"Di mana sebenarnya kekasih kamu itu? Jangan bilang kalau selama ini kamu udah bohong sama mommy dan daddy kalau sebenarnya kamu nggak mau menikah. Makanya bilang udah punya kekasih? Sekarang mommy udah nggak yakin sama kamu. Cepat datangi kekasih kamu dalam waktu satu minggu ke depan. Kalau nggak datang juga, sudah fiks kamu akan mommy nikahin sama rekan kerja daddy kamu itu."
“Toh, tanpa daddy jelasin. Sepertinya kamu udah dengar kan dari berita di luaran sana?”
“Jadi berita itu benar?” tanya Zaina melemah.
“Sangat benar ...”
Zaina yang baru pulang dalam keadaan kacau, semakin linglung. Matanya nggak fokus untuk melihat satu hal pun. Dia semakin bingung.
"Mommy ... aku beneran punya kekasih, aku mencintai dia lebih dari apa pun. Aku nggak mau kehilangan dia hanya untuk menuruti permintaan mommy sama daddy. Aku juga nggak mau jadi alat keuntungan kalian. Aku ini bukan aset yang bisa di paksa gitu aja sama kalian,” jelas Zaina pada akhirnya.
"ZANIA!" bentak mommynya.
Zaina berbalik dengan tubuh sempoyongannya, "apa mommy? Apa mommy nggak capek selama ini selalu aja memaksakan hidup aku? Selama ini aku terkurung karena mommy. Aku merelakan impian aku cuma untuk mommy sama daddy saja. Lalu untuk nikah juga, aku harus nurutin perintah kalian? Nggak bisa ... menikah adalah jalan satu-satunya aku bisa menyetir kehidupan aku sendiri ke depannya. Aku nggak mau kalau sampai terpenjara lagi bahkan di saat nanti menikah."
Di tengah kekesalannya, sang mommy tak sengaja menghirup aroma alkohol. Matanya membola dan menampar Zaina tanpa aba-aba membuat tubuh perempuan itu terhuyung dan terjatuh. Zaina langsung menoleh dengan kesal, menatap tajam sang mommy.
"Apalagi mommy? kali ini aku ada salah ngomong? Aku cuma ngomong sesuai isi hati aku aja. Apa ini masih aja salah terus di mata mommy? Capek aku lama-lama begini. Nggak peduli aku sama warisan yang menumpuk. Karena tinggal di sini sama aja aku nggak bisa hidup dengan bahagia."
"KAMU MABUK!" seru sang Momy dengan sangat marah.
'mampus'
Mata Zaina membola dan dia baru sadar aroma tubuhnya sangat tercium. Zaina buru-buru berdiri dan menggeleng, ia pergi begitu saja.
"Nggak ... aku nggak mabuk sama sekali. Momy salah nyium kali. Aku mana mungkin mabuk. Udah ah aku mau ke atas dulu aja, aku nggak mau buat Momy jadi kepikiran hanya karena aku. Dadah Momy."
Momy menarik lengan Zaina, membuat perempuan itu terjatuh ke atas sofa.
"Tidak ... Momy sangat yakin kalau kamu habis minum. Siapa yang ajarin kamu kayak gini? Jangan bilang kalau laki-laki itu? Karena Momy akan menjadi orang yang paling nggak setuju kalau kekasih kamu sendiri yang mengajak kamu lakuin hal jahat. Pokoknya mulai sekarang Momy nggak akan menunggu kekasih kamu datang lagi. Momy putuskan kalau kamu harus nikah sama orang pilihan orang tua kamu!"
"MOMMY!" seru Zaina dengan sangat kesal. "Aku bakalan kabur kalau gitu!" ancamnya
"Kamu nggak tahu koneksi Daddy kamu? Mau sejauh apapun kamu kabur, Momy sama Daddy bakalan terus menemui kamu. Jadi jangan bertingkah sama sekali. Mending masuk kamar kamu dan turuti saja kemauan Daddy sama Momy."
Zaina menghentakkan kaki sambil beranjak ke kamarnya di lantai dua. Ia membanting pintu dan terduduk di balik pintu, mencengkram kuat lengannya.
“AKU BENCI!” pekiknya sambil menekan kuat lengannya. Terasa sangat sakit.
"Kenapa sih? Aku nggak butuh hidup kayak gini. Aku nggak peduli sama semua orang yang bilang kalau hidup aku beruntung, aku nggak peduli karena aku malah nggak merasakan hidup bahagia sama sekali di sini. Keinginan aku nggak pernah terpenuhin sama sekali."
Zaina beranjak dan melempar barang di atas mejanya, berteriak kesal. Mengeluarkan emosinya yang menggebu.
"Aku benar-benar benci sama hidup aku yang kayak gini. Nggak bisa berbuat apa-apa, tapi aku cuma bisa pasrah doang. Kenapa sih kayak gini banget? Apa aku memang nggak pantas untuk mendapat apa yang aku mau? Apa aku nggak pantas mendapat cinta yang aku miliki?"
Zaina membawa ponselnya dan menghubungi Ghaly. Sampai belasan kali, ia hanya mendengar suara operator saja membuat dirinya langsung membanting kesal dan berteriak kencang. "ARGH! Apa yang harus aku lakukan kalau udah kayak begini?"
***
"Daddy dengar kalau kamu marahin Momy kamu lagi?" tanya Daddynya membuat Zaina semakin nggak nafsu makan.
Daddynya ini memang sedikit keras. Walaupun begitu, daddy selalu menjadi orang pertama yang membela keluarga dengan sangat cepat. Daddy sangat sayang dengan keluarganya, dia hanya terlalu malu untuk mengungkapkan begitu terbuka.
Dia lebih memilih diam-diam memperhatikan dari belakang dan membuat semua orang terkadang ragu akan kasih sayangnya itu. Karena nggak pernah melihat secara langsung bagaimana daddy mereka mencurahkan kasih sayangnya.
Tetapi,
Zaina selalu saja salah mengartikan kasih sayang dari orang tuanya terutama daddy. Ia merasa kalau daddynya terlalu mengatur hidupnya. Padahal tanpa Zaina tahu, daddynya selalu saja melihat jalan yang akan dirintis anaknya dan jika dirasa membahayakan kehidupan sang anak. Ia berakhir melarang dan hal itu membuat Zaina salah paham. Berakhir Zaina akan mendiamkan dirinya, hal yang terkadang membuat daddynya merasa sedih, diam-diam.
"Daddy ... padahal dulu Daddy sendiri yang bilang kalau selama makan, kita cuma harus fokus sama makanan aja. Tapi apa ini? Kenapa Daddy malah ngomongin hal nggak penting di saat kita makan? Apa Daddy melupakan omongan Daddy sendiri? atau Daddy mau melanggar aturan yang dibuat Daddy sendiri?" sentak Zaina
Daddy, Zidan menghela napas dalam melihat sang anak yang entah sejak kapan menjadi semakin keras kepala seperti ini.
"Makanan Daddy dan Momy sudah habis sedari tadi, hanya kamu yang dari tadi memainkan makanan itu. Kamu nggak mau makan? Kalau nggak mau, harusnya bilang dari awal. Kalau sudah di ambil kayak gitu sama saja kamu mubazir tahu nggak sih."
Zaina mengerucutkan bibirnya. Nafsu makan dia benar-benar sudah lenyap entah ke mana. Dia menjauhkan piringnya dari tubuhnya. Membuat pelayan yang di sana langsung serempak membawa piring kotor di sana. Meninggalkan keluarga Zaina yang saling menatap satu sama lain.
"Mau jelaskan sama Daddy? Apa yang sebenarnya terjadi sampai kamu membentak Momy kamu sendiri. Memangnya Daddy pernah mengajarkan kamu untuk kurang ajar sama orang tua kamu sendiri? Semenjak Daddy mengizinkan kamu untuk tinggal di apartemen. Daddy seperti kehilangan sosok kamu yang sebenarnya. Karena ini bukan seperti anak Daddy yang dulu."
Zaina menyilangkan lengan di dada, memalingkan wajah ke arah lain.
"Ini hasil karena Momy sama Daddy selalu aja memaksakan apa pun kepada aku. Aku udah terlalu muak karena selama ini aku cuma bisa diam aja. Aku udah mulai nggak tahan dan berakhir seperti ini. Amarah aku meledak, aku memperlihatkan sisi asli aku yang Momy sama Daddy nggak tahu."
Orang tuanya menatap kecewa.
Mommynya alias Nadya menatap kesal pada anak semata wayangnya.
"Momy rasa ini karena kekasih kamu yang nggak benar itu,” tuduh sang mommy membuat Zaina kesal bukan main.
"MOMMY!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments