Langkah demi langkah Lena terus melaju tanpa berpikir kemana kakinya akan membawa. Karena otak sudah tidak peduli dengan arah maupun tujuan.
Kaki telanjangnya tampak mulai memerah dan memar memar, tapi Lena tidak peduli sama sekali dengan tubuhnya saat ini. Dia hanya ingin terus melangkah meninggalkan apa yang sudah dia alami.
Langkah pun mulai terhenti saat sampai di depan gubuknya dikampung sampah. Pikirannya yang selalu mengingat kebahagiaan saat bertiga bersama teman temannya membuat Lena tanpa sadar kembali lagi ke gubuk itu.
Lena menatap gubuk kecilnya. Terlihat masih berantakan. Tak ada orang yang mau meninggalinya. Karena memang gubug ini yang paling jelek dari bangunan bangunan lainnya.
Pandangan Lena pun beralih ke mayat pria bertubuh besar yang masih tergeletak di depan gubuknya. Daging pria itu sudah membusuk dan penuh belatung.
Lena menyeretnya jasad tersebut ke arah tanah yang agak berkubang air hujan. Dan dia pun menimbunnya dengan tanah seadanya. Setidaknya tidak terlalu berbau separah sebelumnya.
Tatapan Lena tampak kosong, mimik muka di wajahnya datar. Tangan terus terusan mengelap lantai kayu yang berdarah. Tidak ada tempat tujuan lain yang bisa dia tuju. Meski bahaya, dia tetap akan bertahan dikampung sampah ini.
Dia sadar, jika dia hanya akan membuat orang di sekitarnya juga bisa terlibat bahaya jika dia terus berteman dan bercanda seperti sebelumnya di gubuk ini bersama teman temannya. Lebih baik mulai saat ini ia berusaha hidup sendiri pikirnya.
Lena membuka beberapa kotak peti baju di ujung lantai gubuk, dia mencari beberapa snack yang pernah dia simpan sebelumnya. Meskipun beberapa jajanan itu tidak bisa memenuhi rasa lapar, Lena tetap akan memanfaatkannya untuk beberapa hari kedepan sebisa mungkin.
Lena menyandarkan badannya yang lemas di dinding kayu. Beberapa pikirannya kembali mengingat saat Vall memeluknya dan berucap akan menjadikan dirinya tersangka jika dia mati disini. Dari sinilah Lena mulai untuk membulatkan tekadnya agar berusaha untuk tetap hidup apapun yang terjadi. Terlebih lagi dia masih belum memahami apa yang telah terjadi pada kehidupannya sebelum di buang. Dia berharap suatu hari nanti waktu akan menjawab semua pertanyaan yang masih menumpuk dihati dan pikirannya. Sekalipun nasib akan terus mempecundanginya.
Matahari mulai bersinar. Cahayanya merambat dari pepohonan ke beberapa dinding kayu gubuknya.
Lena yang berada di ranjang usangnya mengulurkan tangannya ke luar jendela. Bau busuk mayat yang sebelumnya dia kubur seadanya di jalan menuju gubuk ternyata membuat orang orang enggan mendekati gubuknya.
Perut Lena berbunyi, pertanda ia membutuhkan makanan. Entah berapa lama ia tidak makan. Sejenak ia teringat Vall setiap kali datang ke gubuk membawa sayuran. Dan dia pun mengingat setiap kali Bulan membawa baju dan berbagai perlengkapan memasak. Bahkan saat saat Bunga mengajarinya membaca dan menulis. Seketika pun dia mengerang membuat beberapa jahitan dibeberapa kulitnya mengeluarkan darah. Lena mengerang karena dia sadar, hal hal yang membuatnya hidup normal seperti lainya harus segera ia lepaskan.
Setelah kejadian yang menimpa Lena membuat Vall dan Bulan tidak akan menyangka bahwa Lena akan kembali ke gubuk lagi. Hal ini sangat menguntungkan bagi Lena yang berniat untuk menjauhi merekaberdua.
Sesekali Lena pergi keluar kampung untuk melihat Vall dan Bulan pulang sekolah seperti pemuda pada umumnya. Mereka berdua tampak akrab se olah telah melupakan Lena yang sering melihat mereka dari kejauhan.
Lena menatap dengan bahagia sekaligus sedih kepada ke dua sahabatnya tersebut.
“teruslah seperti itu. Bahagia berdua seperti sebelum mengenalku. Jangan lagi kembali ke kampung sampah.” Ucap Lena seraya pergi menjauh.
Kondisi kampung sampah mulai lebih ramai dari sebelumnya. Beberapa orang mengatakan jika Rude sang tangan kanan Parlok akan menetap dikampung sampah. Karena itulah mulai banyak bangunan didirikan secara cepat menggunakan ratusan pekerja.
Tidak sedikit juga para anggota kartel yang mulai mencari beberapa bangunan yang ditinggali penduduk sebelumnya untuk dirampas. Mereka yang menolak langsung dibunuh. Mayat mayat tidak berdosa mulai berjatuhan satu persatu dikampung ini.
Lena yang memakai baju lusuh cukup berguna untuk menyembunyikan dirinya dari mereka yang liar dan beringas. Keseharian Lena juga mengais dibeberapa titik titik sampah yang sekiranya ada beberapa sisa makanan untuk dia makan.
Beberapa mobil mewah terlihat melewati Lena yang berdandan layaknya gelandangan. Mobil mobil para anggota elite kartel menuju sebuah bangunan yang dijaga ratusan anggota lainnya. Salah seorang keluar dari mobil dan diiringi puluhan anggota lain seperti bodyguard.
Seseorang berkepala botak dengan kacamata hitam. Tingginya 180 cm. Badanya sangat besar. Beberapa anak buahnya memanggilnya dengan sebutan Rude si tangan kanan. Sesuai sebutanya, ia selalu menyelesaikan semua perintah Parlok dengan benar. Seolah dia memiliki tangan dewa yang memberinya segala keberuntungan.
Rude melangkah ke sebuah bangunan besar yang baru beberapa hari lalu diselesaikan. Bangunan itu sengaja di bangun mewah dikampung sampah untuk beberapa anggota kartel untuk melakukan pertemuan dan juga untuk mengatur siasat dan rapat dadakan.
Lena melangkah mendekati para manusia bejad yang terus menerus mengumpat dan berteriak seperti orang haus akan kekejaman.
Beberapa orang yang melihat Lena pun merasa jijik dan tidak sedikit yang mendorong dan menendangnya. Tapi semua itu tidak menyurutkan Lena untuk mendekati Rude.
Rude melihat Lena berdiri dikerumunan banyak orang. Dia mendekatinya. Semua orang berusaha menyingkir. Lain halnya dengan Lena. Dia berdiri tegap dengan baju jeleknya dan wajah kumalnya.
Rude mengusap beberapa kotoran yang menempel di wajah Lena. Dia pun sadar, wanita kumal di depannya ini sangat cantik. Hanya saja sedikit kotor.
“apa kau lapar?” tanya Rude
Lena diam tak menjawab. Dengan tatapan dan paras cantiknya, Lena mampu menjelaskan semua yang dia butuhkan pada Rude
“bawa dia di ruanganku” perintah Rude pada bawahannya.
Beberapa pria besar menyeret Lena. Lena pun tidak melawan. Dia sadar dan tahu persis semua resiko hidup dikampung sampah. Tidak ada hukum adil disini. Hukum hanya milik mereka yang berkuasa.
Di dalam rumah besar, Lena dimandikan beberapa wanita penghibur. Tubuh indah Lena dibasuh dan bersihkan dengan beberapa shampo dan sabun mahal. Tampak terlihat sikap lugu Lena yang memainkan beberapa busa di rambut panjangnya.
Para wanita penghibur itupun berkali kali berucap kagum dengan keindahan tubuh Lena. Kulitnya terlihat bersih dan lembut bagai kulit bayi. Wajahnya sangat mempesona.
Setelah dibersihkan didandani menggunakan beberapa cosmetics merk terkenal, Lena dibawa ke ruangan Rude. Pria itu bersiul kegirangan melihat wanita yang ditunggu dari tadi ternyata sangat muda dan jauh lebih mempesona dari yang ia bayangkan sebelumnya. Meski beberapa bagian di kulitnya terlihat bekas jahitan. Tapi untuk wajahnya sama sekali tidak ada bekas luka sedikitpun. Sangat lembut dan bersih bagai putri kerajaan.
Lena tampak tidak menghiraukan Rude. Matanya menuju ke arah meja di mana terdapat makanan mewah yang dihidangkan lengkap dengan ornamen hidangan ala orang kelas atas.
Kedua tangan Lena meraih beberapa makanannya. Meski masih panas, ia melahap dengan tangan kosong. Sudah tidak diingatnya, kapan terakhir dia makan dengan benar. Selama ini dia telah melewati bagaimana rasanya makanan sisa. Sampai dia tidak sadar, Rude dibelakanya mendorong sedikit punggung Lena hingga setengah badanya tertelungkup di meja.
Di tariklah gaun Lena yang berwarna merah tua itu hingga robek. Wajah Rude terlihat sangat menikmati apa yang ada dihadapanya. Lena pun tidak perduli dengan apapun yang dia alami. Pikirannya hanya satu, makan dan berjuang hidup sekuat tenaga apapun yang terjadi. Masih banyak yang harus ia cari jawaban tentang siapa dirinya, dan kenapa ia di buang.
Berkali kali goyangan nafsu Rude mendorong Lena hingga meja makanan berantakan. Dan Lena pun masih terlihat sibuk memakan apapun yang ada di hadapannya.
Tidak peduli bahwa saat ini tubuhnya jadi pelampiasan nafsu manusia berotak hewan. Berkali kali tangan besar Rude menarik dan menjambak rambut Lena, tapi Lena masih meneruskan kunyahan daging mahal di mulutnya.
***
Pagi hari, Lena terbangun dari tidurnya. Dia melihat sekelilingnya, hanya ada ruangan dan perabotan yang mewah.
Untuk pertama kalinya dia tidur di ranjang yang empuk dan mewah. Hidung Lena mengendus aroma kopi tak jauh dari ranjang.
Tanpa pikir panjang, Lena langsung meminumnya seperti orang kehausan. Tampak wajah lucu Lena berusaha menahan rasa pahitnya kopi tersebut.
Merasa seperti mendengar seseorang sedang berbicara, Lena pun mendekati pintu. Dari balik pintu, dia mendengar Rude marah marah pada orang yang ia telepon.
“list para bangsawan tidak akan kuberikan pada parlok. Mereka akan jadi targetku. Selama keuanganku berjalan lebih baik dari parlok, maka aku bisa menguasai keseluruhan anggota” ujar Rude
Rude berniat berkhianat pada parlok. Dia inginkan kekuasaan lebih daripada jadi tangan kanan yang hanya menuruti perintah atasannya.
Bagi Rude inilah saat yang tepat untuk mengumpulkan kekuatan dari para bawahan Parlok karena dia merasa akan menguasai orang orang kaya dikota ini.
Lena yang mendengar itu berpikir, mungkin ia bisa menemukan daftar yang dimaksud Rude. Karena saat ini dia di dalam kamarnya dan sempat terlihat semalam Rude menyembunyikan buku kecil di laci. Bukan di lemari besi di mana seharusnya barang penting disimpan.
Lena bergegas berusaha mencari kunci laci. Meski dia tahu percuma. Karena kemungkinan besar kunci dibawa selalu oleh Rude.
Pintu kamar terbuka dengan kencang terlihat Lena tengah mengacak acak meja.
“apa yang kau cari?”tanya Rude curiga
“uang. Aku butuh uang untuk hidup dikampung ini” jawab Lena berusaha beralasan.
Rude mendekati Lena. Dia mencekik leher Lena dan mengintimidasi
“apa kau suruhan Parlok untuk mendekatiku?. Dia tahu aku lemah dengan gadis muda. Jika itu benar, aku rasa kau akan mati” ucap Rude dengan mengeraskan cengkraman jari jarinya.
Lena yang merasa sesak nafas, menggerakkan tangannya dengan lembut ke celana Rude. Ia memasukkan jemari lentiknya ke celana Rude dan memainkan isinya dengan lembut.
“aku lakukan apapun, asal beri aku uang dan makanan” ucap Lena
Rude yang merasakan kenikmatan pun membanting tubuh Lena ke ranjang. Nafsu Rude memuncak lagi dia menyetubuhi Lena dengan sangat kasar bagai binatang.
Sesaat Lena melihat kalung Rude yang ada kuncinya. Lena yakin itu kunci laci Rude. Di dalam kamar itu Rude melampiaskan nafsunya. Berkali kali dia mengerang menikmati gadis muda ini. Hingga dia tidak sadar Lena terus mengawasinya dengan cermat.
Begitu Rude merasakan puncak kenikmatan, Lena merangkul erat dan menggigit tenggorokan Rude lembut dengan bibir indahnya.
Begitu Rude terlena dengan kenikmatannya, Lena memperdalam gigitannya dengan gigi giginya. Saat Rude tersadar merasakan sakit, semua sudah terlambat, karena tenggorokannya sudah terkoyak dengan sangat kejam oleh gigi Lena.
Terlihat beberapa koyakan daging Rude masih di gigi gigi Lena. Rude tak bisa teriak, suaranya tertahan ditenggorokan.
Darah menyembur ke wajah Lena. Darah segar mengucur ke wajah dan tubuh telanjang Lena.
Tampak dari cermin tubuh Rude terkapar penuh darah di ranjang tepat di samping Lena. Lena tidak butuh waktu lama untuk mengambil kunci di kalung Rude. Dia membuka laci dan menemukan sebuah buku kecil berisi daftar nama nama para bangsawan dan pejabat negara ini yang memiliki kekayaan luar biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments