"Apakah itu siswa yang bernama Endra Prasetya? memang benar dia sangat tampan, tapi kenapa dia tidak pernah tersenyum, bahkan dengan guru yang mengajaknya berbicara"
"Itu karena dia menjadi korban penculikan"
"Appaa?!, bagaimana bisa seorang pria menjadi korban penculikan?, lalu memangnya apa yang bisa terjadi pada seorang pria yang diculik? bukankah tidak ada ruginya?"
"Dasar otak kamu saja yang tidak beres, bagaimana bisa tidak terguncang mentalnya, dia diculik selama kurang lebih dua minggu. Tidak ada yang pernah tau, apa yang terjadi padanya saat mengalami kejadian memilukan tersebut, tapi bisa dipastikan kalau mentalnya menjadi terganggu"
"Suuttttt, suuutttt, dia mendekat, kita pura-pura saja sedang mengerjakan sesuatu"
Segerombolan siswa dan siswi sedang mengobrol saat jam istirahat, seperti layaknya para murid pada umumnya, mereka bergerombol dan berkelompok, membentuk sebuah gank.
Endra Prasetya, pria muda yang sedang mereka bicarakan, tengah berjalan dengan santainya seperti biasa, tidak ada ekspresi apapun yang terlihat di wajah tampannya. Membuatnya terlihat sangat misterius.
Setelah Endra jauh dari mereka, gerombolan murid itu kembali bergosip membicarakan tentang Endra. Para siswa mengatakan kalau Endra sengaja bersikap seperti itu, supaya dikasihani sehingga bisa mendapatkan perhatian.
Tapi para siswi tidak setuju, karena bagi mereka, Djani tidak perlu melakukan hal itu, karena para siswi tetap saja mengidolakannya, walau apapun sikap Endra.
Para murid itu bahkan membayangkan bahwa yang terjadi pada Endra, pasti seperti dalam Drama Korea Selatan yang berjudul Master's Sun, dimana pemeran utama pria nya juga diculik, bahkan sampai mengalami kelainan karena mentalnya terganggu oleh ulah penculiknya.
"Apa yang kalian lakukan ditempat ini? bukankah seharusnya kalian belajar kalau sudah selesai makan siang, kenapa malah ngerumpi disini!" seorang guru melewati mereka dan membubarkan gerombolan murid yang sedang membicarakan Endra.
Endra adalah anak dari seorang pengusaha sukses dan ternama, yang selalu memberikan banyak sumbangan pada sekolah tersebut, para guru bahkan tidak berani untuk menegur Endra yang terlihat selalu bersikap tidak sopan. Apalagi untuk guru-guru baru yang tidak mengetahui tentang tragedi penculikan yang dialami oleh Endra. Mereka awalnya kesal dan mengadu kepada kepala sekolah. Tetapi setelah mendapatkan penjelasan dari kepala sekolah, para guru baru tersebut juga hanya bisa memakluminya.
Endra masuk kedalam kelasnya, seperti biasanya, dia akan menuju ke loker pribadinya untuk mengambil buku pelajaran yang akan dipelajari di jam berikutnya setelah lonceng waktu istirahat selesai telah dibunyikan.
Ada beberapa tumpukan surat-surat cinta dan berbau harum semerbak begitu Endra membuka lokernya. Masih dengan wajah datarnya yang tidak juga menunjukkan ekspresi apapun, Endra membersihkan dan membuang semua surat tersebut, bahkan ada beberapa kotak cokelat yang juga ikut dibuang.
Salah satu teman Endra mendekat dan hendak memarahi Endra, karena tidak pernah menghargai pemberian dari orang lain. Seharusnya Endra senang, karena tetap menjadi idola bahkan setelah tragedi penculikan yang membuat Endra menjadi manusia batu yang tidak mempunyai perasaan.
"Simpan kembali atau berikan saja pada orang lain, jangan membuangnya"
Tidak ada jawaban apapun dari Endra dan meletakkan beberapa bungkus cokelat di meja teman yang memarahinya. Masih setia dengan muka datarnya, Endra lalu berpaling ke arah lokernya dan mengambil sebuah buku, lalu berjalan ke arah kursinya.
"Apa kamu pikir aku pengemis hahhh?!" teman Endra marah lalu melemparkan semua cokelat itu ke meja Endra. Tidak ada keterkejutan di wajah Endra, dia hanya langsung berdiri, lalu merapikan mejanya dan membuang semua cokelat tersebut.
Saat temannya yang merasa sangat direndahkan oleh Endra itu mendekat dan hendak memukulnya. Endra hanya duduk kembali sehingga pukulan temannya mengenai udara kosong. Tiba-tiba guru datang, sebelum terjadi pertengkaran dan keributan yang lebih besar.
"Dasar cupu dan lemah, lelaki seperti dirimu tidak pantas jadi idola, lihat saja nanti suatu saat. Aku pasti akan menghajar dirimu" bisik temannya pada Endra yang terlihat santai membuka bukunya.
"Arman!,, kembali ke mejamu sekarang juga, jangan selalu mengganggu orang lain. Kamu sudah dewasa dan bukan murid taman kanak-kanak lagi, jaga kelakuanmu!" guru berteriak memanggil teman Endra yang masih betah berada di samping Endra.
Arman kembali ke mejanya, walau hatinya begitu kesal pada Endra. Baginya tidak ada ketakutan pada Endra yang notabene adalah anak emas disekolah tersebut. Hanya karena Endra adalah anak orang kaya, Endra menjadi dibedakan, dan selalu saja dibela, begitulah yang dia pikirkan.
Padahal sebenarnya bukan itu alasan utamanya, Endra tidak pernah berbuat keonaran, atau bertengkar dengan temannya, mungkin memang Endra tidak mempunyai sopan santun, tapi itu setelah dia mengalami trauma.
Endra tiba-tiba termenung begitu melihat sebuah kertas yang dilemparkan ke atas mejanya, kertas dengan bergambarkan sesuatu yang tidak senonoh untuk anak dibawah umur. Endra hanya meremas kertas tersebut setelah beberapa saat.
Sepertinya kertas itu dilemparkan oleh teman Arman, atas suruhan Arman yang begitu sangat tidak menyukai Endra. Setelah melihat gambar itu, ingatan saat dirinya diculik, kembali teringat.
🖤🖤 Flashback 🖤🖤
Endra adalah anak pintar yang ceria, dia mempunyai teman belajar bernama Suseno semenjak dia masih bersekolah di sekolah menengah pertama, tapi walaupun mereka satu sekolahan, tapi mereka tidak satu kelas.
Hari itu, disiang hari yang sangat panas, Endra pulang sekolah lebih awal. Setelah menghubungi supirnya, Endra berjalan ke arah luar sekolah. Tapi saat dia keluar dari sekolahnya, supir yang dia tunggu belum datang, Endra lalu memainkan bola basket yang berada di tangannya dengan lihai, hingga postur tubuh sempurna terlihat begitu sangat indah, dibarengi dengan gerakan mendribel bola basket.
Karena sebenarnya itu belum waktunya pulang, sehingga disekitarnya tidak ada murid lainnya, karena semua masih didalam kelas, sementara Endra pulang terlebih dahulu, karena dia adalah murid teladan yang sangat pintar, sehingga bisa menyelesaikan tugasnya dengan cepat.
Suseno hari itu tidak berangkat bersekolah karena sedang tidak enak badan, jadi Endra tidak perlu menunggunya keluar dari kelasnya, supaya bisa pulang bersama.
"Anak muda, bolehkah kami menanyakan alamat ini?" tanya seorang wanita yang menurut Endra seumuran dengan mamanya.
"Baiklah sebentar" Endra menyudahi permainan dengan bola basket nya, lalu mengambil tas sekolah nya yang dia simpan di jalan. Endra berjalan pelan kearah mobil, lalu berniat melihat secarik kertas yang di ulurkan oleh wanita itu.
"Owh, ini ada di pertigaan jalan didepan, tidak jauh dari sini akan ada pertigaan, nanti tante ambil saja jalan lurusnya" Endra lalu mengembalikan kertas yang dia pegang.
"Bolehkah antarkan tante sebentar saja, nanti tante berikan uang jajan, ini supir tante adalah supir baru, jadi belum tau daerah sini"
"Maaf tante, jalan itu tidak jauh dari sini, dan aku juga tidak bisa mengantarkan, karena sedang menunggu supir jemputan" Endra berniat mundur dan menjauhi mobil, tapi dari dalam mobil, keluar dua preman dengan postur tubuh tinggi dan besar langsung menarik Endra kedalam mobil.
"Apa yang kalian lakukan, lepaskan aku!!" Endra berteriak dan mencoba untuk melawan sebisa mungkin, tapi dia bukan tandingan beberapa preman dengan postur tubuh dewasa, yang tidak mungkin dilawan oleh Endra yang merupakan anak sekolah menengah atas, walau tubuhnya juga sangat proporsional, tapi tenaganya sangatlah jauh berbeda dengan preman-preman yang menariknya paksa kedalam mobil.
"Tenang sayang, tante hanya ingin bermain denganmu sebentar sayang"
"Tidak mau, lepaskan aku!!" Endra terus berteriak dan berusaha mencari pertolongan, tapi sepertinya tidak ada yang menyadari tentang kejadian yang dia alami. Sebelum matanya mulai terasa berat, karena sebuah tisu yang telah diberi obat bius digunakan untuk membekapnya supaya dia tenang, telah dia hirup dengan kuat, Endra memanggil mamanya dan matanya gelap seketika.
"Mamaaaa, tolong aku" tidak ada lagi gerakan dari Endra, dia dibawa pergi entah kemana oleh segerombolan penjahat tersebut.
🖤🖤 Flashback End 🖤🖤
Endra mengambil botol minum yang ada didalam tas sekolah nya, untuk menenangkan hatinya yang berdebar kencang karena mengingat tragedi penculikan yang dialami nya.
Guru yang sedang mengajar melihat keanehan pada Endra, lalu mendekatinya.
"Apa kamu sakit?" tanya guru itu pelan, dan berniat untuk memeriksa kondisi Endra dan memegang kening salah satu muridnya itu.
Tapi belum sampai telapak tangan sang guru sampai di keningnya, Endra bangkit dari duduknya lalu berjalan cepat keluar dari kelas.
Terjadi kehebohan, terutama Arman yang begitu puas melihatnya, sepertinya itu sudah beberapa kali di lakukan oleh Arman untuk menganggu Endra yang sepenuhnya belum bisa melupakan traumanya akibat penculikan yang dialaminya.
Guru yang sedang mengajar melihat kelakuan Endra, tapi dia tidak marah dan merasa cemas, karena dia adalah guru yang sangat paham dengan apa yang terjadi pada Endra. Tapi saat ini dia harus lebih focus pada mengajarnya, karena waktu terus berjalan.
"Buka buku kalian dan jangan ribut, pelajari dan baca halaman 20 sampai 23, dalam 10 menit kedepan, akan ada pertanyaan yang harus kalian jawab, sembari kita mempelajari rumus nya"
"Dasar guru tidak adil, begitu jelas Endra sangatlah tidak sopan, tapi tidak ditegur sama sekali, mungkin sebenarnya sekolah ini miliknya atau bagaimana ini" gumam Arman dengan kesal, lalu membuka bukunya dengan kesal dan kasar.
Pelajaran baru akan selesai, saat Endra masuk kedalam kelas, saat itu dibarengi dengan sebuah pertanyaan dari guru, yang sudah tertulis rapi di papan tulis. Arman tersenyum licik lalu melemparkan sesuatu pada Endra, tentu saja dengan sigap Endra menangkap nya, sehingga seolah Endra sedang mengangkat tangannya.
Para murid bersorak, karena mereka terbebas dari hukuman, karena sebelumnya guru mengatakan akan menghukum satu kelas jika tidak ada satupun yang berani mengangkat tangannya untuk mencoba menjawab.
Sebenarnya guru tidak memerlukan jawaban benar atau salah, tapi kalau benar tentu itu lebih baik, tapi guru hanya ingin anak muridnya mempunyai kemauan untuk berfikir dan menjawab pertanyaan, kebetulan kelas yang saat ini diajarnya, merupakan kelas dengan reputasi terendah, karena muridnya tidak perduli pada pelajaran sedikitpun.
Guru merasa tidak nyaman saat semua teman Endra bersorak dengan alasan mereka masing-masing, para siswi tentu saja sangat heboh, karena pria tampan yang merupakan idola mereka ada di hadapan mereka, sementara sebagian besar siswanya, bersorak karena merasa kali ini Endra akan malu.
Bagaimana mungkin, Endra sanggup menjawab pertanyaan yang dia sebelumnya tidak mendengarkan penjelasannya sedikitpun, sementara para murid yang lain saja, tidak ada yang berani menjawab walaupun sudah mendapatkan penjelasan dari guru.
Endra berjalan mendekati papan tulis lalu membaca dalam hatinya, pertanyaan yang di tulis oleh sang guru.
"Dalam kasus handphone yang tergeletak di atas meja, mengapa bumi cenderung tidak bergerak walaupun mendapat gaya reaksi dari handphone?" dibawahnya terdapat beberapa pilihan ganda yang bisa dipilih.
Salah satu murid dibelakang berteriak dan meminta pada Endra untung menjelaskan pilihan jawabannya, karena mereka tidak mau kalau Endra hanya asal menebak. Karena hal itu bisa saja benar, padahal hanya karena Endra sedang beruntung dengan pilihan jawabannya nanti. Endra menghembuskan nafasnya, entah kesal dengan teman-temannya, atau dia memang tidak bisa untuk mengerjakannya. Endra lalu memilih untuk kembali membaca pertanyaan yang ada di papan tulis, dan tidak mendengarkan lagi kasak kusuk dibelakangnya.
"A. Karena gaya reaksi handphone sangat kecil dibandingkan massa bumi
B. Karena gaya diterima oleh meja
C. Karena adanya gaya tolak dengan bulan
D. Karena pergerakan bumi ditahan oleh matahari" Endra selesai membaca pilihan gandanya, lalu berfikir sejenak, kemudian mengambil sebuah spidol untuknya menulis.
Endra menuliskan penjelasan dari jawaban yang terlintas di pikirannya dengan tenang di papan tulis. Karena massa bumi sangat besar, gaya reaksi yang diterima menurut Hukum Newton II akan menghasilkan percepatan yang sangat kecil. hubungan antara gaya reaksi ini dan percepatan bumi dapat dinyatakan dalam persamaan:
ΣFreaksi \= mbumi . abumi
Maka, jawaban yang benar adalah A. Endra lalu melingkari jawaban yang menurutnya benar.
Endra mendapatkan tepuk tangan dari guru dan para sebagian temannya, tapi tidak dengan Arman and the squad.
"Apa kalian tidak malu pada Endra, dia tengah sakit dan tidak mendapatkan penjelasan, tapi sanggup mengerjakan soal dengan benar, baiklah kembali ketempat duduk mu Endra, apa kamu sudah merasa lebih baik?" guru mengambil spidol yang ada ditangan Endra, dan setelah Endra menyerahnya spidol, jawaban Endra hanya menganggukkan kepalanya, lalu berjalan ke arah mejanya.
Tapi belum sempat Endra sampai ketempat dimana meja dan kursi belajar nya, dia ambruk tidak sadarkan diri, membuat guru menjadi panik.
Keluarga Endra datang untuk menjemput Endra supaya segera dibawa ke rumah sakit, karena UKS sekolah tidak mempunyai peralatan lengkap. Diperjalanan menuju rumah sakit, Suseno yang begitu mendengar bahwa Endra pingsan, langsung berlari dari kelasnya menuju kelas Endra.
Bayangan perkataan dokter akan kondisi Endra, setelah ditemukan dari para penculik, kembali terngiang dalam ingatan Rayhan.
🖤🖤 Flashback 🖤🖤
"Endra, bertahanlah sayang, sebentar lagi kita sampai" Rayhan menggenggam erat tangan anaknya yang terlihat tidak berdaya, tatapan matanya kosong, Suseno menangis melihat kondisi Endra, selama ini dia terus berusaha keras untuk mencari keberadaan teman belajar nya yang sudah dia anggap adik.
"Tuan, apa yang terjadi pada Endra? kenapa dia hanya diam saja, bukankah seharusnya dia berbahagia karena kita sudah menemukannya?" Suseno tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, apalagi setelah mendapatkan pertolongan pertama, tetap saja Endra seperti mayat hidup yang tidak menunjukkan emosi atau perasaan apapun.
Rayhan yang merupakan ayah dari Endra, tidak bisa menjawab pertanyaan itu, karena dihatinya juga tidak tau dengan apa yang menimpa Endra. Rayhan sebenarnya merasa sangat ketakutan dengan kondisi anak semata wayangnya.
Tidak lama datang seorang wanita paruh baya mendekati Rayhan dengan berurai air mata.
"Kenapa hal mengerikan ini harus terjadi pada Endra, kenapa harus anak kita?, salah apa anak kita?!" Ranti menangis dan meletakkan keningnya pada bahu suaminya. Rayhan mencoba untuk menahan air matanya, dia harus menguatkan istrinya.
Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan, kondisi Endra akhirnya terungkap. Dan dipastikan kalau Endra mengalami trauma dan shock berat dengan apa yang dia alami.
Rayhan dipanggil oleh dokter untuk membicarakan tentang kondisi Endra di ruangan nya.
"Arman, kenapa kamu terus memprovokasi Endra? dia itu sedang sakit" seorang guru menegur Arman, membuat teman sekelas Endra itu menjadi semakin membenci Endra yang dalam pikirannya, selalu saja dibela oleh semua guru.
Terjadi keributan di dalam kelas, setelah Endra dibawa pergi ke rumah sakit, teman-temannya bisa melihat dari jendela atas, karena kelas Endra ada di lantai tiga.
"Kenapa dia bisa pingsan? mungkinkah traumanya belum hilang, sangat kasihan sekali, ternyata separah itu kondisinya"
"Tapi tetap saja dia begitu tampan saat pingsan, seandainya dia mau membuka hatinya untukku, maka aku berjanji akan merawatnya dengan sepenuh hati, jiwa dan raga"
"Terlalu lebay kamu ini, pasti kamu mau dengannya karena dia anak orang kaya kan? kalau tidak mana mungkin kamu mau sama pria dingin macam kulkas lima pintu itu" para siswi asyik membicarakan tentang Endra, hingga Arman yang mendengarnya menjadi semakin kesal dan membenci Endra, karena bahkan para siswi tetap mengidolakan seorang pria lemah seperti Endra.
🖤🖤 Flashback 🖤🖤
"Apa kondisi anak saya sangat berat dong untuk disembuhkan?" Rayhan merasa sangat sedih melihat anaknya yang bagaikan tidak mempunyai jiwa.
"Sepertinya kondisi jiwanya sangat terganggu dengan apa yang dia alami. Untuk saat ini yang bisa saya katakan hanyalah. Endra mengalami trauma berat, dan biasanya trauma seperti ini selalu berkepanjangan, dan tidak akan bisa sembuh total. Kalau pun sembuh, itu butuh waktu yang sangat lama sekali"
"Kenapa bisa seorang dokter berkata seperti itu!!" Rayhan merasa sangat frustasi mendengarnya, bahkan dokter yang dia harapkan akan menenangkan nya, dan tidak membuatnya tambah panik, malah mengatakan hal yang membuat hidupnya seakan runtuh setelah mendengar kondisi anaknya.
Tapi dokter juga harus mengatakan kebenaran kepada salah satu keluarga, supaya kedepannya bisa dicarikan solusi bersama. Karena penyakit yang disebabkan oleh kejiwaan, obatnya hanya lah dari pasien tersebut yang berusaha untuk sembuh. Dan tentu saja didampingi oleh keluarganya.
"Jangan terlalu dipikirkan, karena kesembuhan itu pasti ada, kita hanya harus terus berusaha, dan tolong jangan terlihat lemah dihadapan Endra, tunjukkan bahwa keluarganya kuat, jadi dia juga akan kuat dan berusaha untuk sembuh" dokter selesai menjelaskan, lalu mempersilahkan Rayhan untuk kembali ke ruangan Endra, karena ditakutkan terjadi kepanikan pada Ranti, saat suaminya tidak menemani dirinya dan Endra.
"Nyonya Ranti harus selalu dalam pengawasan, jangan biarkan beliau tau, karena saya sangat yakin, bahwa nyonya Ranti tidak akan sanggup mengetahui kondisi putranya" salah satu ucapan dokter tadi masih terngiang di telinga Rayhan.
Saat Rayhan memasuki ruangan dimana anaknya dirawat, terlihat Ranti yang tidak henti-hentinya menangis dan mengajak berbicara pada Endra, tapi tetap tidak ada respon apapun dari anaknya walaupun matanya terbuka lebar.
🖤🖤 Flashback End 🖤🖤
"Endra, bangun sayang" Ranti sangat sedih melihat kondisi anaknya yang kembali pingsan. Setelah mengalami tragedi penculikan, Endra menjadi gampang tertekan, dan saat tertekan akan sesuatu, maka dengan mudah Endra akan pingsan atau muntah.
Rayhan mengusap lembut bahu istrinya, mereka tidak boleh lemah dihadapan Endra, karena itu bisa membuat Endra menjadi melemah juga.
Endra bisa merasa bersalah dan menganggap dirinya tidak berguna, apabila melihat orang tuanya menangis karena kondisinya yang tidak juga membaik.
Sebisa mungkin mereka harus selalu terlihat kuat di depan Endra. Suseno juga tidak kalah sedih melihat teman belajarnya, tidak kunjung sembuh secara keseluruhan. Selama ini Suseno merasa sendiri, karena Endra tidak lagi menunjukkan perasaan apapun saat mereka belajar atau bersama.
"Nyonya, bagaimana kalau akhir pekan ini, kita ajak Endra untuk piknik disuatu pegunungan di desa. Udara desa pasti sangat bagus dan menenangkan. Saat kami melakukan study tour, sebenarnya Endra melupakan bekal yang dibuat nyonya untuknya, bekal itu ketinggalan. Jadi saat kami sampai di tempat study tour, Endra mengambil punyaku. Bagaimana kalau kita bangkitkan memory perasaan apapun padanya mulai sekarang, seperti perasaannya yang ingin menang sendiri, perasaan marah karena keinginannya tidak dipenuhi, dan perasaan yang lainnya. Kita jangan hanya seperti ini dengan menunjukkan hanya kebahagiaan di depannya, ini terlihat sangat palsu" Suseno mengatakan apa yang ada di pikirannya.
Suseno sudah banyak membaca dan menonton mengenai orang lain yang juga mengalami trauma, dan itu bisa disembuhkan dengan menghadapi trauma tersebut. Karena kalau menghindari nya, maka kesembuhan sangat jauh dari harapan.
Ada satu contoh trauma yang dialami oleh seorang anak akibat melihat ibunya berselingkuh bahkan melihat ibunya berciuman dengan selingkuhan nya. Anak itu menjadi takut untuk berhubungan intim, bahkan setelah dia dewasa dan menikah, karena baginya itu adalah suatu kesalahan. Cara menghadapinya adalah membuang rasa takut itu dengan menghadapinya. Untung saja suaminya begitu sabar dalam menghadapi trauma istrinya.
Contoh lain yang juga masih dikarenakan hal sana, ada seorang remaja yang melihat ayahnya terus berselingkuh, bahkan akhirnya anak itu menjadi anak broken home karena kedua orang tuanya berpisah. Ayahnya memilih selingkuhannya dan meninggalkan sang ibu.
Remaja itu yang merupakan seorang perempuan, sampai saat dia dewasa, berubah menjadi anak yang temperamental dan begitu agresif serta posesif terhadap suaminya, karena tidak mau mengalami hal seperti ibunya dahulu.
Untuk kasus ini, bahkan sampai saat ini, wanita itu masih tidak bisa melupakan traumanya. Begitu mengerikan nya suatu sesuatu yang dinamakan dengan trauma itu. Trauma mungkin saja kambuh sewaktu-waktu, dan bila terus dibiarkan, jaringan saraf yang ada di otak, bisa rusak dan memicu penyakit kronis pada beberapa bagian tubuh. Tentu saja Suseno tidak mau kalau sampai hal itu terjadi pada Endra.
Suseno terus meyakinkan Rayhan dan Ranti, supaya melakukan sesuatu.
"Apa kamu yakin ini tidak beresiko?" tanya Rayhan pada Suseno, yang sebenarnya sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri.
"Lebih baik kita berusaha melakukan sesuatu, daripada hanya menunggu kesembuhannya tanpa melakukan apapun" Ranti setuju dengan Suseno. Rayhan dan Suseno lalu keluar dari dalam ruangan rawat Endra, untuk membeli makan siang, dan membiarkan Ranti yang lama-kelamaan tertidur fi sebuah sofa, yang tidak jauh dari ranjang Endra.
Setelah beberapa saat, Endra terbangun dari pingsannya. Tapi dia tidak terlalu terkejut dengan kondisinya, karena hal ini sudah sering dia alami. Endra dengan santainya menarik selang infus yang berada di pergelangan tangannya, lalu segera bangkit dari tempat tidur.
"Apa yang kamu lakukan Endra? istirahat dulu sebentar lagi, habiskan dulu infusnya" Ranti begitu kaget saat mendengar suara barang jatuh, sepertinya tanpa sengaja Endra menjatuhkan sesuatu yang berada di atas meja.
"Aku sudah membaik ma, untuk apa juga aku berada disini? semua ini tidak ada gunanya, karena cepat atau lambat, kalau terjadi sesuatu hal yang bahkan hanya sepele, tapi aku dengan lemahnya akan pingsan. Tapi kalau mama berharap aku terus disini, akan aku lakukan" Endra merasa lelah dengan kondisinya sendiri.
Hati Ranti terasa sakit melihat anaknya yang berubah menjadi seperti anak lain, yang bukan anaknya seperti dahulu, Endra yang sekarang menjadi terlalu penurut, tanpa memikirkan perasaannya sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!