Endra

Endra

Seperti Drakor Master's Sun

"Apakah itu siswa yang bernama Endra Prasetya? memang benar dia sangat tampan, tapi kenapa dia tidak pernah tersenyum, bahkan dengan guru yang mengajaknya berbicara"

"Itu karena dia menjadi korban penculikan"

"Appaa?!, bagaimana bisa seorang pria menjadi korban penculikan?, lalu memangnya apa yang bisa terjadi pada seorang pria yang diculik? bukankah tidak ada ruginya?"

"Dasar otak kamu saja yang tidak beres, bagaimana bisa tidak terguncang mentalnya, dia diculik selama kurang lebih dua minggu. Tidak ada yang pernah tau, apa yang terjadi padanya saat mengalami kejadian memilukan tersebut, tapi bisa dipastikan kalau mentalnya menjadi terganggu"

"Suuttttt, suuutttt, dia mendekat, kita pura-pura saja sedang mengerjakan sesuatu"

Segerombolan siswa dan siswi sedang mengobrol saat jam istirahat, seperti layaknya para murid pada umumnya, mereka bergerombol dan berkelompok, membentuk sebuah gank.

Endra Prasetya, pria muda yang sedang mereka bicarakan, tengah berjalan dengan santainya seperti biasa, tidak ada ekspresi apapun yang terlihat di wajah tampannya. Membuatnya terlihat sangat misterius.

Setelah Endra jauh dari mereka, gerombolan murid itu kembali bergosip membicarakan tentang Endra. Para siswa mengatakan kalau Endra sengaja bersikap seperti itu, supaya dikasihani sehingga bisa mendapatkan perhatian.

Tapi para siswi tidak setuju, karena bagi mereka, Djani tidak perlu melakukan hal itu, karena para siswi tetap saja mengidolakannya, walau apapun sikap Endra.

Para murid itu bahkan membayangkan bahwa yang terjadi pada Endra, pasti seperti dalam Drama Korea Selatan yang berjudul Master's Sun, dimana pemeran utama pria nya juga diculik, bahkan sampai mengalami kelainan karena mentalnya terganggu oleh ulah penculiknya.

"Apa yang kalian lakukan ditempat ini? bukankah seharusnya kalian belajar kalau sudah selesai makan siang, kenapa malah ngerumpi disini!" seorang guru melewati mereka dan membubarkan gerombolan murid yang sedang membicarakan Endra.

Endra adalah anak dari seorang pengusaha sukses dan ternama, yang selalu memberikan banyak sumbangan pada sekolah tersebut, para guru bahkan tidak berani untuk menegur Endra yang terlihat selalu bersikap tidak sopan. Apalagi untuk guru-guru baru yang tidak mengetahui tentang tragedi penculikan yang dialami oleh Endra. Mereka awalnya kesal dan mengadu kepada kepala sekolah. Tetapi setelah mendapatkan penjelasan dari kepala sekolah, para guru baru tersebut juga hanya bisa memakluminya.

Endra masuk kedalam kelasnya, seperti biasanya, dia akan menuju ke loker pribadinya untuk mengambil buku pelajaran yang akan dipelajari di jam berikutnya setelah lonceng waktu istirahat selesai telah dibunyikan.

Ada beberapa tumpukan surat-surat cinta dan berbau harum semerbak begitu Endra membuka lokernya. Masih dengan wajah datarnya yang tidak juga menunjukkan ekspresi apapun, Endra membersihkan dan membuang semua surat tersebut, bahkan ada beberapa kotak cokelat yang juga ikut dibuang.

Salah satu teman Endra mendekat dan hendak memarahi Endra, karena tidak pernah menghargai pemberian dari orang lain. Seharusnya Endra senang, karena tetap menjadi idola bahkan setelah tragedi penculikan yang membuat Endra menjadi manusia batu yang tidak mempunyai perasaan.

"Simpan kembali atau berikan saja pada orang lain, jangan membuangnya"

Tidak ada jawaban apapun dari Endra dan meletakkan beberapa bungkus cokelat di meja teman yang memarahinya. Masih setia dengan muka datarnya, Endra lalu berpaling ke arah lokernya dan mengambil sebuah buku, lalu berjalan ke arah kursinya.

"Apa kamu pikir aku pengemis hahhh?!" teman Endra marah lalu melemparkan semua cokelat itu ke meja Endra. Tidak ada keterkejutan di wajah Endra, dia hanya langsung berdiri, lalu merapikan mejanya dan membuang semua cokelat tersebut.

Saat temannya yang merasa sangat direndahkan oleh Endra itu mendekat dan hendak memukulnya. Endra hanya duduk kembali sehingga pukulan temannya mengenai udara kosong. Tiba-tiba guru datang, sebelum terjadi pertengkaran dan keributan yang lebih besar.

"Dasar cupu dan lemah, lelaki seperti dirimu tidak pantas jadi idola, lihat saja nanti suatu saat. Aku pasti akan menghajar dirimu" bisik temannya pada Endra yang terlihat santai membuka bukunya.

"Arman!,, kembali ke mejamu sekarang juga, jangan selalu mengganggu orang lain. Kamu sudah dewasa dan bukan murid taman kanak-kanak lagi, jaga kelakuanmu!" guru berteriak memanggil teman Endra yang masih betah berada di samping Endra.

Arman kembali ke mejanya, walau hatinya begitu kesal pada Endra. Baginya tidak ada ketakutan pada Endra yang notabene adalah anak emas disekolah tersebut. Hanya karena Endra adalah anak orang kaya, Endra menjadi dibedakan, dan selalu saja dibela, begitulah yang dia pikirkan.

Padahal sebenarnya bukan itu alasan utamanya, Endra tidak pernah berbuat keonaran, atau bertengkar dengan temannya, mungkin memang Endra tidak mempunyai sopan santun, tapi itu setelah dia mengalami trauma.

Endra tiba-tiba termenung begitu melihat sebuah kertas yang dilemparkan ke atas mejanya, kertas dengan bergambarkan sesuatu yang tidak senonoh untuk anak dibawah umur. Endra hanya meremas kertas tersebut setelah beberapa saat.

Sepertinya kertas itu dilemparkan oleh teman Arman, atas suruhan Arman yang begitu sangat tidak menyukai Endra. Setelah melihat gambar itu, ingatan saat dirinya diculik, kembali teringat.

🖤🖤 Flashback 🖤🖤

Endra adalah anak pintar yang ceria, dia mempunyai teman belajar bernama Suseno semenjak dia masih bersekolah di sekolah menengah pertama, tapi walaupun mereka satu sekolahan, tapi mereka tidak satu kelas.

Hari itu, disiang hari yang sangat panas, Endra pulang sekolah lebih awal. Setelah menghubungi supirnya, Endra berjalan ke arah luar sekolah. Tapi saat dia keluar dari sekolahnya, supir yang dia tunggu belum datang, Endra lalu memainkan bola basket yang berada di tangannya dengan lihai, hingga postur tubuh sempurna terlihat begitu sangat indah, dibarengi dengan gerakan mendribel bola basket.

Karena sebenarnya itu belum waktunya pulang, sehingga disekitarnya tidak ada murid lainnya, karena semua masih didalam kelas, sementara Endra pulang terlebih dahulu, karena dia adalah murid teladan yang sangat pintar, sehingga bisa menyelesaikan tugasnya dengan cepat.

Suseno hari itu tidak berangkat bersekolah karena sedang tidak enak badan, jadi Endra tidak perlu menunggunya keluar dari kelasnya, supaya bisa pulang bersama.

"Anak muda, bolehkah kami menanyakan alamat ini?" tanya seorang wanita yang menurut Endra seumuran dengan mamanya.

"Baiklah sebentar" Endra menyudahi permainan dengan bola basket nya, lalu mengambil tas sekolah nya yang dia simpan di jalan. Endra berjalan pelan kearah mobil, lalu berniat melihat secarik kertas yang di ulurkan oleh wanita itu.

"Owh, ini ada di pertigaan jalan didepan, tidak jauh dari sini akan ada pertigaan, nanti tante ambil saja jalan lurusnya" Endra lalu mengembalikan kertas yang dia pegang.

"Bolehkah antarkan tante sebentar saja, nanti tante berikan uang jajan, ini supir tante adalah supir baru, jadi belum tau daerah sini"

"Maaf tante, jalan itu tidak jauh dari sini, dan aku juga tidak bisa mengantarkan, karena sedang menunggu supir jemputan" Endra berniat mundur dan menjauhi mobil, tapi dari dalam mobil, keluar dua preman dengan postur tubuh tinggi dan besar langsung menarik Endra kedalam mobil.

Terpopuler

Comments

Jingga

Jingga

Vote untukmu endra

2023-04-29

7

Bublevy

Bublevy

Othor penggemar drakor juga ternyata

2023-03-29

1

Koyakoya

Koyakoya

Mampir kka

2023-03-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!