Milky Way : VALLENA

Milky Way : VALLENA

Bab 1 : Wanita bertanda "L"

20 tahun lalu tepat tahun 2003

Pagi hari di kampung sampah. Sesuai namanya, kampung ini penuh sampah dan puing puing bangunan terbengkalai. Tidak sedikit bangunan yang ditinggal penghuni yang mulai berkarat dan hampir roboh. Rumput rumput liar menjalar dari dinding ke dinding lainnya. Hewan seperti kelinci dan kucing liar pun tidak sedikit yang tinggal dan menetap di sini.

Dulunya kampung ini adalah sebuah desa kecil. Karena sering dipakai buat mabuk dan berbagai macam barang haram lainnya, bahkan tidak jarang dipakai untuk transaksi obat obatan terlarang, para warga mulai meninggalkannya.

Pihak kepolisian tidak berani mengusik, karena beberapa pejabat setempat sudah di kendalikan oleh kartel Parlok. Sesuai namanya, kartel tersebut dipimpin oleh pria berusia 46 tahun yang bernama Parlok. Tidak ada yang tahu asal usul pria itu. Banyak isu yang mengatakan kalo dia berasal dari negara lain.

Palok pernah ditangkap pihak berwajib, tapi karena banyaknya anggota kartel yang semakin beringas membantai warga, polisi akhirnya melepasnya. Itu dilakukan karena para anggota Parlok mengancam akan lebih banyak membunuh warga sipil. Terlebih lagi, banyak kacung Parlok di kepolisian yang membantu diam diam di dalam setiap kasus yang diperbuatnya.

Kembali lagi ke kampung sampah. Kampung yang tidak terurus dan sering dipakai buat membuang sampah. Begitu banyak pengemis dan gelandangan yang tinggal disitu. Karena mereka sering diusir dan di pukuli jika terlihat di jalanan. Terlebih lagi, banyak orang orang kelas atas yang jijik melihat orang kalangan bawah. Tidak sedikit pula para orang lanjut usia yang meninggal dan membusuk karena tidak memliki saudara yang mengurusnya. Mayat mayat dikubur seadanya dan tidak terlalu dalam agar tidak terlalu tercium bau busuknya.

Tampaklah seorang gadis berusia 8 tahun sedang mencari dan memanggil temannya. Dari pakaian yang ia kenakan, jelas terlihat ia seorang anak yang terurus dengan baik, bukan anak anak kampung sampah. Bisa dibilang kalau gadis ini seperti anak bangsawan. Nama gadis ini adalah Bulan.

“Vall!!” panggil gadis itu ke temannya.

Tak beberapa lama, ia pun dipanggil balik

“Bulan, dIsini!” jawab Vall

Bulan mencari sumber suara disela sela gang dan dia menemukan temannya yang bernama Vall tengah duduk bersandar tembok dengan memeluk gadis kecil yang terluka cukup parah. Wajahnya penuh lebam, kulit pucat dan bibir gemetaran. Ada beberapa luka sayatan di perutnya.

“Bantu aku bawa pulang ke rumahku. Ibuku pasti akan mengobatinya” pinta Vall

“Siapa dia?, aku belum pernah lihat dia sebelumnya di kampung ini.”

“Seseorang memberikan padaku. Orang yang belum pernah kulihat juga sebelumnya. Ia bilang “jaga anak ini”. Jawab Vall dengan berusaha mengangkat tubuh gadis misterius itu.

Saat Vall memegang tangan gadis malang itu, ia melihat tanda huruf “ L ”di lengan kirinya. Gadis itupun mulai membuka mata perlahan. Nafasnya berat, tapi ia berusaha sekuat tenaga mengucapkan kata :

“MILKY WAY” dia pun pingsan lagi.

...MILKY WAY : Vallena...

...****************...

20 tahun kemudian, tahun saat ini 2023

Siang hari, tepat matahari bersinar di atas kepala. Tampak wanita bertubuh langsing bagai model iklan turun dari mobil mewah. Nama dia adalah Lena. Nama pemberian ibu dari teman di masa kecilnya. Dia tidak memiliki nama, bahkan dia tidak memiliki ingatan apapun tentang masa lalunya.

Lena adalah wanita berusia 30 tahun, tubuhnya setinggi 170. Beratnya ideal. Dan parasnya pun sangat menawan. Matanya cokelat dan agak kebiruan. Rambutnya panjang terurai dengan sedikit gelombang di bagian wajahnya.

Tidak ada satu pun pria yang tidak meliriknya saat berpapasan. Hanya mereka yang berduit dan kaya yang bisa menikmatinya. Ya, Lena adalah wanita penghibur. Ia juga anggota kartel Parlok. Tidak ada satu pun yang berani mendekatinya kalau Cuma beralasan suka, apalagi cinta. Tujuan Lena hanya uang. Dan ia juga mengedarkan barang haram milik kartel Parlok ke para pejabat dan para bangsawan.

Langkah Lena terhenti, ia buka kacamata hitamnya dan meludahkan permen karetnya. Ia pun tersenyum saat melihat kampung di hadapannya terlihat asri dan sejuk di rasa. Banyak anak anak berlarian dan banyak orang tua yang terbuang sedang duduk duduk di pinggiran jalan setapak. Rumah rumah pun mulai di bangun lebih bagus lagi. Suara gemercik air sungai membuat Lena memejamkan matanya dan ia pun menghirup nafas dalam dalam.

Lena meregangkan kedua tangannya ke atas menghadap langit. Terlihat tanda dilenganya yang tertutup lengan baju. Sebuah tanda yang membentuk huruf “L”

“aku pulang” ucapnya lirih

Lena pun melempar sepatunya dan berlari kecil ke arah anak anak kecil. Para anak anak pun memanggilnya seolah sedang menunggu kedatangannya dari pagi. Pelukan dang rangkulan hangat kasih Lena mendarat di setiap tubuh mungil anak anak di depannya.

"apa kalian menungguku?" tanya Lena

beberapa anak mengangguk dan menunggu sesuatu dari Lena seperti biasanya. Lena pun membagikan beberapa buah segar dari kantongnya.

"segera pulang dan jangan bermain di luar kampung" ujar Lena saat meninggalkan mereka

Di samping kelakuan buruknya, Lena memiliki banyak kelebihan lain di banding orang pada umumnya. Dia mengelola kampung sampah yang dulunya terbengkalai menjadi desa yang sangat indah dan asri. Tentu saja itu ada kaitannya dengan keanggotaannya pada kartel Parlok. Lena tidak hanya menjual dirinya, tapi juga perasaannya untuk memiliki semua ini.

Lena membuka pintu rumahnya, dia melihat sendal jepit warna biru. Ia pun tersenyum, wajahnya berseri. Ia tahu persis siapa pemilik sandal itu. seseorang yang sangat dekat dengan dirinya, tapi juga orang yang sangat jauh untuknya.

Lena melihat Vall tiduran di sofa.

Vall adalah pria yang dulu menolongnya saat kecil. Meski mereka sangat dekat, Vall bukanlah pria miliknya. Dan Lena bukanlah wanita yang pantas untuk merasakan hangatnya sebuah hubungan yang para manusia sebut dengan “cinta”. Setidaknya Lena tahu diri soal itu.

Lena memandang wajah Vall saat tidur, dan dia pun mulai memandanginya lebih dekat, bahkan lebih dekat dari sejengkal tangannya sendiri.

Nafas hangat Vall dengan lembut seolah membelai Lena. Mimik muka Lena pun berubah, tatapannya selembut seorang putri raja. Penuh kasih dan rasa sayang. Bibirnya selembut embun bulan. Ia pun berusaha mengatur detak jantungnya yang mulai berdebar kencang.

Vall adalah pria berusia 28 tahun. Dia seorang pengangguran. Kesehariannya dia habiskan untuk makan dan tidur gratis di rumah Lena.

Tampangnya yang berantakan, rambutnya yang kumal menunjukan bahwa Vall adalah gelandangan yang jarang mandi. Meski begitu, tatapan Lena diam diam pada Vall bukanlah tatapan tanpa arti. Dalam hati Lena pun sebetulnya masih tetap sama seperti 10 tahun yang lalu.

Dulu Vall adalah pria yang pintar dan memiliki paras yang sangat menawan. Semenjak kejadian yang menimpa Lena, Vall mulai berubah menjadi seperti mayat hidup. Tidak hidup, tapi juga tidak mati.

Vall pun perlahan membuka matanya. seolah mereka sedang bermimpi masing masing. Vall yang masih rebahan di sofa menatap lama wajah Lena dari jarak dekat. Begitu juga sebaliknya. Mata Lena yang dominan dengan warna biru tampak berbinar binar di mata Vall.

“mata yang indah” ucap Vall pelan.

Lena pun buru buru bangkit dan mengambil tasnya. Ia mengeluarkan makanan dari tasnya. Seperti biasanya, Lena selalu membawa pulang makanan setiap dia makan dan menginap di luar. Dia tahu, sesuap nasi jauh lebih enak jika di makan oleh mereka yang merasa sangat lapar. Dan dikampung sampah, banyak orang tua dan anak anak terlantar yang ia harus rawat dan pelihara.

Lena membawa kue berukuran sedang di piring. Dia menaruh di meja di hadapan Vall.

“agak terlambat seminggu, dengan bertambah usiamu, semoga kelak kau lekas mendapatkan kebahagiaan yang kau inginkan” ucap Lena.

Vall melihat sebuah kue di piring, tapi tatapannya menuju ke arah pisau di samping kue tersebut. Dan dia mengingat sekilas.

“Pria yang pernah membawamu kesini. Aku ingat, ia juga membawa pisau berwarna hitam. Dan terdengar seperti bersuara bagai serangga”

Lena pun langsung menggenggam erat kepalan tangannya. Ia sangat emosi tiap Vall membicarakan pria yang membuangnya kesini. Sekalipun mereka bersaudara, Lena tidak akan pernah memaafkannya karena nasibnya setelah dibuang sungguh mengenaskan.

“kurasa dia bukan ayahmu, mengingat usianya waktu itu masih remaja. Hanya pakaiannya saja yang aneh. Seperti pakaian seorang prajurit” lanjut Vall.

Tiba tiba terdengar suara ketukan pintu. Lena beranjak melangkahkan kakinya meski pikirannya masih penuh dengan pertanyaan siapa orang yang telah membuangnya disini.

Begitu pintu dibuka, tampak wajah wanita setengah baya menatap tajam ke arah Lena. Usianya sekitar hampir 50 tahun. Rambutnya di ikat seperti halnya wanita jawa tepo dulu. Bajunya rapi tapi sederhana.

Wanita itu langsung masuk dan meletakkan barang bawaannya berupa barang barang mewah seperi tas baju dan lain lain. Barang mewah itu masih baru dan tersusun rapi di tas tas belanjaan.

“Usir itu pria pengangguran. rumahmu jadi sedikit agak bau” perintah wanita tersebut yang tak lain adalah ibu kandung Vall sendiri

Namanya ibu Lidya. Usianya 50 tahun. Dia menyuruh Lena untuk mengusir Vall dari ruangan. karena sebagai ibu, Lidya juga punya malu melihat putra satu satunya jadi pria yang tidak berguna.

Vall pun beranjak meninggalkan ruangan. Jalannya pelan tatapannya seperti biasa. Datar dan tak bernyawa. Sudah biasa Vall dimarahi dan diusir oleh orang tuanya karena hidupnya dia habiskan untuk tiduran dan tak melakukan apapun.

Segala cara dilakukan orang tuanya, tapi tak satupun berhasil membuat Vall hidup layaknya pemuda pada umumnya. Hidupnya bagai mayat. Tidur di manapun makan jarang. Bahkan orang memanggilnya zombie kampung sampah.

Begitu Vall pergi, ibu Lidya mendekati Lena. Lena tampak gugup, meski ia sudah beberapa kali pernah menghadap ibu Vall, tapi ini untuk pertama kalinya dia merasa seperti di intimidasi.

“Mau berapa banyakpun barang yang kau kirim padaku, aku tak akan pernah mau menyentuhnya” kata bu Lidya

“maaf” jawab Lena menunduk

“Tatap mataku” perintah ibu Lidya.

Lena pun menatap sekilas dan langsung melempar tatapan ke arah lain. Dan Lena pun terkejut, saat kedua tangan ibu Lidya menggenggam telapak tangan Lena.

“Sesulit apakah dirimu menemuiku? Jika aku dan putraku berbuat salah, aku dengan tulus memohon maaf padamu. Dari pada mengirimiku banyak barang yang bahkan aku tak membutuhkannya, aku lebih suka jika kamu mau mengundangku minum teh di rumahmu” jelas ibu Lidya.

Lena pun terdiam. Apa yang telah terjadi dalam 20 tahun ini, memang tak bisa di kata kalau hubungannya dengan ibu Vall adalah hubungan biasa. Dia yang sering menolong Lena dulu. Meski itu sebatas apa yang ia mampu.

“apa yang telah terjadi 10 tahun lalu...”

Lena pun melepaskan genggaman ibu Lidya saat bibir tua itu menyinggung masalah 10 tahun lalu. Ibu Lidya berusaha meraih wajah Lena dengan tangan tangannya. Di belai lembut wajah Lena bagai putri sendiri. Ibu Lidya tau, Lena tengah menahan emosi dan sedihnya dengan memalingkan wajah.

“aku benar benar minta maaf. Aku tahu bahwa aku tak punya malu jika meminta sesuatu hal padamu. Tapi ini soal putraku satu satunya. Vall sejak usia 12 tahun sudah bisa mendapakan berbagai penghargaan, ia bahkan sudah bisa membuat berbagai rancangan rumah untuk ia jual. Meski dia sering di tipu soal hasil keuangan. Tapi ia sangat jenius dan ambisius akan mengarungi masa depan denganmu. Tolong lakukan sesuatu, aku sudah sudah tak tahan melihat anak itu.”

Dari kejauhan, Lena melihat Vall yang berada di pinggir sungai. Kegiatan yang tidak terlewatkan baginya. Makan dan merenung di tepian sungai tak jauh dari rumah Lena.

“ibu” panggil Lena

Bu Lidya yang mendengar Lena memanggilnya ibu pun sontak sedikit kaget sekaligus senang. Dia merasa anak gadis yang dulu pernah ditolongnya sudah mulai sedikit bersikap hangat kepadanya.

“aku tidak bisa melakukan apapun untuk Vall saat ini. Tidak juga untuk kemudian hari nanti. Saat ini, kami sudah sepakat untuk tidak membahas soal masa lalu dan masa depan. Terlebih, ada tanggung jawab yang harus ku pikul yang jauh lebih penting dari perasaanku pribadi”

Mendengar penjelasan Lena, ibu Lidya pun mulai memahaminya. Karena sejenak ibu Lidya merasakan sedikit guncangan dihati Lena setiap kali membahas soal Vall.

"apa kau bahagia dengan semua ini?" tanya ibu Vall

"...kebahagian ku? aku tidak perduli lagi. selama anak dan orang tua di kampung ini merasa aman dan damai, aku pun cukup puas" jawab Lena.

Ibu Lidya mulai mendekati Lena, dipegangnya kedua pipi Lena. sebagai pensiunan perawat, ibu Lidya mampu mengenali dengan sekejap bahwa Lena sedang tidak dalam kondisi sehat.

"ibu sangat yakin dengan kondisimu saat ini. kau tidak sedang pura pura sehat kan?" tanya Lidya

"ibu pasti tahu dari dulu bahwa aku sudah sakit. sudah berjalan sekitar 10 tahun, seharusnya sudah menjadi AIDS" jawab Lena menunduk muka.

ibu Lidya yang tak kuasa sedih pun langsung merangkul Lena. Ibu Lidya sungguh tidak rela dengan semua yang sudah Lena alami.

"Apa yang harus aku lakukan nak? aku benar benar tidak tahu lagi apa yang bisa ku lakukan lagi untuk meredakan setidaknya sedikit deritamu. bahkan kamu belum ingat dan tidak tahu menahu soal masa lalumu. kenapa sang pencipta melakukan ini padamu?'

"izinkan Vall di sini sementara waktu. jangan beri tahu dia soal apapun. aku hanya butuh dia untuk di sini menemaniku sampai akhir."

Terpopuler

Comments

Kirari

Kirari

Mantap! Semangaat🥰
meskipun ada beberapa penulisan yang salah, semoga ke depannya lebih baik lagi👍

2023-03-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!