Bab 2 : Seikat Janji

Malam hari,

Lena melangkah menyusuri taman kecil di depan rumahnya. Ia terus memikirkan perkataan ibu Vall. Lena berpikir, mungkin semua yang terjadi pada Vall itu juga kesalahannya. Apa yang terjadi 10 tahun lalu, mengubah Vall sedemikian rupa.

Aroma melati disepanjang jalan setapak membuat Lena menghentikan langkahnya sejenak. Dia jongkok dan menghirup aroma bunga kesukaannya itu dengan sangat hati hati dan penuh perasaan dan ia pun sadar, tidak jauh di tepian sungai dekat bunga bunga melati itu, Vall terlihat tiduran di batu batuan.

“Tidurlah di dalam rumah. aku sudah merapikan tempat tidurmu” perintah Lena

“Berapa harga sewa mu 5 menit?” tanya Vall

Lena pun menarik Vall bangkit. Dia terlihat marah saat teman masa kecilnya itu seolah menawarnya. Sekalipun dia memang pelacur sekalipun, hatinya tetap memiliki harga.

“seperti katamu dulu, aku tak cukup uang untuk membahagiakanmu dan tidak punya kuasa untuk menolongmu” kata Vall menatap Lena saat mereka saling berdiri berhadapan.

“Tapi setidaknya, aku masih bisa membayarmu untuk sekedar menatapmu 5 menit. Jika itu terlalu lama, biarkan aku menatapmu 1 menit saja. Aku ingin memastikan apa aku masih ada di matamu, atau aku memang benar benar sudah menghilang” lanjut Vall.

Lena pun membalas tatapan Vall dengan mata berair, meski tidak menetes. Lena berusaha memahami pria di hadapannya ini apakah dia benar benar gila atau memang sedang bermain main dengannya selama 10 tahun ini.

“kita sudah berjanji untuk tidak membahas apa pun soal perasaan jika kamu masih ingin tetap tinggal disini. Dan aku perjelas lagi padamu, bahwa aku tidak memiliki apapun untuk kuberikan padamu selain makan dan tempat tidur.” ucap Lena.

"Berapa lama lagi aku harus menjadi orang gila?. Menunggumu selama bertahun tahun seperti ini sungguh menyiksaku."

"Tetaplah menjadi orang gila sepenuhnya. Atau tinggalkan saja tempat ini!" ucap Lena sedikit membentak.

Lena semakin khawatir saat tahu ternyata Vall tidak sepenuhnya gila. Dia khawatir akan lebih menyakiti Vall suatu hari nanti jika dirinya tiada.

****************

20 tahun lalu, tahun 2003

Ini adalah masa saat Vall masih berusia 8 tahun. Saat di mana Lena di buang.

Vall berdiri di sebuah gang kecil di kampung sampah. Dia melihat seorang pria tengah bersembunyi dari sesuatu yang tidak ia ketahui.

Pria misterius itu seolah sedang menghindari sesuatu dengan bersembunyi di balik reruntuhan bangunan dengan menggenggam sebilah pisau hitam pekat agak kemerahan seperti darah kering.

Pria itu memberikan seorang gadis pada Vall. Gadis yang kemudian bernama Lena itu selalu menyebut kata “Milky Way” di alam bawah sadarnya.

“Jaga dia untukku. Aku tak bisa menjaganya karena aku juga dalam pelarian” kata pria itu.

Dan kemudian, pria misterius tersebut melompati pagar setinggi 2 meter dengan mudahnya. Ia pun seolah lenyap bagai bayangan pergi entah ke mana. Meninggalkan Lena yang sedang sekarat dan Vall yang kebingungan.

Vall membawa pulang Lena pada ibunya. Ibu Vall adalah mantan perawat sebelum mengalami kecelakan. Meski tangannya tidak secakap waktu masa aktifnya, tapi ibu Lidya cukup mahir jika di bandingkan dengan perawat lain.

Singkat cerita, Lena mulai membaik dalam perawatan ibu Lidya. Hanya saja, ia tidak ingat apapun tentang masa lalunya. Yang dia punya hanya inisial huruf “L” di lengan kirinya. Dari situlah dia dipanggil dengan nama Lena oleh ibu Lidya

Ayah Vall adalah pensiunan prajurit, ia pensiun dini karena mengalami trauma perang dan dimensia di usia muda. Ayah Vall sangat temperamental, sering marah. Bahkan sering berhalusinasi soal hal hal yang tidak terjadi.

Suatu ketika, ayah Vall menentang Lena untuk tinggal di rumahnya. Dengan alasan Lena anak yang tidak di ketahui asal usulnya.

Ayah Vall mengusir Lena begitu ia sembuh total. Alasan ini yang membuat Vall juga sering kabur dari rumah dan tinggal dikampung sampah. Kesehariannya dia habiskan untuk menemani Lena dikampung itu. Dia bahkan mencuri sebuah roti dipasar setempat.

Hujan turun begitu deras di bumbui angin kencang dan petir. Terlihat Vall dan Lena duduk berdua di bawah puing bangunan rusak yang sempit. Bahkan hanya muat untuk mereka berdua.

Mereka memakan roti seadanya. Vall yang tahu sepotong roti yang di makan Lena sudah habis duluan, memberikan rotinya pada gadis itu.

“Suatu hari nanti aku akan membuat rumah untukmu” ucap Vall.

"Aku ingin keluarga, bukan rumah" jawab Lena.

Kedua bocah itu saling berpegang tangan. seolah mereka akan terus menjadi yang tak terpisahkan untuk kedepannya nanti.

Beberapa lama kemudian, tampak Bulan dengan jas hujannya membawa bungkusan makanan dan beberapa kain mendekati Vall dan Lena.

“Ada gubuk kecil di ujung sawah. Kemarin aku lihat tidak ada penghuni” jelas Bulan.

Mereka bertiga menuju ke arah yang ditunjuk Bulan. Jalan berlumpur dan busuk sampah menjalar di sekitar kaki kaki mereka. Hingga tibalah mereka di tempat tujuan. Terlihat gubuk tua yang sudah tidak berpenghuni. Lokasinya jauh dari pemukiman lain. Tampak lebih aman. Terlebih jalan menuju gubuk ini juga sangat buruk.

Bulan yang sebelumnya sudah tiba di lokasi, ternyata sudah mempersiapkan beberapa selimut dan baju bajunya yang masih bagus untuk Lena. mulai hari ini, gubuk inilah saksi persaudaraan mereka bertiga.

Selain mendapatkan makanan dari Bulan dan Vall, keseharian Lena diisi dengan mencari siput sawah untuk di jadikan bahan makanan. Beberapa buah buahan liar juga sering tampak tercecer di area gubuk itu mengingat jarang dijamah, bahkan tidak nampak sekalipun orang orang melintasinya.

****************

10 tahun berlalu, tahun 2013

Vall berusia 18 tahun. Dia tumbuh menjadi pemuda yang maskulin. Sedikit berbicara, banyak bertindak. Dia juga tidak sembarang bertindak, selalu mengukur dengan sangat cermat.

Keseharian selalu ia habiskan dikampung sampah bersama Bulan dan Lena. Di masa ini, usia Lena sekitar 20 tahun. Pertumbuhannya jauh lebih matang dari pada gadis pada umumnya. Berbeda dengan Bulan yang masih terlihat kecil dan bertubuh mungil.

Mereka bertiga adalah sahabat dalam duka dan suka. Vall dan Bulan adalah sahabat sejak kecil, mereka juga tetangga.

Suatu ketika, Bulan memakaikan beberapa baju yang dia bawa dari rumah pada Lena. Meski terasa sempit dan kekecilan, Lena sangat menyukainya.

Sebagai seorang yang tinggal dikampung sampah dan tidak memiliki apapun, Lena sangat menghargai apapun yang Bulan berikan padanya. Tidak hanya baju, Bulan juga sering membawa makanan dan mengajaknya jalan jalan keluar dari kampung sampah.

Di pusat pembelanjaan, beberapa remaja perempuan dengan berpakaian rapi berlari lari mencoba beberapa makanan gratis yang ditawarkan. Mereka tengah asyik bercanda ria.

Lena menatap mereka dengan kagum ini pertama kalinya ia merasa hidup seolah seperti baru keluar dari gua persembunyian selama puluhan tahun.

“apakah tidak apa apa membawanya kesini?” bisik Vall pada Bulan

“biarkan ia sejenak merasakan hal lain selain kampung sampah.” jawab Bulan

Beberapa orang yang lewat dan berpapasan dengan Lena menutup hidungnya, seolah sedang bertemu kotoran.

Memang penampilan Lena berantakan, rambut disisir seadanya. Pakaian juga tidak begitu bersih meski itu koleksi terbaiknya. Tampangnya sangat terlihat kampungan.

Lena tidak memperdulikan apa tanggapan orang sekitarnya, dia hanya kagum dengan semua barang barang yang berada di balik kaca. Baju merah dan rok putih panjang lengkap dengan topi pantai.

Melihat itu, Vall dan bunga pun mengeluarkan dompet dan meraba raba isinya. Mereka berdua saling menatap seolah memikirkan hal yang sama. Mereka berebut ingin membelikan Lena baju sesuai keinginannya.

****************

Di kampung sampah,

Bulan memakaikan baju baru yang ia belikan pada Lena. Tidak hanya itu, Bulan juga mengajari Lena memakai make up yang baru Bulan beli.

Wajah kampungan dan kumal itu pun seketika menjelma menjadi berwajah gadis bak putri kerajaan. Tatapannya lembut, matanya berbinar berwarna biru, bibirnya merona, kulitnya pun halus dan putih karena dia memang hampir tidak pernah keluar rumah. Meski hanya kotor sedikit.

“apakah kau memikirkan hal serupa denganku” tanya Vall pada Bulan

“cantik, tinggi dan..”

“bukan!” sela Vall “Lena, bisakah untuk tidak berdandan sementara??” lanjut Vall

Lena terheran, tapi dia mengangguk menurut apapun perkataan Bulan dan Vall. Mereka berdua bagai keluarga sendiri baginya.

Vall mulai khawatir melihat gubuk yang di tempati Lena mulai banyak orang yang melewatinya. Terlebih banyak bangunan baru yang didirikan oleh anggota kartel dikampung sampah. kemungkinan besar akan ada banyak anggota kartel yang menetap dikampung sampah nantinya.

Di siang hari sepulang sekolah, Vall dan Bulan selalu menyempatkan diri untuk datang ke gubuk Lena.

Tampak Lena yang tersenyum manis menatap Bulan. Bulan yang mengajarkan Lena beberapa hal tentang menulis dan membaca sedikit terganggu, saat Lena menatapnya dengan tersenyum daripada mendengarkan penjelasannya. Tapi Bulan pun selalu tersenyum ramah saat Lena menatapnya dengan riasan yang Bunga kenakan padanya.

“bagaimana rasanya hidup menjadi anak orang kaya?” tanya Lena

“jika inginkan kemewahan, itu sangat menyenangkan. Tapi jika ingin kebebasan, kau akan sangat menyiksa” jawab Bulan.

"apakah kau tersiksa dengan hidupmu saat ini?"

Bulan tampak terdiam dengan pertanyaan Lena. Ingin sekali Bulan mengeluh tentang kehidupan pribadinya yang sangat berat untuk dia jalani. tapi dia juga enggan membuat sahabat sahabatnya merasa khawatir.

Lena pun membaringkan kepalanya di meja tempat buku buku pelajaran Bulan berada. Sesekali Lena menatap ke arah Vall yang tengah makan nasi bungkus tak jauh darinya.

“apa yang kau harapkan jika hidup di keluarga orang kaya?” tanya Bulan

“gaun pengantin”

Bulan pun terheran dengan jawaban Lena.

“aku ingin menjadi pengantin wanita dan pergi dari sini” lanjut Lena sambil menatap Vall

Bulan yang mendengar perkataan dan pandangan Lena ke Vall pun mulai paham bahwa Lena ingin keluar dari kampung sampah jika menikah nanti.

Lena pun merangkak mendekati Vall.

“Vall, menikahlah denganku, dan bawa aku pergi dari sini” ucap Lena tepat di depan muka Vall

Vall pun terbengong dan sejenak mulai tersedak sedikit mendengar ucapan Lena

Lena mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Vall. Dengan tersenyum lugu dan manis di hadapan Vall.

Vall yang terdiam dan bengong tidak tahu harus menjawab apa, karena dia juga sedikit terpesona dengan wajah manis Lena yang berseri seri.

Bulan yang melihat mereka begitu dekat seperti sedikit cemburu. Dia mulai melihat dirinya dan membandingkan tubuhnya dengan Lena. Sangat jauh berbeda. Tubuhnya sangat mungil dan wajahnya baby face. Bahkan dadanya setipis telor dadar.

Berbeda dengan lena yang tinggi dan berbadan bagus. Wajahnya juga terlihat segar dan cerah. Mungkin itu karena keluguannya.

Meski sedikit cemburu, Bulan merasa bahwa persahabatan mereka jauh lebih penting dari perasaanya pribadi.

Begitu matahari mulai terbenam, Vall dan Bulan meninggalkan Lena sendirian seperti biasanya di gubuk.

Saat Bulan berjalan mengikuti Vall, Bulan memberanikan diri untuk melangkah beriringan di samping Vall.

“seandainya, Lena serius ingin menikah denganmu apa kau akan melamarnya nanti?”

Vall pun menghentikan laju kakinya, dia menatap Bulan dengan seksama. Wajahnya yang oval dan matanya yang bulat mulai salah tingkah. Dalam hati Vall dia mencoba untuk memahami sikap Bulan yang sedikit berubah semenjak pernyataan Lena yang ingin mengajaknya menikah.

“kau tahu kan sikap keluargamu padaku? Mereka sangat terpandang. Pria sepertiku tidak akan bisa mereka terima.”

“aku membicarakan soal Lena” sela Bulan

"Oh maaf, aku salah. Aku terlalu meng halu sedang kau lamar” jawab Vall sambil bercanda.

Tidak hentinya Vall menggoda dan bercanda pada Bulan disepanjang jalan hanya untuk mencairkan suasana sekaligus sedikit memberi jawaban akan keraguan hati Bulan soal perasaan Vall.

Begitu sampai di depan kampung sampah. Tepat di pinggir jalan. Terlihat seorang sopir menunggu Bulan. Sopir itu terlihat gelisah menunggu anak dari majikannya.

“nona, tolong jangan membuatku dalam masalah terus. Aku sudah kehabisan akal untuk berbohong pada orang tuamu” keluh sopir pribadi Bulan.

Saat Bulan memasuki mobil, dia melihat ke arah Vall yang mulai berjalan menjauh. Dalam hati Bulan, ia sangat sedih karena Vall dengan jelas jelas menolaknya meski dengan candaan semata. Tapi Bulan sangat yakin bahwa dia sama sekali tidak memiliki masa depan bersama pemuda yang dia kenal sejak kecil itu.

****************

di dalam rumah Bulan.

Beberapa berkas dan buku dilempar ke meja tepat di depan Bulan. Ayah Bulan adalah bangsawan terpandang dikota itu.

Bulan yang sudah menginjak usia 18 tahun akan di jodohkan dengan anak bangsawan lain.

"pelajari semua berkasnya. banyak yang harus kau pahami dari calon suami dan mertuamu!"

Bulan hanya tertunduk berdiam diri. Bulan sangat patuh dengan orang tuanya untuk urusan apapun. Tapi untuk kali ini, orang tuanya hanya menganggapnya sebagai alat untuk mencapai kedudukan dan kehormatan yang lebih tinggi.

Begitu ayah Bulan pergi meninggalkan ruangan, Bulan pun mulai beranjak pergi tanpa menyentuh apapun berkas yang di berikan padanya.

Bulan melangkah perlahan ke jendela. Dari jendela, bulan bisa melihat hampir separuh kota dari ruangannya yang berada di lantai empat.

Bulan menatap kampung sampah. Di mana terdapat banyak kenangan indahnya bersama kedua sahabatnya. Tapi lamunannya hilang dalam sekejap saat melihat iringan mobil begitu banyak berada di depan kampung sampah. Tidak hanya mobil, ratusan motor mulai masuk ke kampung sampah seolah setengah bagian anggota kartel tengah ingin menguasai penuh kampung sampah untuk di jadikan tempat baru dalam pertemuan.

Bulan berusaha menggenggam jari jarinya yang terus menerus gemetaran. Bulan takut akan terjadi hal yang tidak di inginkan pada Lena.

Terpopuler

Comments

🌹Cerry🥀

🌹Cerry🥀

200k 😁

2023-04-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!