Tidak Ada Perubahan

"Apa kamu sudah yakin akan melanjutkan pendidikan mu di luar negeri?"

"Iya ma, aku ingin mencari suasana baru"

"Ajak Suseno juga bersamamu" Ranti mengizinkan, tapi tetap saja sedikit menghawatirkan anaknya yang sepertinya belum bisa melupakan traumanya.

Segala cara sudah mereka lakukan, tapi tidak ada yang bisa membuat Endra kembali menjadi seperti orang normal pada umumnya. Endra tetap saja tidak bisa menunjukkan perasaannya. Suseno sudah melakukan berbagai macam cara supaya Endra sembuh, tapi semuanya nihil.

Endra sudah memantapkan hatinya untuk kuliah di luar negeri, mungkin dia berharap bisa melupakan traumanya, dengan pergi jauh dari tempat dimana semua kepedihannya dimulai.

Rayhan sudah meminta pertimbangan dan saran dari dokter, apakah Endra bisa untuk berjauhan dari keluarga yang selama ini menjaganya atau tidak. Dan dokter juga menyarankan supaya Endra bisa berada di tempat yang baru, supaya bisa menyegarkan pikirannya.

Diharapkan Endra bisa sedikit demi sedikit melupakan rasa sakit dan traumanya saat berada di tempat baru nanti. Hari dan tanggal kepergian Endra sudah ditetapkan, dia ingin segera pergi.

Setelah kepergian Endra, tentu saja kedua orang tuanya begitu merasakan kesedihan, tetapi karena semua ini demi kebaikan Endra, tentu saja Rayhan dan Ranti harus bisa merelakan kepergian anaknya, lagipula masa kuliah tidak akan terlalu lama, paling hanya empat tahun, dan saat musim liburan, Endra bisa pulang ke Indonesia.

Ranti juga berjanji akan sering mengunjungi Endra, disaat ada waktu luang, dan berharap Endra selalu menerimanya kapanpun dia datang.

"Jangan selalu mengurung dirimu Ndra, cobalah untuk mengenal orang baru" Ranti akan mengantarkan kepergian Endra dan Suseno sampai ke bandara, sementara Rayhan tidak bisa ikut, karena ada pekerjaan di perusahaan yang tidak bisa ditinggalkan.

"Tenang saja nyonya, aku akan selalu menjaga Endra, dan saat pulang nanti, jangan salahkan kami kalau nantinya kami membawa pacar masing-masing. Sepertinya para wanita di negara yang akan kami tuju, banyak sekali wanita cantik disana, pastilah salah satunya ada yang bisa aku dapatkan. Kalau Endra tidak perlu bekerja keras, karena dengan wajahnya, dia hanya tinggal tunjuk saja mau wanita model apa" Suseno mengajak Ranti bercanda, untuk bisa sedikit mengalihkan kesedihan wanita yang begitu menyayangi anaknya tersebut.

"Husstt, kamu ini. Kalian ini mau belajar, jangan berani macam-macam ya?!" Ranti menjewer telinga Suseno dengan pelan, berharap ada suatu reaksi yang akan ditunjukkan oleh Endra.

Tapi Endra masih diam dan tidak bereaksi apapun, melihat mamanya dan teman belajar nya bercanda bersama. Padahal dulunya Endra sering cemburu pada Suseno yang dekat dengan Ranti, tapi sekarang itu tidak lagi.

Suseno dan Ranti hanya terdiam, saat melihat Endra yang memilih untuk langsung masuk kedalam mobil, untuk segera berangkat ke bandara.

"Apa papa yakin Endra akan baik-baik saja di negara itu? disana tidak ada yang dikenalnya, bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu padanya" Ranti tidak bisa tidur saat malam pertama dirinya tanpa anaknya.

"Percaya saja padanya ma, dia itu sebenarnya adalah pria yang kuat, dia hanya tidak bisa menunjukkan perasaannya karena suatu hal. Semoga saja suatu saat nanti, ada hal yang bisa membuat Endra bisa merasakan lagi semua perasaannya yang saat ini terpendam" Rayhan menenangkan istrinya, dan memintanya untuk segera tidur.

Sementara itu, di tempat baru yang jauh dari tempat tinggalnya selama ini, Endra dan Suseno memilih sebuah rumah kecil untuk mereka tinggali berdua. Endra tidak menyukai tempat yang ramai, jadi dia tidak mau untuk tinggal di sebuah asrama.

Setelah melewati hari demi hari di tempat tinggal baru, dengan suasana yang pastinya berbeda, tapi Suseno merasa tidak ada perubahan yang berarti pada diri Endra. Pria malang tersebut hanya selalu melakukan kegiatan monoton. Belajar, dan hanya terus belajar, tidak seperti anak muda pada umumnya.

Seperti saat masih sekolah menengah atas, di saat kuliahnya juga Endra menjadi salah satu pusat perhatian dari lawan jenisnya. Wajahnya yang semakin terlihat berkarisma dan perawakan tubuh yang sempurna, menjadi magnet tersendiri bagi para wanita.

Tapi Endra tetaplah Endra yang tidak pernah menunjukkan perasaan nya sedikitpun, walau ada beberapa mahasiswi di kampusnya yang menyatakan perasaan padanya, tetap saja Endra tidak pernah memperdulikan hal itu.

Hari demi hari terus terlewati, dan tetap saja Endra masih seperti robot yang tanpa perasaan, dan hanya selalu mengikuti perintah. Hal itu membuat Endra menjadi mahasiswa yang berprestasi, karena yang dia lakukan hanya selalu mengikuti apa yang di katakan oleh semua dosennya. Endra terus belajar tanpa memikirkan yang lainnya.

Saat anak muda seusianya memilih untuk bersenang-senang, pergi main bersama teman atau pacar di akhir pekan, tapi Endra tidak pernah melakukan hal tersebut, bahkan Suseno yang selalu menemaninya merasakan kejenuhan.

"Kalau kamu mau pergi, sana pergi sendiri. Aku tidak mau" malam itu adalah malam minggu, Suseno mengajak Endra untuk sekedar nongkrong di sebuah cafe, alih-alih selalu saja dirumah dan berkencan dengan buku atau guling.

"Aku tidak bisa Ndra"

"Kenapa?" tanya Endra heran.

"Ngga bisa bahasa Inggris" Suseno sepertinya hendak melucu, tapi tidak ada sedikitpun senyuman apalagi tawa di bibir Endra.

Suseno mengeluh lalu keluar dari dalam kamar Endra, untuk menuju kamarnya sendiri. Suseno langsung saja menjatuhkan dirinya di atas ranjangnya, memilih tidur saja, daripada kesal dengan Endra.

Selama ini dengan segenap hati dan juga tenaganya, Suseno dengan sabar selalu berada di samping Endra, selalu membantunya dalam hal apapun, apalagi saat Endra kadang kala pingsan karena melihat hal yang membuat traumanya kambuh.

Mereka tinggal di luar negeri yang notabene lebih bebas dari negara asalnya, kadang kalanya para mahasiswa dan mahasiswi disana memadu kasih ditempat umum tanpa mengenal rasa malu.

Pernah suatu saat Endra dan Suseno harus menghadiri sebuah acara di kampus mereka. Endra begitu terkejut dan kemudian mengingat akan traumanya. Acara kampus yang awalnya resmi, berubah menjadi acara bebas dan beberapa mahasiswi dan mahasiswa berpencar mencari tempat yang mereka pikir tidak akan ketahuan oleh dosen, supaya bisa memadu kasih.

Endra yang tidak sengaja melihat hal tidak senonoh yang terjadi di sebuah ruangan kelas yang sepi, tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya dan berlutut di lantai. Untung saja Suseno langsung bisa menemukan keberadaannya, dan segera mencari pertolongan.

Suseno sering kali menasehati Endra untuk sedikit demi sedikit melupakan traumanya dengan berpacaran, karena hal yang ditakutinya, harus dihadapi, dengan begitu maka Endra akan sembuh. Karena kalau selalu dihindari, tentu saja tidak akan ada kesembuhan.

"Harus kamu hadapi Ndra, mau sampai kapan kamu seperti ini?" ujar Suseno waktu itu, tapi Endra tetaplah tidak menjawab apapun.

Terpopuler

Comments

nurry🌼

nurry🌼

Ngga mungkin berubah thor, kita semua tau kalau hanya naina yg bisa merubahnya

2023-04-30

0

Anya👸

Anya👸

vote untukmu sayangku endra, cepat sembuh ya, tp kn dia ngga akan sembuh ya skrng, karna yg bisa nyembuhin cuma naina, hehehe

2023-04-03

0

RumiRum 🌈🌸

RumiRum 🌈🌸

mengsedih amat suseno, ngga bisa malam mingguan🤣🤪

2023-04-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!