Gadis Kecil

"Baiklah ayo kita pulang" Ranti hanya bisa mengikuti keinginan dari anaknya.

"Endra, hari minggu nanti, kita mendaki gunung yang berada di kota sebelah yuk. Mama sudah sangat lama tidak bepergian, kamu mau kan?" Ranti membuka pembicaraan saat mereka telah menaiki mobil.

"Baik ma" jawab Endra singkat dan menyandarkan kepalanya pada kaca jendela mobil. Ranti memintanya untuk tidak melakukan hal itu, karena kepala Endra bisa terantuk saat mobil melewati sebuah polisi tidur. Dan lagi-lagi Endra langsung mengikuti perintah sang mama.

"Endra, cobalah untuk tidak selalu mengikuti apapun yang orang lain katakan. Bagaimana kalau orang menyuruhmu melakukan tindakan kejahatan, apa kamu juga akan menuruti perintah orang tersebut?!" Ranti tidak bisa lagi menahan perasaan sedihnya melihat kondisi anaknya yang tidak kunjung membaik.

Endra hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya dan meminta maaf.

"Maafkan aku ma, tapi bukankah aku hanya harus jadi penurut supaya semua berjalan dengan semestinya?" Endra begitu trauma dengan kejadian penculikan yang dialaminya, dia harus selalu menuruti semua yang dikatakan oleh para penculiknya.

Kalau Endra tidak menurut, maka akan dicekoki minuman keras dan entah obat-obatan apa. Obat yang membuat Endra menjadi seperti orang gila yang tidak bisa mengendalikan dirinya, karena sekujur tubuhnya terasa sangat panas.

"Tidak Ndra,,, kamu bisa menolak sesuatu, kalau kamu tidak menyukai atau menginginkannya" Ranti terus menangis, hingga membuat Rayhan harus menghentikan laju mobilnya, supaya bisa menenangkan istrinya.

Rayhan berbisik ditelinga Ranti, dan memberinya kekuatan. Walaupun ini sangat berat, tapi sebagai orang tua Endra, mereka harus kuat.

Ranti menghapus air matanya, lalu meminta pada Rayhan untuk segera melanjutkan perjalanan.

Sudah hampir kelulusan sekolah, tapi tidak ada perubahan yang berarti pada kondisi Endra. Bahkan hari kelulusan, dimana diadakan sebuah acara wisuda yang diadakan secara meriah di sekolah dimana Endra bersekolah, tidak membuat Endra merasakan kegembiraan.

Endra bersiap dibantu oleh mamanya, yang juga akan ikut menghadiri acara wisuda kelulusan anaknya. Suseno juga terlihat sudah bersiap, mereka segera berangkat karena sudah mendekati waktu dimulainya acara.

Saat sampai di tempat dimana selama ini Endra menimba ilmu, dan juga tempat dimana awal mula tragedi penculikan yang dialami nya. Endra menghembuskan nafasnya pelan, menyiapkan segala perasaan yang sudah pasti nantinya akan membuat nya tidak nyaman berada di sekolah yang saat ini terlihat sangat ramai sekali.

Endra bersiap dan berbaris ditempat yang sudah disediakan, pria muda itu tetap menjadi pribadi yang dingin dan cuek, dia juga tidak mempunyai teman selain Suseno. Walaupun tetap saja banyak cewek-cewek yang menyukainya karena terlihat cool dan berwibawa.

Di dalam suatu lingkungan sekolah, selalu saja ada siswa yang menjadi segerombolan preman, awalnya mereka tidak pernah mengganggu Endra karena Endra adalah anak dari jajaran orang penting di sekolah, tetapi hari itu berbeda karena itu hari kelulusan jadi mereka merasa sudah bebas melakukan apapun. Selain Arman yang selalu menganggu Endra dikelas, ternyata ada murid lain yang juga tidak menyukai Endra.

Para wisudawan dan wisudawati sudah selesai melakukan serangkaian acara dan kegiatan, disaat teman-temannya saling berfoto bersama, Endra hanya diam karena dia tidak mempunyai teman, Endra merasa bosan karena walau acara sudah selesai tetapi mereka belum di izinkan pulang karena mereka harus menunggu acara kejutan yang mereka tidak tau apa karena tidak ada di dalam susunan jadwal acara.

Endra berjalan ke belakang sekolah mencari udara segar, dia merasa sesak karena hiruk pikuk dan keramaian acara itu, Endra duduk disebuah kursi lalu menyandarkan kepalanya pada tembok.

"Ternyata disini pangeran kita berada, lihatlah dia yang begitu sangat kasian ini, tidak mempunyai teman dan hanya duduk sendirian, sungguh tidak berguna sekali"

Endra hanya diam dan tidak menanggapi, dia malas untuk meladeni hal tersebut, lagi pula sedang ada acara, dia tidak mau membuat keributan, tetapi mereka sudah semakin kelewat batas, mereka mulai melakukan kekerasan pada Endra, walau Endra awalnya bisa melawan tetapi dia kalah jumlah, hingga akhirnya dia bisa dikalahkan, saat sebuah balok kayu disiapkan untuk memukul nya, terdengar suara gadis kecil.

"Satu lawan banyak, apa kalian tidak malu?"

"Hey anak kecil, diam lalu cepat pergi dari sini!"

"Dasar kalian cupu, bisanya cuma main keroyokan!"

"Kurang ajar!!" salah satu dari mereka kesal karena ada yang mengganggu, lalu mendekati gadis itu, dan hendak memukul nya, tetapi gadis itu bisa menghindar dan bahkan sanggup melawan.

Endra terus melihat kearah gadis kecil yang lincah itu, dan saat ada yang akan berlaku curang dengan memukul nya dari belakang, Endra datang menyelamatkan. Perkelahian itu akhirnya diketahui oleh satpam hingga mereka semua kabur melarikan diri.

Gadis kecil itu berlari dengan tidak lupa menarik tangan Endra dan berbaur dengan murid yang lain. Saat ada kameraman sekolah yang bertugas untuk mendokumentasikan acara itu, tidak sengaja gadis kecil dan Endra juga masuk dalam jepretannya saat sedang berlari sambil berpegangan tangan dan tertawa riang bersama.

Acara terakhir yang menjadi acara kejutan dari sekolah telah tiba. Terdengar bunyi yang sangat dikenali oleh semua orang, semua bersorak gembira melihat kearah datangnya beberapa mobil pemadam kebakaran, yang tidak lama setelah parkir, beberapa mobil kebakaran itu langsung menyemprotkan air pada para murid. Mereka tertawa bergembira bermain air, begitu juga Endra yang tertawa bahagia bersama gadis kecil itu.

"Endra, Endra!!" Suseno berlari menghampiri Endra dan bertanya dari mana saja sejak tadi, karena Suseno dan kedua orang tuanya bingung mencarinya.

Endra tidak menjawab apapun, tapi karena perhatiannya baru saja teralihkan oleh kedatangan Suseno, Endra menjadi tidak menyadari bahwa gadis kecil yang dari tadi bersama dengan nya telah menghilang dari sisinya.

"Apa atau siapa yang kamu cari?" tanya Suseno.

"Gadis kecil yang bersamaku barusan, apa kamu melihatnya?" tanya Endra lalu celingukan mencari keberadaan gadis kecil yang bahkan belum dia tanyakan siapa namanya.

Setelah mencari cukup lama, bahkan dibantu oleh Suseno, tapi gadis itu tidak juga ditemukan. Endra terlihat bersedih dan kecewa. Dan karena seluruh acara sudah selesai, Endra lalu mencari kedua orang tuanya, untuk segera mengajak pulang ke rumah.

"Apa kamu belum berganti baju? didalam mobil ada baju, cepat sana ganti terlebih dahulu, nanti kamu sakit" Ranti khawatir melihat anaknya yang basah kuyup.

"Kita langsung pulang saja ma, semua acara sudah selesai" Endra kembali mengajak mamanya untuk segera pulang.

"Tunggu sebentar lagi sayang. Ayahmu sedang berbicara dengan kepala sekolah, ini tidak akan lama. Apa kamu sudah berpamitan pada para guru dan teman-teman mu?" Ranti sepertinya ingin membuat Endra bersenang-senang kembali, tadi Ranti melihat senyuman bahagia saat Endra bermain air, tapi sepertinya Ranti tidak menyadari, kalau yang membuat Endra tersenyum bukan karena main air.

"Aku tunggu di mobil ma" Endra lalu berjalan pelan menuju mobil, dan tidak menjawab pertanyaan mamanya. Lagipula apa yang harus Endra jawab, karena selama ini Endra tidak mempunyai teman, jadi tidak perlu berpamitan. Lalu untuk berpamitan dengan para guru juga tadi sudah dilakukan saat acara bersalam-salaman.

Terpopuler

Comments

nurry🌼

nurry🌼

Ini dia yg ditunggu2

2023-04-30

3

Adyany

Adyany

Naina is back

2023-04-30

1

Nuhume

Nuhume

calon jodoh🔥🔥🔥🔥

2023-04-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!