NovelToon NovelToon

Milky Way : VALLENA

Bab 1 : Wanita bertanda "L"

20 tahun lalu tepat tahun 2003

Pagi hari di kampung sampah. Sesuai namanya, kampung ini penuh sampah dan puing puing bangunan terbengkalai. Tidak sedikit bangunan yang ditinggal penghuni yang mulai berkarat dan hampir roboh. Rumput rumput liar menjalar dari dinding ke dinding lainnya. Hewan seperti kelinci dan kucing liar pun tidak sedikit yang tinggal dan menetap di sini.

Dulunya kampung ini adalah sebuah desa kecil. Karena sering dipakai buat mabuk dan berbagai macam barang haram lainnya, bahkan tidak jarang dipakai untuk transaksi obat obatan terlarang, para warga mulai meninggalkannya.

Pihak kepolisian tidak berani mengusik, karena beberapa pejabat setempat sudah di kendalikan oleh kartel Parlok. Sesuai namanya, kartel tersebut dipimpin oleh pria berusia 46 tahun yang bernama Parlok. Tidak ada yang tahu asal usul pria itu. Banyak isu yang mengatakan kalo dia berasal dari negara lain.

Palok pernah ditangkap pihak berwajib, tapi karena banyaknya anggota kartel yang semakin beringas membantai warga, polisi akhirnya melepasnya. Itu dilakukan karena para anggota Parlok mengancam akan lebih banyak membunuh warga sipil. Terlebih lagi, banyak kacung Parlok di kepolisian yang membantu diam diam di dalam setiap kasus yang diperbuatnya.

Kembali lagi ke kampung sampah. Kampung yang tidak terurus dan sering dipakai buat membuang sampah. Begitu banyak pengemis dan gelandangan yang tinggal disitu. Karena mereka sering diusir dan di pukuli jika terlihat di jalanan. Terlebih lagi, banyak orang orang kelas atas yang jijik melihat orang kalangan bawah. Tidak sedikit pula para orang lanjut usia yang meninggal dan membusuk karena tidak memliki saudara yang mengurusnya. Mayat mayat dikubur seadanya dan tidak terlalu dalam agar tidak terlalu tercium bau busuknya.

Tampaklah seorang gadis berusia 8 tahun sedang mencari dan memanggil temannya. Dari pakaian yang ia kenakan, jelas terlihat ia seorang anak yang terurus dengan baik, bukan anak anak kampung sampah. Bisa dibilang kalau gadis ini seperti anak bangsawan. Nama gadis ini adalah Bulan.

“Vall!!” panggil gadis itu ke temannya.

Tak beberapa lama, ia pun dipanggil balik

“Bulan, dIsini!” jawab Vall

Bulan mencari sumber suara disela sela gang dan dia menemukan temannya yang bernama Vall tengah duduk bersandar tembok dengan memeluk gadis kecil yang terluka cukup parah. Wajahnya penuh lebam, kulit pucat dan bibir gemetaran. Ada beberapa luka sayatan di perutnya.

“Bantu aku bawa pulang ke rumahku. Ibuku pasti akan mengobatinya” pinta Vall

“Siapa dia?, aku belum pernah lihat dia sebelumnya di kampung ini.”

“Seseorang memberikan padaku. Orang yang belum pernah kulihat juga sebelumnya. Ia bilang “jaga anak ini”. Jawab Vall dengan berusaha mengangkat tubuh gadis misterius itu.

Saat Vall memegang tangan gadis malang itu, ia melihat tanda huruf “ L ”di lengan kirinya. Gadis itupun mulai membuka mata perlahan. Nafasnya berat, tapi ia berusaha sekuat tenaga mengucapkan kata :

“MILKY WAY” dia pun pingsan lagi.

...MILKY WAY : Vallena...

...****************...

20 tahun kemudian, tahun saat ini 2023

Siang hari, tepat matahari bersinar di atas kepala. Tampak wanita bertubuh langsing bagai model iklan turun dari mobil mewah. Nama dia adalah Lena. Nama pemberian ibu dari teman di masa kecilnya. Dia tidak memiliki nama, bahkan dia tidak memiliki ingatan apapun tentang masa lalunya.

Lena adalah wanita berusia 30 tahun, tubuhnya setinggi 170. Beratnya ideal. Dan parasnya pun sangat menawan. Matanya cokelat dan agak kebiruan. Rambutnya panjang terurai dengan sedikit gelombang di bagian wajahnya.

Tidak ada satu pun pria yang tidak meliriknya saat berpapasan. Hanya mereka yang berduit dan kaya yang bisa menikmatinya. Ya, Lena adalah wanita penghibur. Ia juga anggota kartel Parlok. Tidak ada satu pun yang berani mendekatinya kalau Cuma beralasan suka, apalagi cinta. Tujuan Lena hanya uang. Dan ia juga mengedarkan barang haram milik kartel Parlok ke para pejabat dan para bangsawan.

Langkah Lena terhenti, ia buka kacamata hitamnya dan meludahkan permen karetnya. Ia pun tersenyum saat melihat kampung di hadapannya terlihat asri dan sejuk di rasa. Banyak anak anak berlarian dan banyak orang tua yang terbuang sedang duduk duduk di pinggiran jalan setapak. Rumah rumah pun mulai di bangun lebih bagus lagi. Suara gemercik air sungai membuat Lena memejamkan matanya dan ia pun menghirup nafas dalam dalam.

Lena meregangkan kedua tangannya ke atas menghadap langit. Terlihat tanda dilenganya yang tertutup lengan baju. Sebuah tanda yang membentuk huruf “L”

“aku pulang” ucapnya lirih

Lena pun melempar sepatunya dan berlari kecil ke arah anak anak kecil. Para anak anak pun memanggilnya seolah sedang menunggu kedatangannya dari pagi. Pelukan dang rangkulan hangat kasih Lena mendarat di setiap tubuh mungil anak anak di depannya.

"apa kalian menungguku?" tanya Lena

beberapa anak mengangguk dan menunggu sesuatu dari Lena seperti biasanya. Lena pun membagikan beberapa buah segar dari kantongnya.

"segera pulang dan jangan bermain di luar kampung" ujar Lena saat meninggalkan mereka

Di samping kelakuan buruknya, Lena memiliki banyak kelebihan lain di banding orang pada umumnya. Dia mengelola kampung sampah yang dulunya terbengkalai menjadi desa yang sangat indah dan asri. Tentu saja itu ada kaitannya dengan keanggotaannya pada kartel Parlok. Lena tidak hanya menjual dirinya, tapi juga perasaannya untuk memiliki semua ini.

Lena membuka pintu rumahnya, dia melihat sendal jepit warna biru. Ia pun tersenyum, wajahnya berseri. Ia tahu persis siapa pemilik sandal itu. seseorang yang sangat dekat dengan dirinya, tapi juga orang yang sangat jauh untuknya.

Lena melihat Vall tiduran di sofa.

Vall adalah pria yang dulu menolongnya saat kecil. Meski mereka sangat dekat, Vall bukanlah pria miliknya. Dan Lena bukanlah wanita yang pantas untuk merasakan hangatnya sebuah hubungan yang para manusia sebut dengan “cinta”. Setidaknya Lena tahu diri soal itu.

Lena memandang wajah Vall saat tidur, dan dia pun mulai memandanginya lebih dekat, bahkan lebih dekat dari sejengkal tangannya sendiri.

Nafas hangat Vall dengan lembut seolah membelai Lena. Mimik muka Lena pun berubah, tatapannya selembut seorang putri raja. Penuh kasih dan rasa sayang. Bibirnya selembut embun bulan. Ia pun berusaha mengatur detak jantungnya yang mulai berdebar kencang.

Vall adalah pria berusia 28 tahun. Dia seorang pengangguran. Kesehariannya dia habiskan untuk makan dan tidur gratis di rumah Lena.

Tampangnya yang berantakan, rambutnya yang kumal menunjukan bahwa Vall adalah gelandangan yang jarang mandi. Meski begitu, tatapan Lena diam diam pada Vall bukanlah tatapan tanpa arti. Dalam hati Lena pun sebetulnya masih tetap sama seperti 10 tahun yang lalu.

Dulu Vall adalah pria yang pintar dan memiliki paras yang sangat menawan. Semenjak kejadian yang menimpa Lena, Vall mulai berubah menjadi seperti mayat hidup. Tidak hidup, tapi juga tidak mati.

Vall pun perlahan membuka matanya. seolah mereka sedang bermimpi masing masing. Vall yang masih rebahan di sofa menatap lama wajah Lena dari jarak dekat. Begitu juga sebaliknya. Mata Lena yang dominan dengan warna biru tampak berbinar binar di mata Vall.

“mata yang indah” ucap Vall pelan.

Lena pun buru buru bangkit dan mengambil tasnya. Ia mengeluarkan makanan dari tasnya. Seperti biasanya, Lena selalu membawa pulang makanan setiap dia makan dan menginap di luar. Dia tahu, sesuap nasi jauh lebih enak jika di makan oleh mereka yang merasa sangat lapar. Dan dikampung sampah, banyak orang tua dan anak anak terlantar yang ia harus rawat dan pelihara.

Lena membawa kue berukuran sedang di piring. Dia menaruh di meja di hadapan Vall.

“agak terlambat seminggu, dengan bertambah usiamu, semoga kelak kau lekas mendapatkan kebahagiaan yang kau inginkan” ucap Lena.

Vall melihat sebuah kue di piring, tapi tatapannya menuju ke arah pisau di samping kue tersebut. Dan dia mengingat sekilas.

“Pria yang pernah membawamu kesini. Aku ingat, ia juga membawa pisau berwarna hitam. Dan terdengar seperti bersuara bagai serangga”

Lena pun langsung menggenggam erat kepalan tangannya. Ia sangat emosi tiap Vall membicarakan pria yang membuangnya kesini. Sekalipun mereka bersaudara, Lena tidak akan pernah memaafkannya karena nasibnya setelah dibuang sungguh mengenaskan.

“kurasa dia bukan ayahmu, mengingat usianya waktu itu masih remaja. Hanya pakaiannya saja yang aneh. Seperti pakaian seorang prajurit” lanjut Vall.

Tiba tiba terdengar suara ketukan pintu. Lena beranjak melangkahkan kakinya meski pikirannya masih penuh dengan pertanyaan siapa orang yang telah membuangnya disini.

Begitu pintu dibuka, tampak wajah wanita setengah baya menatap tajam ke arah Lena. Usianya sekitar hampir 50 tahun. Rambutnya di ikat seperti halnya wanita jawa tepo dulu. Bajunya rapi tapi sederhana.

Wanita itu langsung masuk dan meletakkan barang bawaannya berupa barang barang mewah seperi tas baju dan lain lain. Barang mewah itu masih baru dan tersusun rapi di tas tas belanjaan.

“Usir itu pria pengangguran. rumahmu jadi sedikit agak bau” perintah wanita tersebut yang tak lain adalah ibu kandung Vall sendiri

Namanya ibu Lidya. Usianya 50 tahun. Dia menyuruh Lena untuk mengusir Vall dari ruangan. karena sebagai ibu, Lidya juga punya malu melihat putra satu satunya jadi pria yang tidak berguna.

Vall pun beranjak meninggalkan ruangan. Jalannya pelan tatapannya seperti biasa. Datar dan tak bernyawa. Sudah biasa Vall dimarahi dan diusir oleh orang tuanya karena hidupnya dia habiskan untuk tiduran dan tak melakukan apapun.

Segala cara dilakukan orang tuanya, tapi tak satupun berhasil membuat Vall hidup layaknya pemuda pada umumnya. Hidupnya bagai mayat. Tidur di manapun makan jarang. Bahkan orang memanggilnya zombie kampung sampah.

Begitu Vall pergi, ibu Lidya mendekati Lena. Lena tampak gugup, meski ia sudah beberapa kali pernah menghadap ibu Vall, tapi ini untuk pertama kalinya dia merasa seperti di intimidasi.

“Mau berapa banyakpun barang yang kau kirim padaku, aku tak akan pernah mau menyentuhnya” kata bu Lidya

“maaf” jawab Lena menunduk

“Tatap mataku” perintah ibu Lidya.

Lena pun menatap sekilas dan langsung melempar tatapan ke arah lain. Dan Lena pun terkejut, saat kedua tangan ibu Lidya menggenggam telapak tangan Lena.

“Sesulit apakah dirimu menemuiku? Jika aku dan putraku berbuat salah, aku dengan tulus memohon maaf padamu. Dari pada mengirimiku banyak barang yang bahkan aku tak membutuhkannya, aku lebih suka jika kamu mau mengundangku minum teh di rumahmu” jelas ibu Lidya.

Lena pun terdiam. Apa yang telah terjadi dalam 20 tahun ini, memang tak bisa di kata kalau hubungannya dengan ibu Vall adalah hubungan biasa. Dia yang sering menolong Lena dulu. Meski itu sebatas apa yang ia mampu.

“apa yang telah terjadi 10 tahun lalu...”

Lena pun melepaskan genggaman ibu Lidya saat bibir tua itu menyinggung masalah 10 tahun lalu. Ibu Lidya berusaha meraih wajah Lena dengan tangan tangannya. Di belai lembut wajah Lena bagai putri sendiri. Ibu Lidya tau, Lena tengah menahan emosi dan sedihnya dengan memalingkan wajah.

“aku benar benar minta maaf. Aku tahu bahwa aku tak punya malu jika meminta sesuatu hal padamu. Tapi ini soal putraku satu satunya. Vall sejak usia 12 tahun sudah bisa mendapakan berbagai penghargaan, ia bahkan sudah bisa membuat berbagai rancangan rumah untuk ia jual. Meski dia sering di tipu soal hasil keuangan. Tapi ia sangat jenius dan ambisius akan mengarungi masa depan denganmu. Tolong lakukan sesuatu, aku sudah sudah tak tahan melihat anak itu.”

Dari kejauhan, Lena melihat Vall yang berada di pinggir sungai. Kegiatan yang tidak terlewatkan baginya. Makan dan merenung di tepian sungai tak jauh dari rumah Lena.

“ibu” panggil Lena

Bu Lidya yang mendengar Lena memanggilnya ibu pun sontak sedikit kaget sekaligus senang. Dia merasa anak gadis yang dulu pernah ditolongnya sudah mulai sedikit bersikap hangat kepadanya.

“aku tidak bisa melakukan apapun untuk Vall saat ini. Tidak juga untuk kemudian hari nanti. Saat ini, kami sudah sepakat untuk tidak membahas soal masa lalu dan masa depan. Terlebih, ada tanggung jawab yang harus ku pikul yang jauh lebih penting dari perasaanku pribadi”

Mendengar penjelasan Lena, ibu Lidya pun mulai memahaminya. Karena sejenak ibu Lidya merasakan sedikit guncangan dihati Lena setiap kali membahas soal Vall.

"apa kau bahagia dengan semua ini?" tanya ibu Vall

"...kebahagian ku? aku tidak perduli lagi. selama anak dan orang tua di kampung ini merasa aman dan damai, aku pun cukup puas" jawab Lena.

Ibu Lidya mulai mendekati Lena, dipegangnya kedua pipi Lena. sebagai pensiunan perawat, ibu Lidya mampu mengenali dengan sekejap bahwa Lena sedang tidak dalam kondisi sehat.

"ibu sangat yakin dengan kondisimu saat ini. kau tidak sedang pura pura sehat kan?" tanya Lidya

"ibu pasti tahu dari dulu bahwa aku sudah sakit. sudah berjalan sekitar 10 tahun, seharusnya sudah menjadi AIDS" jawab Lena menunduk muka.

ibu Lidya yang tak kuasa sedih pun langsung merangkul Lena. Ibu Lidya sungguh tidak rela dengan semua yang sudah Lena alami.

"Apa yang harus aku lakukan nak? aku benar benar tidak tahu lagi apa yang bisa ku lakukan lagi untuk meredakan setidaknya sedikit deritamu. bahkan kamu belum ingat dan tidak tahu menahu soal masa lalumu. kenapa sang pencipta melakukan ini padamu?'

"izinkan Vall di sini sementara waktu. jangan beri tahu dia soal apapun. aku hanya butuh dia untuk di sini menemaniku sampai akhir."

Bab 2 : Seikat Janji

Malam hari,

Lena melangkah menyusuri taman kecil di depan rumahnya. Ia terus memikirkan perkataan ibu Vall. Lena berpikir, mungkin semua yang terjadi pada Vall itu juga kesalahannya. Apa yang terjadi 10 tahun lalu, mengubah Vall sedemikian rupa.

Aroma melati disepanjang jalan setapak membuat Lena menghentikan langkahnya sejenak. Dia jongkok dan menghirup aroma bunga kesukaannya itu dengan sangat hati hati dan penuh perasaan dan ia pun sadar, tidak jauh di tepian sungai dekat bunga bunga melati itu, Vall terlihat tiduran di batu batuan.

“Tidurlah di dalam rumah. aku sudah merapikan tempat tidurmu” perintah Lena

“Berapa harga sewa mu 5 menit?” tanya Vall

Lena pun menarik Vall bangkit. Dia terlihat marah saat teman masa kecilnya itu seolah menawarnya. Sekalipun dia memang pelacur sekalipun, hatinya tetap memiliki harga.

“seperti katamu dulu, aku tak cukup uang untuk membahagiakanmu dan tidak punya kuasa untuk menolongmu” kata Vall menatap Lena saat mereka saling berdiri berhadapan.

“Tapi setidaknya, aku masih bisa membayarmu untuk sekedar menatapmu 5 menit. Jika itu terlalu lama, biarkan aku menatapmu 1 menit saja. Aku ingin memastikan apa aku masih ada di matamu, atau aku memang benar benar sudah menghilang” lanjut Vall.

Lena pun membalas tatapan Vall dengan mata berair, meski tidak menetes. Lena berusaha memahami pria di hadapannya ini apakah dia benar benar gila atau memang sedang bermain main dengannya selama 10 tahun ini.

“kita sudah berjanji untuk tidak membahas apa pun soal perasaan jika kamu masih ingin tetap tinggal disini. Dan aku perjelas lagi padamu, bahwa aku tidak memiliki apapun untuk kuberikan padamu selain makan dan tempat tidur.” ucap Lena.

"Berapa lama lagi aku harus menjadi orang gila?. Menunggumu selama bertahun tahun seperti ini sungguh menyiksaku."

"Tetaplah menjadi orang gila sepenuhnya. Atau tinggalkan saja tempat ini!" ucap Lena sedikit membentak.

Lena semakin khawatir saat tahu ternyata Vall tidak sepenuhnya gila. Dia khawatir akan lebih menyakiti Vall suatu hari nanti jika dirinya tiada.

****************

20 tahun lalu, tahun 2003

Ini adalah masa saat Vall masih berusia 8 tahun. Saat di mana Lena di buang.

Vall berdiri di sebuah gang kecil di kampung sampah. Dia melihat seorang pria tengah bersembunyi dari sesuatu yang tidak ia ketahui.

Pria misterius itu seolah sedang menghindari sesuatu dengan bersembunyi di balik reruntuhan bangunan dengan menggenggam sebilah pisau hitam pekat agak kemerahan seperti darah kering.

Pria itu memberikan seorang gadis pada Vall. Gadis yang kemudian bernama Lena itu selalu menyebut kata “Milky Way” di alam bawah sadarnya.

“Jaga dia untukku. Aku tak bisa menjaganya karena aku juga dalam pelarian” kata pria itu.

Dan kemudian, pria misterius tersebut melompati pagar setinggi 2 meter dengan mudahnya. Ia pun seolah lenyap bagai bayangan pergi entah ke mana. Meninggalkan Lena yang sedang sekarat dan Vall yang kebingungan.

Vall membawa pulang Lena pada ibunya. Ibu Vall adalah mantan perawat sebelum mengalami kecelakan. Meski tangannya tidak secakap waktu masa aktifnya, tapi ibu Lidya cukup mahir jika di bandingkan dengan perawat lain.

Singkat cerita, Lena mulai membaik dalam perawatan ibu Lidya. Hanya saja, ia tidak ingat apapun tentang masa lalunya. Yang dia punya hanya inisial huruf “L” di lengan kirinya. Dari situlah dia dipanggil dengan nama Lena oleh ibu Lidya

Ayah Vall adalah pensiunan prajurit, ia pensiun dini karena mengalami trauma perang dan dimensia di usia muda. Ayah Vall sangat temperamental, sering marah. Bahkan sering berhalusinasi soal hal hal yang tidak terjadi.

Suatu ketika, ayah Vall menentang Lena untuk tinggal di rumahnya. Dengan alasan Lena anak yang tidak di ketahui asal usulnya.

Ayah Vall mengusir Lena begitu ia sembuh total. Alasan ini yang membuat Vall juga sering kabur dari rumah dan tinggal dikampung sampah. Kesehariannya dia habiskan untuk menemani Lena dikampung itu. Dia bahkan mencuri sebuah roti dipasar setempat.

Hujan turun begitu deras di bumbui angin kencang dan petir. Terlihat Vall dan Lena duduk berdua di bawah puing bangunan rusak yang sempit. Bahkan hanya muat untuk mereka berdua.

Mereka memakan roti seadanya. Vall yang tahu sepotong roti yang di makan Lena sudah habis duluan, memberikan rotinya pada gadis itu.

“Suatu hari nanti aku akan membuat rumah untukmu” ucap Vall.

"Aku ingin keluarga, bukan rumah" jawab Lena.

Kedua bocah itu saling berpegang tangan. seolah mereka akan terus menjadi yang tak terpisahkan untuk kedepannya nanti.

Beberapa lama kemudian, tampak Bulan dengan jas hujannya membawa bungkusan makanan dan beberapa kain mendekati Vall dan Lena.

“Ada gubuk kecil di ujung sawah. Kemarin aku lihat tidak ada penghuni” jelas Bulan.

Mereka bertiga menuju ke arah yang ditunjuk Bulan. Jalan berlumpur dan busuk sampah menjalar di sekitar kaki kaki mereka. Hingga tibalah mereka di tempat tujuan. Terlihat gubuk tua yang sudah tidak berpenghuni. Lokasinya jauh dari pemukiman lain. Tampak lebih aman. Terlebih jalan menuju gubuk ini juga sangat buruk.

Bulan yang sebelumnya sudah tiba di lokasi, ternyata sudah mempersiapkan beberapa selimut dan baju bajunya yang masih bagus untuk Lena. mulai hari ini, gubuk inilah saksi persaudaraan mereka bertiga.

Selain mendapatkan makanan dari Bulan dan Vall, keseharian Lena diisi dengan mencari siput sawah untuk di jadikan bahan makanan. Beberapa buah buahan liar juga sering tampak tercecer di area gubuk itu mengingat jarang dijamah, bahkan tidak nampak sekalipun orang orang melintasinya.

****************

10 tahun berlalu, tahun 2013

Vall berusia 18 tahun. Dia tumbuh menjadi pemuda yang maskulin. Sedikit berbicara, banyak bertindak. Dia juga tidak sembarang bertindak, selalu mengukur dengan sangat cermat.

Keseharian selalu ia habiskan dikampung sampah bersama Bulan dan Lena. Di masa ini, usia Lena sekitar 20 tahun. Pertumbuhannya jauh lebih matang dari pada gadis pada umumnya. Berbeda dengan Bulan yang masih terlihat kecil dan bertubuh mungil.

Mereka bertiga adalah sahabat dalam duka dan suka. Vall dan Bulan adalah sahabat sejak kecil, mereka juga tetangga.

Suatu ketika, Bulan memakaikan beberapa baju yang dia bawa dari rumah pada Lena. Meski terasa sempit dan kekecilan, Lena sangat menyukainya.

Sebagai seorang yang tinggal dikampung sampah dan tidak memiliki apapun, Lena sangat menghargai apapun yang Bulan berikan padanya. Tidak hanya baju, Bulan juga sering membawa makanan dan mengajaknya jalan jalan keluar dari kampung sampah.

Di pusat pembelanjaan, beberapa remaja perempuan dengan berpakaian rapi berlari lari mencoba beberapa makanan gratis yang ditawarkan. Mereka tengah asyik bercanda ria.

Lena menatap mereka dengan kagum ini pertama kalinya ia merasa hidup seolah seperti baru keluar dari gua persembunyian selama puluhan tahun.

“apakah tidak apa apa membawanya kesini?” bisik Vall pada Bulan

“biarkan ia sejenak merasakan hal lain selain kampung sampah.” jawab Bulan

Beberapa orang yang lewat dan berpapasan dengan Lena menutup hidungnya, seolah sedang bertemu kotoran.

Memang penampilan Lena berantakan, rambut disisir seadanya. Pakaian juga tidak begitu bersih meski itu koleksi terbaiknya. Tampangnya sangat terlihat kampungan.

Lena tidak memperdulikan apa tanggapan orang sekitarnya, dia hanya kagum dengan semua barang barang yang berada di balik kaca. Baju merah dan rok putih panjang lengkap dengan topi pantai.

Melihat itu, Vall dan bunga pun mengeluarkan dompet dan meraba raba isinya. Mereka berdua saling menatap seolah memikirkan hal yang sama. Mereka berebut ingin membelikan Lena baju sesuai keinginannya.

****************

Di kampung sampah,

Bulan memakaikan baju baru yang ia belikan pada Lena. Tidak hanya itu, Bulan juga mengajari Lena memakai make up yang baru Bulan beli.

Wajah kampungan dan kumal itu pun seketika menjelma menjadi berwajah gadis bak putri kerajaan. Tatapannya lembut, matanya berbinar berwarna biru, bibirnya merona, kulitnya pun halus dan putih karena dia memang hampir tidak pernah keluar rumah. Meski hanya kotor sedikit.

“apakah kau memikirkan hal serupa denganku” tanya Vall pada Bulan

“cantik, tinggi dan..”

“bukan!” sela Vall “Lena, bisakah untuk tidak berdandan sementara??” lanjut Vall

Lena terheran, tapi dia mengangguk menurut apapun perkataan Bulan dan Vall. Mereka berdua bagai keluarga sendiri baginya.

Vall mulai khawatir melihat gubuk yang di tempati Lena mulai banyak orang yang melewatinya. Terlebih banyak bangunan baru yang didirikan oleh anggota kartel dikampung sampah. kemungkinan besar akan ada banyak anggota kartel yang menetap dikampung sampah nantinya.

Di siang hari sepulang sekolah, Vall dan Bulan selalu menyempatkan diri untuk datang ke gubuk Lena.

Tampak Lena yang tersenyum manis menatap Bulan. Bulan yang mengajarkan Lena beberapa hal tentang menulis dan membaca sedikit terganggu, saat Lena menatapnya dengan tersenyum daripada mendengarkan penjelasannya. Tapi Bulan pun selalu tersenyum ramah saat Lena menatapnya dengan riasan yang Bunga kenakan padanya.

“bagaimana rasanya hidup menjadi anak orang kaya?” tanya Lena

“jika inginkan kemewahan, itu sangat menyenangkan. Tapi jika ingin kebebasan, kau akan sangat menyiksa” jawab Bulan.

"apakah kau tersiksa dengan hidupmu saat ini?"

Bulan tampak terdiam dengan pertanyaan Lena. Ingin sekali Bulan mengeluh tentang kehidupan pribadinya yang sangat berat untuk dia jalani. tapi dia juga enggan membuat sahabat sahabatnya merasa khawatir.

Lena pun membaringkan kepalanya di meja tempat buku buku pelajaran Bulan berada. Sesekali Lena menatap ke arah Vall yang tengah makan nasi bungkus tak jauh darinya.

“apa yang kau harapkan jika hidup di keluarga orang kaya?” tanya Bulan

“gaun pengantin”

Bulan pun terheran dengan jawaban Lena.

“aku ingin menjadi pengantin wanita dan pergi dari sini” lanjut Lena sambil menatap Vall

Bulan yang mendengar perkataan dan pandangan Lena ke Vall pun mulai paham bahwa Lena ingin keluar dari kampung sampah jika menikah nanti.

Lena pun merangkak mendekati Vall.

“Vall, menikahlah denganku, dan bawa aku pergi dari sini” ucap Lena tepat di depan muka Vall

Vall pun terbengong dan sejenak mulai tersedak sedikit mendengar ucapan Lena

Lena mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Vall. Dengan tersenyum lugu dan manis di hadapan Vall.

Vall yang terdiam dan bengong tidak tahu harus menjawab apa, karena dia juga sedikit terpesona dengan wajah manis Lena yang berseri seri.

Bulan yang melihat mereka begitu dekat seperti sedikit cemburu. Dia mulai melihat dirinya dan membandingkan tubuhnya dengan Lena. Sangat jauh berbeda. Tubuhnya sangat mungil dan wajahnya baby face. Bahkan dadanya setipis telor dadar.

Berbeda dengan lena yang tinggi dan berbadan bagus. Wajahnya juga terlihat segar dan cerah. Mungkin itu karena keluguannya.

Meski sedikit cemburu, Bulan merasa bahwa persahabatan mereka jauh lebih penting dari perasaanya pribadi.

Begitu matahari mulai terbenam, Vall dan Bulan meninggalkan Lena sendirian seperti biasanya di gubuk.

Saat Bulan berjalan mengikuti Vall, Bulan memberanikan diri untuk melangkah beriringan di samping Vall.

“seandainya, Lena serius ingin menikah denganmu apa kau akan melamarnya nanti?”

Vall pun menghentikan laju kakinya, dia menatap Bulan dengan seksama. Wajahnya yang oval dan matanya yang bulat mulai salah tingkah. Dalam hati Vall dia mencoba untuk memahami sikap Bulan yang sedikit berubah semenjak pernyataan Lena yang ingin mengajaknya menikah.

“kau tahu kan sikap keluargamu padaku? Mereka sangat terpandang. Pria sepertiku tidak akan bisa mereka terima.”

“aku membicarakan soal Lena” sela Bulan

"Oh maaf, aku salah. Aku terlalu meng halu sedang kau lamar” jawab Vall sambil bercanda.

Tidak hentinya Vall menggoda dan bercanda pada Bulan disepanjang jalan hanya untuk mencairkan suasana sekaligus sedikit memberi jawaban akan keraguan hati Bulan soal perasaan Vall.

Begitu sampai di depan kampung sampah. Tepat di pinggir jalan. Terlihat seorang sopir menunggu Bulan. Sopir itu terlihat gelisah menunggu anak dari majikannya.

“nona, tolong jangan membuatku dalam masalah terus. Aku sudah kehabisan akal untuk berbohong pada orang tuamu” keluh sopir pribadi Bulan.

Saat Bulan memasuki mobil, dia melihat ke arah Vall yang mulai berjalan menjauh. Dalam hati Bulan, ia sangat sedih karena Vall dengan jelas jelas menolaknya meski dengan candaan semata. Tapi Bulan sangat yakin bahwa dia sama sekali tidak memiliki masa depan bersama pemuda yang dia kenal sejak kecil itu.

****************

di dalam rumah Bulan.

Beberapa berkas dan buku dilempar ke meja tepat di depan Bulan. Ayah Bulan adalah bangsawan terpandang dikota itu.

Bulan yang sudah menginjak usia 18 tahun akan di jodohkan dengan anak bangsawan lain.

"pelajari semua berkasnya. banyak yang harus kau pahami dari calon suami dan mertuamu!"

Bulan hanya tertunduk berdiam diri. Bulan sangat patuh dengan orang tuanya untuk urusan apapun. Tapi untuk kali ini, orang tuanya hanya menganggapnya sebagai alat untuk mencapai kedudukan dan kehormatan yang lebih tinggi.

Begitu ayah Bulan pergi meninggalkan ruangan, Bulan pun mulai beranjak pergi tanpa menyentuh apapun berkas yang di berikan padanya.

Bulan melangkah perlahan ke jendela. Dari jendela, bulan bisa melihat hampir separuh kota dari ruangannya yang berada di lantai empat.

Bulan menatap kampung sampah. Di mana terdapat banyak kenangan indahnya bersama kedua sahabatnya. Tapi lamunannya hilang dalam sekejap saat melihat iringan mobil begitu banyak berada di depan kampung sampah. Tidak hanya mobil, ratusan motor mulai masuk ke kampung sampah seolah setengah bagian anggota kartel tengah ingin menguasai penuh kampung sampah untuk di jadikan tempat baru dalam pertemuan.

Bulan berusaha menggenggam jari jarinya yang terus menerus gemetaran. Bulan takut akan terjadi hal yang tidak di inginkan pada Lena.

Bab 3 : Awal mula sebuah kisah

Warning :

Akan ada adegan kekerasan dan adegan dewasa di beberapa Bab kedepan. Apa yang saya tulis sudah melalui banyak pertimbangan dan pengurangan banyak adegan 🙏

****************

Masih ditahun 2013,

Vall suka menggambar desain rumah. Karena dia selalu bermimpi akan membuatkan rumah yang bagus untuk Lena suatu hari nanti. Sesekali dia menjual hasil karyanya ke para arsitektur lokal.

Tidak banyak yang dia dapat dari hasilnya, meski dia tahu sering di tipu, tapi tujuan utamanya adalah segera mengumpulkan uang secepatnya.

Dia sadar, Lena semakin dewasa dan sangat mengkhawatirkan jika harus berada dikampung sampah terus. Terlebih lagi disitu banyak anggota kartel yang sering memakai tempatnya untuk transaksi dan berpesta narkoba.

Vall menatap papan iklan rumah dijual. Rumah tampak kecil tapi pemukiman jauh lebih damai dari kampung sampah. Ia pun bertekat mengeluarkan semua tabungannya untuk memiliki rumah itu.

“apakah kau tertarik? Katakan pada orang tuamu untuk segera menghubungiku. Aku bisa memberikan beberapa potongan harga” kata ibu ibu di samping Vall yang tak lain adalah pemilik rumah.

“bisakah aku membayarnya dengan 10X cicilan. Aku butuh segera tempat ini untuk ditinggali” tanya Vall

“bukankah sebaiknya dilihat dulu?”

Tidak, aku butuh sekarang” jawab Vall tegas

Vall merasa dia harus membawa keluar Lena secepatnya dari kampung sampah. Berulang kali dia merasa hatinya sedikit kacau setiap membayangkan Lena.

****************

Di waktu yang sama, dikampung sampah.

Lena menggunakan sisa make up yang dibawa Bulan. Dia sangat suka mengisi hari harinya berdandan dengan baju pemberian Bulan.

Berkali kali dia bercermin dan memoles wajahnya. Dengan wajah cantiknya, Lena merasa yakin bisa memiliki Vall suatu hari. Karena dia sudah membulatkan tekadnya untuk bisa bersama pemuda itu.

Sesaat kemudian, Lena melihat kelinci di depan rumahnya. Ia sadar kelinci liar itu tengah berlari lari kecil bersama 3 anak kelinci kecil lainya.

Lena yang kesehariannya tidak memiliki kegiatan apapun, bermain main dengan kelinci itu tanpa sadar dia masih memakai make up dan baju Bulan yang kecil tampak terlalu ketat buat tubuh matangnya.

Beberapa orang yang melihat dari kejauhan, terbelalak matanya dan saling berbisik. Sebagian juga ada yang memfotonya.

Tidak beberapa lama, dua orang pria tinggi besar dan seorang lagi yang kurus kecil menghampirinya.

“Tidak disangka bocah kecil kotor yang dulu sering berkeliaran di depanku, menjelma jadi wanita seperti ini.” Kata si kurus

Si gemuk pun tak tinggal diam, dia berjalan mendekati Lena. Lena yang ketakutan merangkak mundur perlahan. Rambutnya di tarik dan wajahnya diusapkan ke celana tepat di ************ oleh si gemuk.

Si kuruspun tertawa menjijikkan melihatnya. Pengaruh obat obatan membuat mereka berdua hilang kontrol kemanusiaan. Bau alkohol tampak menyengat dari kedua mulut mereka.

Lena berusaha mencakar dan menggigit paha si gemuk saat pria itu membuka celananya. Teriakan teriakan Lena tak mengundang rasa iba siapapun, mereka yang kebetulan melihat pun lebih memilih segera menjauh dari masalah. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang merekam dari kejauhan untuk di bagikan secara live disosial media.

Tidak hanya sekali Lena berteriak meminta pertolongan, bahkan beberapa orang yang kebetulan melihat pun enggan mendekat.

Saat si kurus mulai membuka bajunya, darah segar menyiram wajah Lena seketika. Matanya terbelalak melihat si gemuk ditebas golok oleh seseorang dengan tato ular di seluruh punggungnya. Pria itu nampak tertawa ringan saat kepala si gemuk terlepas dari lehernya.

Tidak berhenti disitu saja, tubuh gemuk itu pun dicincang terus menerus dengan golok seolah seperti hewan buas mencabik cabik mangsanya.

Golok tajam itu tidak berhenti meski beberapa potongan usus tubuh gemuk itu terburai sebagian di tanah. Lena shock dan kakinya serasa lumpuh tak bisa digerakkan.

Wajahnya seperti disiram darah segar langsung dari tubuh gemuk pria di depannya. Teriakan teriakan ketakutannya bahkan tertahan ditenggorokannya.

“ini wilayahku, semua yang disini miliku” ucap pria bertato ular.

Si kurus pun berlari ketakutan. Dan tak lama dia pun dikejar beberapa pria dengan membawa golok. Nasib si kurus pun tidak jauh beda dari temannya si gemuk. Kepalanya dibacok puluhan orang dengan golok sampe belah seperti semangka.

Si pria bertato tampak seperti pemimpin. Semua yang ia perintahkan selalu dituruti oleh semua orang di belakangnya. Dia pun menghampiri Lena yang masih terdiam tak bergerak di tanah.

Baju Lena dirobek menggunakan goloknya yang tajam dan bau anyir darah. Lena berteriak dalam hati dan memanggil Vall

Tampak tubuh indah Lena mulai membuat para lelaki biadab itu semakin tertawa dan tersenyum tanpa dosa. Mereka tampak menunggu giliran bos mereka untuk membawa Lena.

Lena di seret ke dalam gubuknya. Beberapa kali Lena berusaha meraih papan kayu usang tapi gagal, meski tangannya terkoyak beberapa patahan kayu yang tajam dan usang, Lena masih berusaha untuk menjerit dan mencoba keluar untuk minta pertolongan.

Lena yang berusaha berontak menggigit apapun yang bisa dia gigit. Membuat pria keji di hadapannya murka. Hingga golok tajam itupun menusuk kaki Lena sekali dan pelan. Tampak di mata biru Lena terlukis apa yang dia lihat dan derita yang dia rasa. Kakinya yang indah ditusuk ujung golok perlahan seolah dia sedang dinikmati penderitaannya.

Lena berusaha menahan sakitnya dengan menggigit lidahnya sendiri. dalam hatinya, mungkin ini adalah waktu dan hari kematiannya. Lena juga membayangkan sejenak hari hari bahagianya bersama Vall dan Bulan saat tangan keji mulai mencekik lehernya dan meraba pangkal pahanya.

Berbagai perlawanan Lena di balas dengan siksaan bertubi tubi. Hingga tubuh lemahnya mulai menyerah meski hatinya masih berusaha melawan sekuat mungkin.

"jangan terlalu kasar, itu bisa membunuhnya. Sedangkan aku belum mencicipinya!"

ujar salah seorang di balik dinding kayu.

****************

Di sisi lain kota,

Vall berjalan dengan beberapa sayur dan kue di tas tangannya. Vall berjalan menuju ke arah kampung sampah. Dengan hati berbunga sekaligus gugup, Vall mengeluarkan kalungnya dari balik baju. Tampak sebuah cincin yang menggantung di kalung tersebut. Cincin yang dia harapkan suatu hari untuk dia pasangkan di jari manis Lena.

Di depan kampung sampah, Vall berpapasan dengan beberapa anggota kartel Parlok. Mereka berjalan beriringan seolah sudah menjadi penguasa dikampung sampah.

Tampak beberapa bangunan baru yang megah dipertengahan kampung. Bangunan yang sengaja di bangun dengan tujuan memindahkan beberapa kekuasaan kartel.

Banyak yang bercerita bahwa kampung sampah akan dikuasai tangan kanan Parlok yang mencoba untuk membagi kekuatan kartel menjadi dua bagian.

Mereka berjalan dengan golok di pinggang dan sebagian memegangnya seolah akan di gunakan untuk menebas siapapun yang ada di depannya. Melihat beberapa golok mereka bercak darah, Vall berusaha menyingkir dan menjauh dari mereka.

Kampung sampah adalah tempat berbahaya, tapi hanya disinilah Lena bisa tinggal. Baik orang tuanya dan orang tua Bulan, enggan menampung Lena. Dengan alasan asal usul yang tidak jelas, Lena selalu tersisihkan dari semua orang di sekitarnya.

Vall mendapati gubuk kecil tempat tinggal Lena dikerumunin beberapa orang tua. Beberapa dari mereka berteriak minta tolong ke orang orang yang lewat. Tak ada satupun orang disitu berani berurusan dengan kejadian yang menimpa Lena.

Di kampung sampah, tidak ada hukum yang bisa berdiri disitu. Secara tidak langsung, kampung sampah sudah milik Parlok. Semua tindak kejahatan yang diperbuat anggota kartel dengan mudah ditutupi oleh kepolisian.

Vall tanpa sadar menjatuhkan roti dan sayur dari genggamannya saat melihat tubuh besar seorang lelaki tergeletak tanpa kepala dan sudah tidak utuh.

Darah darah berceceran di tanah dan beberapa tanaman bunga melati yang ditanam Lena hancur diinjak dan ditebas.

Vall pun memanggil Lena dan berlari ke dalam gubuk. Vall mendapati Lena tengah bersandar dinding kayu tanpa sehelai baju. Tubuhnya memar memar dan banyak luka siksaan. Kulit lehernya terlihat memerah bekas jeratan seutas tali.

Darah segar keluar dari selangkangannya dan yang membuat Vall histeris adalah pergelangan tangan kiri Lena menggenggam pecahan kaca yang sudah dia sayatkan ke pergelangan tangan kanannya.

Dengan menangis dan tak bersuara, Lena menyayat pergelangan tangan kananya sendiri di hadapan Vall. Tak tinggal diam, Vall berusaha merebut pecahan kaca itu meski berhasil merebut benda tajam itu, Vall tak berhasil mencegah keinginan dan niat Lena untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Lena berusaha menggigit luka sayatannya agar lebih dalam dan cepat darah mengalir. Vall yang tak punya ide lain untuk menahan sikap Lena, berusaha mencekik leher Lena dengan lembut. Dia tak bisa menggendong Lena jika Lena sendiri tidak bisa diam. Terlebih kondisinya saat ini terlihat sangat kritis.

Cengkeraman kedua tangan Vall ke leher Lena sangat lembut tapi juga erat dan dia melonggarkannya sesaat agar Lena bisa bernafas kembali. Dan itu pun ia lakukan berkali kali dengan harapan Lena bisa segera pingsan.

Tapi ternyata tidak mudah bagi Vall untuk melakukan ini. Bagi Vall ini sangat menyiksa dirinya sendiri karena dia seolah membunuh dengan menyiksa gadis yang dia cintai selama ini.

“jangan lakukan ini, ini sungguh sulit buatku. Jika kau mati disini, aku akan membuat diriku jadi tersangka” ucap Vall

Mendengar kata Vall, Lena pun mulai sedikit tenang dan mengurungkan niatnya. Tidak lama kemudian Lena pun menangis keras. Tangisan Lena terasa menyayat hati Vall.

Vall menutup tubuh Lena dengan selimut dan memeluknya sambil ikut menangis. penyesalannya amat teramat mendalam. karena bagi Vall, seharusnya ini sudah bisa dia tebak bisa terjadi kapan pun selama Lena tetap berada dikampung sampah ini. kampung di mana terdapat banyak sampah mati dan sampah hidup yang berdaging.

“maaf aku terlambat” ucap Vall merangkul wajah Lena di dadanya.

Vall berteriak meminta pertolongan, tapi semua orang hanya terdiam di depan gubuk. Merasa marah dan buang waktu, Vall langsung menggendong Lena pergi dari gubuk meninggalkan kerumunan orang orang tidak tahu diri sekalipun mereka adalah manusia yang memiliki hati nurani.

Di tengah tengah kampung sampah, tampak dua orang anggota kartel yang sedang nongkrong melihat Vall menggendong Lena di punggungnya. Mereka saling memandang dan tertawa.

“apakah itu pelacurmu? Daging ranumnya sangat nikmat sekali.” Ucapnya

“katakan padanya, jika gadis itu masih hidup nanti, aku akan memberinya lebih banyak selai kejuku” tambah teman lainya.

Kata kata biadab yang keluar dari lidah busuk mereka tidak menyurutkan Vall untuk terus melangkah. Dalam hatinya yang sangat marah, dia sadar, dia hanyalah seorang pemuda yang tidak bisa melakukan apapun selain mencoba menolong Lena. Terlebih Lena terasa melemah di gendongan punggung Vall.

“aku akan membawamu keluar dari neraka ini. Percayalah padaku, aku akan menjagamu mulai saat ini” ucap Vall pada gadis di punggungnya.

Vall merasa rangkulan lengan lena yang terkulai dari pundaknya mulai sedikit khawatir. Darah dari ************ Lena terus mengalir.

“kau tanya padaku apakah aku mau menikahimu. Aku jawab, ya, aku akan membawamu ke tempat baru, rumah baru yang hanya untukmu. Untuk kita nanti. karena itu, tetaplah bersamaku.” ucap Vall.

Vall berjalan dan bersusah payah melewati kerumunan anggota kartel yang bergerombol dibeberapa jalan. Hingga Vall menabrak salah seorang anggota yang memanggul senjata api laras panjang di pundaknya.

"Pakai mata mu!" bentaknya pada Vall

Vall yang didorong jatuh berusaha untuk terus menutupi tubuh Lena yang telanjang bulat. Bahkan pukulan keras gagang senjata api itu mendarat di kepala Vall. Hingga darah segar mengaliri paras maskulinnya.

Vall pun bangkit dan berusaha terus menerus untuk keluar kampung terkutuk ini secepatnya tanpa menambah masalah. Karena di saat yang sama, perhatian semua anggota kartel sedang menuju ke arah sebuah mobil yang ditumpangi salah satu tangan kanan Parlok.

Lena yang tersadar sejenak mencoba memanggil Vall tapi suaranya tidak terdengar karena begitu banyak anggota kartel yang terus terusan bersorak menunggu komando dari atasannya.

Begitu Vall sampai gerbang kampung sampah, dia mendengar Lena berbicara lirih

"jauhi semua jenis masalah, apapun yang terjadi" ucap Lena di akhir kesadarannya di punggung Vall

Bagi Vall, ucapan Lena seperti kata kata terakhir untuknya.

"kita akan bersama, kita sudah berjanji' jawab Vall. "aku bersumpah akan menjadi orang yang akan terus di sampingmu dan membahagiakanmu nanti" lanjutnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!