episodes

1
1 - Fakta Mencengangkan
2
2 - Zaina dan Keras Kepalanya
3
3 - Mencari Ghaly
4
4 - Keras Kepala
5
5 - Hamil?
6
6 - Dunianya Hancur
7
7 - Berubah
8
8 - Sikap Yang Berubah
9
9 - Nasihat atau Amarah?
10
10 - Mengikhlaskan
11
11 - Mulai Menerima
12
12 - Pertimbangan
13
13 - Apa Itu Menikah?
14
14 - Teman
15
15 - Saling Menguntungkan
16
16 - Menghilangkan Jejak
17
17 - Pria Baik Hati
18
18 - Pria Baik Hati (2)
19
19 - Canggung
20
20 - Kebahagiaan Kecil
21
21 - Bingung
22
22 - Usai
23
23 - Takdir?
24
24 - Firasat Buruk
25
25 - Berita Panas
26
26 - Pelaku
27
27 - Kekejaman Mahen
28
28 - Tega
29
29 - Dad Zidan
30
30 - Ikhlasnya Seorang Ayah
31
31 - Masalah Baru
32
32 - Masa Lalu Mahen
33
33 - Aku Sanggup!
34
34 - Sedikit Ancaman
35
35 - Alfi dan nenek
36
36 - Kekhawatiran
37
37 - Masalah Lagi
38
38 - Dewasa
39
39 - Memperburuk Keadaan
40
40 - Terpojokan
41
41 - Sesak
42
42 - Kelepasan
43
43 - Bentakan yang Menyakitkan
44
44 - Sakit
45
45 - Inilah Akhirnya?
46
46 - Kondisi Zaina
47
47 - Suram
48
48 - Konferensi Pers
49
49 - Siuman
50
50 - Histeris
51
51 - Bujukan
52
Bertemu Lagi
53
Maaf?
54
Apakah Ini Jalan Yang Benar?
55
Terasa Kosong
56
Demi Anak
57
Bertemu Dia
58
Mereka Jahat
59
Menenangkan
60
Rasa Tenang Itu
61
Seiring Berjalannya Waktu
62
Damai?
63
Bertemu Dengannya Lagi
64
Perih
65
Sudah Bersama Yang Lain
66
Penguat
67
Sakit Hati
68
Mulut Jahat Itu
69
Rencana Mulai Berjalan
70
Sisa Lima
71
Jatuh Sakit dan Kunjungan Tak Terduga
72
Jengukan Maut
73
Penjelasan
74
Nasihat
75
Perkara Gaun
76
Ghaly Cemburu?
77
Tak Boleh Berharap
78
Canggung
79
Bunda Mahen
80
Penasaran
81
Canggung
82
Alasan Selama Ini
83
Masih Tentang Mahen
84
Berita Buruk
85
Menolak Atau Terima?
86
Semakin Parah
87
Harapan
88
Jangan Khawatir
89
Memintanya Datang
90
Harapan Terakhir
91
Rencana?
92
Bencana Hari Ini
93
Belajar Dari Awal?
94
Psikiater
95
Bertemu Kembali
96
Berbaikan?
97
Mahen dan Usahanya
98
Malam Bahagia
99
Izin
100
Panik
101
Lebih Tenang
102
Selalu Salah
103
Terpaksa
104
Kepincut?
105
Nekat
106
Mimpi Buruk
107
Keputusan
108
Penawaran
109
Simulasi
110
Pilihan Membingungkan
111
Mengapa Begini?
112
Pasrah
113
Alasan Selama Ini
114
Tekad Kuat
115
Isi Hati
116
Isi Hati (2)
117
Pilihan
118
Satu per Satu
119
Yang Dialami Zaina
120
Bersama
121
Bersama
122
Sidang
123
Keributan Kecil
124
Teringat Masa Lalu
125
Penjelasan Selama Ini dan Damai
126
Malam yang Indah
127
Seperti Ditipu?
128
Rencana
129
Akhirnya Sadar
130
Keputusan Mahen
131
Masalah Restu
132
Alasan Selama Ini
133
Meleraikan Masalah
134
Selalu Bersama
135
Mengutarakan
136
Ledekan Kecil
137
Mesra Sedikit
138
Molen
139
Tidak Semenakutkan Yang Dikira
140
Lebih Tenang
141
Diam
142
Pupus?
143
Marahnya Daddy Zidan
144
Penjelasan
145
Tinggal Satu Langkah Lagi
146
Pertengkaran
147
Daddy Zidan dan Isi Hatinya
148
Tentang Zaina
149
Baru Sadar
150
Luluh?
151
Sedikit Amunasi
152
Sayang
153
Untuk Semuanya
154
Mengungkapkan Isi Hati
155
Mengungkapkan Isi Hati (2)
156
Pertanyaan Mendadak
157
Saling Mengaku?
158
Satu Sama Lain
159
Permintaan Zaina
160
Berdua Bersamamu
161
Ikhlas
162
Rasa Nyaman
163
Perintah Mom dan Dad
164
Lega
165
Permohonan Zaina
166
Musibah
167
Tekad Zaina
168
Sungkan
169
Bertemu
170
Ada Mas Disini
171
Buah Kesabaran
172
Ada Daddy Disini
173
Tegas
174
Mulai Mengurus Semuanya
175
Mohon
176
Lupa
177
Aduan Ghaly
178
Bingung
179
Menyindir
180
Harus Yakin
181
Perintah
182
Keluarga Sang Ayah
183
Keresahan Hati
184
Teleponan
185
Teleponan (2)
186
Pertanyaan Oma
187
Harus Siap!
188
Mahen dan Zaina
189
Bersama itu Menyenangkan
190
Gelang Couple
191
Gelang Couple (2)
192
Minta Bantuan
193
Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!