3 - Mencari Ghaly

 

Perbincangan tadi malam bersama orang tuanya berakhir kacau karena Zaina yang malah mengamuk karena kekasihnya yang benar-benar di cap buruk sama Mommynya. Sampai sang Daddy yang selama ini diam saja, membiarkan Zaina memilih apa pun keinginan hidupnya walau terkadang menentang pilihan Zaina yang terkesan ekstrem kini malah ikut menyudutkan Zaina.

Perempuan itu mengamuk, sampai meninggalkan meja makan begitu saja. Membuat orang tuanya hanya bisa saling memandang dan menatap penuh kecewa sama Zaina yang kini tumbuh dengan sikap yang jauh dari ajaran mereka.

"Pokoknya Momy sama Daddy nggak pernah paham sama apa yang aku rasain! daddy sama mommy cuma bisa nyuruh aku ini itu doang tanpa bisa ngomong sesuatu tentang aku. Memangnya aku nggak lelah apa mengikuti kemauan mereka," pekik Zaina sambil memukul bantal tak bersalah di depannya. Dia benar-benar mengamuk, menahan kesal di hatinya.

"Mereka cuma bisa bilang kalau Ghaly membawa pengaruh buruk untuk aku, padahal mereka nggak tahu kalau Ghaly salah satu alasan aku untuk bahagia dan masih hidup hingag detik ini. Karena kalau nggak ketemu sama Ghaly, mungkin mommy sama daddy itu nggak bisa bertemu sama aku lagi. Mereka nggak akan pernah bisa bertemu sama anak yang mereka percayai untuk bisa melakukan ini itu."

HUFT!

Zaina menutup mulutnya, ia mengerjap. Tiba-tiba saja merasa mual, ia langsung buru-buru melangkah ke kamar mandi dan mengeluarkan isi perutnya. Tubuhnya seketika lemas, ia menahan tubuhnya di wastafel dan membasuh mulutnya itu sesaat udah selesai.

"Aish ... ini pasti karena aku tadi malam nggak jadi makan malam, jadi nggak ada makanan yang masuk sama sekali ke perut aku sampai aku masuk angin kayak gini. Aih, udah tahu aku tipe orang yang gampang masuk angin. Tapi bisa lupa makan kayak gini."

Zaina kembali ke kasurnya dengan langkah gemetar, ia kemudian membawa ponselnya dan mulai menghubungi Ghaly yang hingga detik ini nggak ada kabar sama sekali. Ia menarik napas dalam saat panggilan itu nggak terjawab dari semalam.

"Kemana sebenarnya kamu Ghaly? aku harap saat ini kamu lagi mikirin ulang jawaban ini, karena nggak seharusnya kamu pergi dari aku. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu."

"Karena cuma kamu tempat aku untuk kembali."

“Aku benar-benar cinta sama kamu. Kalau kamu pergi dari hidup aku. Aku nggak tahu harus lanjutin hidup aku kayak gimana.”

***

"Sudah pergi?"

Zaina menutup mulutnya dan menatap sangat terkejut. "Nggak bohong kan? maksudnya Ghaly nggak suruh kamu buat bilang ke aku kalau dia pergi dan nggak tahu kemana gitu?" tuduh Zaina membuat perempuan muda itu menatapnya bingung dan hanya bisa menggeleng saja.

"Mbak ... aku baru banget tinggal di sini menggantikan kostan Ghaly. Bahkan aku nggak kenal sama Ghaly, aku cuma tahu dari pemiliknya aja. Dia bilang kalau ada yang cari ya bilang aja jujur kalau Ghaly tiba-tiba aja udah nggak di sini. Bahkan Ghaly main pergi gitu aja sebelum membayar bulan ini. Aku cuma disuruh kasih tahu."

Zaina meraup wajahnya frustasi. Dia nggak tahu harus cari ke mana lagi kalau udah kayak gini, nggak ada tempat yang biasa Ghaly tinggali selain kostannya ini atau apartemen miliknya. Tapi Ghaly nggak ada di apartemennya dan sekarang juga nggak ada di tempat kostannya. Lalu di mana laki-laki itu?

Bahkan malam tadi dia mendapat kabar kalau Ghaly sudah mengurus surat keluar kerja dari perusahaan daddynya.

Belum sempat di larang tapi surat itu udah berhasil di tanda tangani sama HRD. Membuat Zaina sempat mengamuk semalam.

"Mbak tahu nggak di mana keberadaan Ghaly? Dia ada ngomong sesuatu nggak mau pergi kemana?"

Perempuan di depan Zaina udah tampak kesal dan menggeleng, "saya nggak tahu sama sekali, mbak telepon aja orang itu. Aku mau ngurus urusan aku dulu jadi terhalang kayak gini kan!" marah dia dengan kesal lalu masuk ke tempat kostannya dan banting pintu membuat Zaina refleks mengelus dadanya dan berbalik meninggalkan tempat itu.

"Sebenarnya di mana kamu Ghaly? Jangan hilang kabar kayak gini, aku makin khawatir banget tahu nggak sih. Kayak urusan kita belum benar-benar selesai," ucapnya lalu menarik napas dalam.

“Dan ... jangan begini. Kamu buat aku, perlahan hancur tau nggak sih.”

***

Zaina mengendarai mobilnya menuju tempat-tempat yang dulu ia datangi sama Ghaly. Berharap ia bertemu sama Ghaly, tapi dua tempat yang udah dia datangi tapi dirinya nggak menemui Ghaly sama sekali. Membuat perasaan perempuan itu mulai nggak enak. Zaina menarik napas dalam menjalani mobilnya dengan perlahan, berharap menemui sang kekasih di jalan.

"Ayolah Ghaly ... jangan kayak gini, aku nggak bisa banget. Kita udah berjanji untuk habisin waktu bersama. Jangan kayak gini, aku nggak mau. Aku nggak peduli bakalan menentang kedua orang tua aku. Biar aku bisa hidup sama kamu. Karena cuma sama kamu aku benar-benar bisa merasakan bahagia."

Zaina merasa kalau hubungan dia sama Ghaly, tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Karena Ghaly yang egois dan mau menang sendiri lalu berakhir Zaina yang mengalah, meminta maaf atas kesalahan yang nggak dia buat sendiri. Ghaly juga sering minta ini itu, jumlah yang cukup banyak.

Tapi banyaknya uang yang di miliki Zaina membuat perempuan itu sama sekali nggak pernah mikirin harga sama sekali. Dia malah merasa bahagia kalau Ghaly bahagia akan barang yang di dapatkan. Tanpa perempuan itu sadar kalau sedang di manfaatkan sama Ghaly.

Dan juga,

Meskipun terkadang Zaina merasa kalau hubungannya udah terlampau toxic. tapi ia juga sadar kalau hanya Ghaly lah tempat dia kembali, tempat dia menemukan kebahagiaan.

Meskipun banyak orang yang bilang kalau bersama dengan Ghaly hanya membuat kehancuran di hidupnya. Tapi Zaina sama sekali nggak pernah merasakan hal seperti itu. Dia merasa kalau bersama Zaina hidupnya berbunga-bunga.

Dia di buat jatuh cinta dengan perkataan Ghaly yang selalu saja berhasil membuat dia tenang. Zaina selalu datang ke Ghaly setiap kali orang tuanya itu bertingkah dan membuat dia capek akan hidup.

"Ke mana Ghaly, jangan kayak gini. Aku nggak bisa, aku nggak bisa sendirian menghadapi orang tua aku yang kayak gitu. Aku butuh kamu."

Tapi, perempuan itu lupa kalau kini dirinya udah ketergantungan sama Ghaly.

Zaina menghentikan mobilnya di pinggir jalan, ia memukul setir tak bersalah dan memekik hebat. Tubuhnya bergetar dan Zaina berakhir menelungkup di kedua lengannya yang udah bertahan di setir. Ia menangis dengan sangat kencang di tempat sepi.

Tak ada perkataan yang dia ucapkan sama sekali. Zaina hanya mengeluarkan rasa sesak di dalam dadanya hanya karena dirinya yang membayangkan kalau Ghaly beneran pergi dan nggak bersama dirinya lagi untuk selamanya.

"Bagaimana aku jalani hidup kalau kayak gini? Aku nggak bisa ... aku butuh kamu, Ghaly."

Episodes
1 1 - Fakta Mencengangkan
2 2 - Zaina dan Keras Kepalanya
3 3 - Mencari Ghaly
4 4 - Keras Kepala
5 5 - Hamil?
6 6 - Dunianya Hancur
7 7 - Berubah
8 8 - Sikap Yang Berubah
9 9 - Nasihat atau Amarah?
10 10 - Mengikhlaskan
11 11 - Mulai Menerima
12 12 - Pertimbangan
13 13 - Apa Itu Menikah?
14 14 - Teman
15 15 - Saling Menguntungkan
16 16 - Menghilangkan Jejak
17 17 - Pria Baik Hati
18 18 - Pria Baik Hati (2)
19 19 - Canggung
20 20 - Kebahagiaan Kecil
21 21 - Bingung
22 22 - Usai
23 23 - Takdir?
24 24 - Firasat Buruk
25 25 - Berita Panas
26 26 - Pelaku
27 27 - Kekejaman Mahen
28 28 - Tega
29 29 - Dad Zidan
30 30 - Ikhlasnya Seorang Ayah
31 31 - Masalah Baru
32 32 - Masa Lalu Mahen
33 33 - Aku Sanggup!
34 34 - Sedikit Ancaman
35 35 - Alfi dan nenek
36 36 - Kekhawatiran
37 37 - Masalah Lagi
38 38 - Dewasa
39 39 - Memperburuk Keadaan
40 40 - Terpojokan
41 41 - Sesak
42 42 - Kelepasan
43 43 - Bentakan yang Menyakitkan
44 44 - Sakit
45 45 - Inilah Akhirnya?
46 46 - Kondisi Zaina
47 47 - Suram
48 48 - Konferensi Pers
49 49 - Siuman
50 50 - Histeris
51 51 - Bujukan
52 Bertemu Lagi
53 Maaf?
54 Apakah Ini Jalan Yang Benar?
55 Terasa Kosong
56 Demi Anak
57 Bertemu Dia
58 Mereka Jahat
59 Menenangkan
60 Rasa Tenang Itu
61 Seiring Berjalannya Waktu
62 Damai?
63 Bertemu Dengannya Lagi
64 Perih
65 Sudah Bersama Yang Lain
66 Penguat
67 Sakit Hati
68 Mulut Jahat Itu
69 Rencana Mulai Berjalan
70 Sisa Lima
71 Jatuh Sakit dan Kunjungan Tak Terduga
72 Jengukan Maut
73 Penjelasan
74 Nasihat
75 Perkara Gaun
76 Ghaly Cemburu?
77 Tak Boleh Berharap
78 Canggung
79 Bunda Mahen
80 Penasaran
81 Canggung
82 Alasan Selama Ini
83 Masih Tentang Mahen
84 Berita Buruk
85 Menolak Atau Terima?
86 Semakin Parah
87 Harapan
88 Jangan Khawatir
89 Memintanya Datang
90 Harapan Terakhir
91 Rencana?
92 Bencana Hari Ini
93 Belajar Dari Awal?
94 Psikiater
95 Bertemu Kembali
96 Berbaikan?
97 Mahen dan Usahanya
98 Malam Bahagia
99 Izin
100 Panik
101 Lebih Tenang
102 Selalu Salah
103 Terpaksa
104 Kepincut?
105 Nekat
106 Mimpi Buruk
107 Keputusan
108 Penawaran
109 Simulasi
110 Pilihan Membingungkan
111 Mengapa Begini?
112 Pasrah
113 Alasan Selama Ini
114 Tekad Kuat
115 Isi Hati
116 Isi Hati (2)
117 Pilihan
118 Satu per Satu
119 Yang Dialami Zaina
120 Bersama
121 Bersama
122 Sidang
123 Keributan Kecil
124 Teringat Masa Lalu
125 Penjelasan Selama Ini dan Damai
126 Malam yang Indah
127 Seperti Ditipu?
128 Rencana
129 Akhirnya Sadar
130 Keputusan Mahen
131 Masalah Restu
132 Alasan Selama Ini
133 Meleraikan Masalah
134 Selalu Bersama
135 Mengutarakan
136 Ledekan Kecil
137 Mesra Sedikit
138 Molen
139 Tidak Semenakutkan Yang Dikira
140 Lebih Tenang
141 Diam
142 Pupus?
143 Marahnya Daddy Zidan
144 Penjelasan
145 Tinggal Satu Langkah Lagi
146 Pertengkaran
147 Daddy Zidan dan Isi Hatinya
148 Tentang Zaina
149 Baru Sadar
150 Luluh?
151 Sedikit Amunasi
152 Sayang
153 Untuk Semuanya
154 Mengungkapkan Isi Hati
155 Mengungkapkan Isi Hati (2)
156 Pertanyaan Mendadak
157 Saling Mengaku?
158 Satu Sama Lain
159 Permintaan Zaina
160 Berdua Bersamamu
161 Ikhlas
162 Rasa Nyaman
163 Perintah Mom dan Dad
164 Lega
165 Permohonan Zaina
166 Musibah
167 Tekad Zaina
168 Sungkan
169 Bertemu
170 Ada Mas Disini
171 Buah Kesabaran
172 Ada Daddy Disini
173 Tegas
174 Mulai Mengurus Semuanya
175 Mohon
176 Lupa
177 Aduan Ghaly
178 Bingung
179 Menyindir
180 Harus Yakin
181 Perintah
182 Keluarga Sang Ayah
183 Keresahan Hati
184 Teleponan
185 Teleponan (2)
186 Pertanyaan Oma
187 Harus Siap!
188 Mahen dan Zaina
189 Bersama itu Menyenangkan
190 Gelang Couple
191 Gelang Couple (2)
192 Minta Bantuan
193 Akhir
Episodes

Updated 193 Episodes

1
1 - Fakta Mencengangkan
2
2 - Zaina dan Keras Kepalanya
3
3 - Mencari Ghaly
4
4 - Keras Kepala
5
5 - Hamil?
6
6 - Dunianya Hancur
7
7 - Berubah
8
8 - Sikap Yang Berubah
9
9 - Nasihat atau Amarah?
10
10 - Mengikhlaskan
11
11 - Mulai Menerima
12
12 - Pertimbangan
13
13 - Apa Itu Menikah?
14
14 - Teman
15
15 - Saling Menguntungkan
16
16 - Menghilangkan Jejak
17
17 - Pria Baik Hati
18
18 - Pria Baik Hati (2)
19
19 - Canggung
20
20 - Kebahagiaan Kecil
21
21 - Bingung
22
22 - Usai
23
23 - Takdir?
24
24 - Firasat Buruk
25
25 - Berita Panas
26
26 - Pelaku
27
27 - Kekejaman Mahen
28
28 - Tega
29
29 - Dad Zidan
30
30 - Ikhlasnya Seorang Ayah
31
31 - Masalah Baru
32
32 - Masa Lalu Mahen
33
33 - Aku Sanggup!
34
34 - Sedikit Ancaman
35
35 - Alfi dan nenek
36
36 - Kekhawatiran
37
37 - Masalah Lagi
38
38 - Dewasa
39
39 - Memperburuk Keadaan
40
40 - Terpojokan
41
41 - Sesak
42
42 - Kelepasan
43
43 - Bentakan yang Menyakitkan
44
44 - Sakit
45
45 - Inilah Akhirnya?
46
46 - Kondisi Zaina
47
47 - Suram
48
48 - Konferensi Pers
49
49 - Siuman
50
50 - Histeris
51
51 - Bujukan
52
Bertemu Lagi
53
Maaf?
54
Apakah Ini Jalan Yang Benar?
55
Terasa Kosong
56
Demi Anak
57
Bertemu Dia
58
Mereka Jahat
59
Menenangkan
60
Rasa Tenang Itu
61
Seiring Berjalannya Waktu
62
Damai?
63
Bertemu Dengannya Lagi
64
Perih
65
Sudah Bersama Yang Lain
66
Penguat
67
Sakit Hati
68
Mulut Jahat Itu
69
Rencana Mulai Berjalan
70
Sisa Lima
71
Jatuh Sakit dan Kunjungan Tak Terduga
72
Jengukan Maut
73
Penjelasan
74
Nasihat
75
Perkara Gaun
76
Ghaly Cemburu?
77
Tak Boleh Berharap
78
Canggung
79
Bunda Mahen
80
Penasaran
81
Canggung
82
Alasan Selama Ini
83
Masih Tentang Mahen
84
Berita Buruk
85
Menolak Atau Terima?
86
Semakin Parah
87
Harapan
88
Jangan Khawatir
89
Memintanya Datang
90
Harapan Terakhir
91
Rencana?
92
Bencana Hari Ini
93
Belajar Dari Awal?
94
Psikiater
95
Bertemu Kembali
96
Berbaikan?
97
Mahen dan Usahanya
98
Malam Bahagia
99
Izin
100
Panik
101
Lebih Tenang
102
Selalu Salah
103
Terpaksa
104
Kepincut?
105
Nekat
106
Mimpi Buruk
107
Keputusan
108
Penawaran
109
Simulasi
110
Pilihan Membingungkan
111
Mengapa Begini?
112
Pasrah
113
Alasan Selama Ini
114
Tekad Kuat
115
Isi Hati
116
Isi Hati (2)
117
Pilihan
118
Satu per Satu
119
Yang Dialami Zaina
120
Bersama
121
Bersama
122
Sidang
123
Keributan Kecil
124
Teringat Masa Lalu
125
Penjelasan Selama Ini dan Damai
126
Malam yang Indah
127
Seperti Ditipu?
128
Rencana
129
Akhirnya Sadar
130
Keputusan Mahen
131
Masalah Restu
132
Alasan Selama Ini
133
Meleraikan Masalah
134
Selalu Bersama
135
Mengutarakan
136
Ledekan Kecil
137
Mesra Sedikit
138
Molen
139
Tidak Semenakutkan Yang Dikira
140
Lebih Tenang
141
Diam
142
Pupus?
143
Marahnya Daddy Zidan
144
Penjelasan
145
Tinggal Satu Langkah Lagi
146
Pertengkaran
147
Daddy Zidan dan Isi Hatinya
148
Tentang Zaina
149
Baru Sadar
150
Luluh?
151
Sedikit Amunasi
152
Sayang
153
Untuk Semuanya
154
Mengungkapkan Isi Hati
155
Mengungkapkan Isi Hati (2)
156
Pertanyaan Mendadak
157
Saling Mengaku?
158
Satu Sama Lain
159
Permintaan Zaina
160
Berdua Bersamamu
161
Ikhlas
162
Rasa Nyaman
163
Perintah Mom dan Dad
164
Lega
165
Permohonan Zaina
166
Musibah
167
Tekad Zaina
168
Sungkan
169
Bertemu
170
Ada Mas Disini
171
Buah Kesabaran
172
Ada Daddy Disini
173
Tegas
174
Mulai Mengurus Semuanya
175
Mohon
176
Lupa
177
Aduan Ghaly
178
Bingung
179
Menyindir
180
Harus Yakin
181
Perintah
182
Keluarga Sang Ayah
183
Keresahan Hati
184
Teleponan
185
Teleponan (2)
186
Pertanyaan Oma
187
Harus Siap!
188
Mahen dan Zaina
189
Bersama itu Menyenangkan
190
Gelang Couple
191
Gelang Couple (2)
192
Minta Bantuan
193
Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!