Bab 5 Serangan kawanan zombie

Ratusan zombie semakin mendekati Jeremiah yang berdiri di tengah para mayat manusia yang ia bunuh. 

Teo langsung memandu Alwi untuk lari menuju ke sebuah bangunan gedung di samping kirinya. Namun sebelum itu, Jeremiah menembakan satu peluru lagi ke arah Teo.

DUAR!!!

"Kak, awas!" Teriak Alwi berusaha menarik Teo.

Dengan sigap Teo menghindar, namun peluru itu melesat ke bahu kirinya. Walau hanya goresan yang tidak terlalu dalam, tapi Teo merasakan perih dari luka di bahunya. 

Sebelum Teo pergi dengan Alwi, ia menoleh ke arah Jeremiah yang tertawa terbahak-bahak karena dirinya tertembak. 

Dalam waktu yang sangat singkat, para zombie sudah sepuluh meter di belakang Teo dan Alwi. Dengan cepat Teo masuk ke dalam gedung dan membarikade pintu depan menggunakan beberapa furniture seperti meja, bangku dan vas bunga keramik.

"Apa kita sudah aman?" Tanya Alwi. 

Ia melihat ratusan zombie itu memadati pintu gedung yang terbuat dari kaca. Tekanan yang dihasilkan oleh dorongan para zombie membuat pintu kaca tersebut semakin retak dan menjalar ke jendela kaca disampingnya.

"Belum! Kita harus menuju ke rooftop atas, ayo!" Teriak Teo. Mereka segera mencari jalan menuju ke lantai paling atas.

KREK!!!

PRANG!!!

Pintu kaca itu pecah, diikuti dengan pecahnya dua jendela di sampingnya. Para zombie merangsak masuk dan kembali mengejar Teo dan Alwi. 

Mereka berdua berhasil menaiki tangga darurat sampai menuju ke lantai lima, namun pintu darurat menuju rooftop terkunci. 

Keduanya terlihat panik, pintu besi ini sangat susah untuk dibuka, terlebih lagi para zombie sudah mulai menaiki tangga dari lantai dasar.

"Apa yang harus kita lakukan?" Ucap Alwi yang panik. Ia segera melakukan kuda-kuda untuk siap memanah.

"Tahan! Aku akan menghancurkan engselnya!" Ucap Teo yang begitu panik.

Ia menggunakan katana miliknya untuk mencungkil engsel pintu. Namun, sepertinya waktu semakin sempit. Para zombie sudah menaiki tangga darurat dan menuju ke lantai tiga.

"Kak! Cepat!" Teriak Alwi. 

"Sial! Sial! Sial!" Keluh Teo yang begitu kesal.

Tidak bisa dicungkil, Teo semakin kesal dan putus asa. Ia mencoba mendobrak pintu itu dengan tubuhnya berkali-kali, hingga akhirnya….

DUAK!!!

Pintu terbuka, Teo dan Alwi langsung melewati pintu itu dan menutupnya kembali. 

DUAK!!!

Teo menggunakan batang besi panjang untuk mengunci pintu itu dengan cepat.

"Mereka sudah di belakang pintu ini!" teriak Alwi sambil menolong Teo mem-barikade pintu.

Teriakan, cakaran serta dorongan yang begitu kuat dari arah balik pintu. Teo dan Alwi sampai harus berjaga di depan pintu untuk menahannya. 

"Apa kita akan mati di sini, Kak?!" Seru Alwi sambil menahan pintu.

"Diam dan fokus saja dengan pintunya!" Teriak Teo sedikit jengkel mendengar celotehan Alwi yang berulang-ulang.

Dorongannya menjadi semakin kuat, Teo yang bahunya terluka karena tertembak oleh Jeremiah merasakan efeknya. Ia menahan rintihannya, namun Alwi tahu rasanya terluka seperti itu. 

"Apa kita perlu kembali ke tempat Profesor?" Tanya Alwi.

"Tentu kita akan pulang ke sana, tapi saat ini aku sedang berpikir cara untuk ke sana!" Teriak Teo.

Ia mencoba mencari cara untuk terlepas dari kejaran para zombie.

"Bagaimana cara singkirkan zombie busuk ini, lalu cara melewati ratusan zombie di lantai bawah, ini lebih dari kata gila!" Teriak Teo yang begitu campur aduk.

"Gunakan tali di sudut pembatas gedung, kita bisa membuat flying fox, Kak!" Seru Alwi.

"Itu terlalu bersifat fantasi! Aku tahu di film zombie, pasti ada saatnya tokoh utama menggunakan cara-cara aneh yang ditemukan dengan cepat dan berhasil lari dari para zombie, tapi masalahnya kita berdua tidak berada di film, Alwi!" Seru Teo yang sangat kesal.

"Ini dunia nyata, bila kau tidak berhati-hati dengan hormon rasa ingin tahumu, kita berdua bisa berakhir mati!" Ucap Teo. Darah dari luka di bahunya mulai menetes ke lantai.

"Kak? Darah Kakak sepertinya mengundang mereka semakin agresif," pikir Alwi.

"Oh, terima kasih. Kau benar, kita harus pergi dari gedung ini," ucap Teo. Ia mulai berpikir.

"Coba cari apakah ada tali tambang atau apa pun yang bisa kita gunakan untuk turun dari gedung ini?" Ucap Teo. 

Alwi langsung melepaskan pegangan tangannya dari pintu. Ia segera mencari tali atau apa pun itu.

"Cepat! Aku tidak bisa menahan mereka semua layaknya tokoh utama dalam film!" Teriak Teo menahan pintu itu sendirian.

Alwi mendapatkan tali tambang, namun pendek, hanya sekitar sepuluh  meter saja. 

"Alwi dapat tali, tapi hanya sekitar sepuluh meter!" Teriak Alwi.

"Ikat tali itu, dan tunggu!" Teriak Teo.

Alwi segera mengikat talinya di besi rel gondola yang berfungsi sebagai pembersih kaca. Ia melihat ke Teo dan memberi tanda dengan mengangguk.

"Good!" Sahut Teo dari kejauhan. 

Ia segera berlari sekuat tenaga ke arah Alwi dan meninggalkan pintu itu.

Jarak dua meter, pintu langsung rusak dan terbuka. Puluhan zombie merangsak masuk dan mengejar Teo.

Alwi segera memegang erat talinya dan berdiri di atas pagar pembatas gedung. Ia bersiap untuk melompat ke bawah. Teo segera naik ke pembatas pagar dan segera memeluk bocah itu. 

Ia segera melompat sambil memegang tali tambang tadi.

"Jeronimo!" Teriak Teo yang begitu bersemangat melompat dari atas gedung.

Namun karena tali hanya sepuluh meter saja, mereka akhirnya tersangkut di lantai dua. Teo dan Alwi segera lompat dan berlari menuju ke arah pusat perbelanjaan. 

Para zombie yang berada di rooftop mengejar Teo dan Alwi dengan melompat ke bawah. Mereka saling menindih satu sama lain. Dan hal itu memberikan waktu pada mereka berdua untuk lari menjauh.

Keduanya terus berlari hingga mereka kembali masuk ke dalam pusat perbelanjaan. Teo segera mem-barikade pintu masuk dengan berbagai barang.

"Ayo cepat!" Ajak Teo.

"Hai!" Sapa Jeremiah. 

Tiba-tiba ia muncul di hadapan keduanya lagi. Alwi langsung menoleh dan memasang mode siaga. Ia mengarahkan busur panah ke arah Jeremiah.

"Kau?!" Ucap Teo. Ia langsung meraih katana di belakang punggungnya.

"Jangan coba-coba, jatuhkan pedang itu, sekarang!" Perintah Jeremiah. Ia mengarahkan pistolnya ke arah Teo.

"Jangan Kak!" Teriak Alwi.

"Jangan? Serius? Kau mau mati duluan, bocah?" Jeremiah menoleh ke arah Alwi sambil tersenyum dan mengarahkan pistolnya ke kepala anak itu.

"Cukup! Jangan libatkan bocah, Jeremiah," sahut Teo. 

Ia meletakkan katana miliknya di lantai. Dan kedua tangannya diangkat ke atas.

"Alwi, letakkan busurnya," perintah Teo dengan nada yang halus.

"Tapi?" Jawab Alwi ragu.

"Lakukan, tolong," pinta Teo.

Mereka berdua mengangkat tangannya dan menyerah ke Jeremiah.

"Bagus, aku sangat senang bisa menemukan dua manusia lagi di sini," ucap Jeremiah.

"Apa kau tahu, dunia ini adalah surga yang luar biasa. Siapa pun yang kuat akan menang di sini. Ditambah lagi, kita bisa saling membunuh tanpa takut adanya hukum. Bukankah dunia ini sangat sempurna?" pikir Jeremiah.

"Kau baru berkeliling di satu kota saja, dan kau sudah bilang dunia ini surga? Jangan aneh-aneh, kau bisa mati dengan kepercayaan diri yang terlalu tinggi!" Sahut Teo.

"Menarik sekali, aku akan mencobanya, pergi ke kota lain. Mungkin aku bisa membunuh mereka semua, dan menjadi satu-satunya manusia yang hidup di dunia ini. Lalu, aku akan menjadi Tuhan baru di dunia yang menarik ini," pikir Jeremiah sambil tertawa.

"Jangan bermain seperti anak kecil. Kau terlalu kekanak-kanakan, Jeremiah. Ingatlah Karmamu!" Seru Teo.

Ia melihat ke lantai dua dari kejauhan. Ada Agasa yang berdiri di sana dan memegang senapan sniper. Ia memberikan tanda pada Teo dengan mengangguk.

"Aku? Kekanakan? Kau lucu sekali, Teo!" Tawa Jeremiah pecah.

HAHAHAHA!!!

Teo mengangguk, itu menjadi tanda untuk menembak bagi Agasa. Perlahan Agasa langsung menekan pelatuknya. 

PIUH!!!

Satu peluru langsung melesak dan melubangi dahi Jeremiah dari arah belakang. Ia langsung tewas seketika dan jatuh tersungkur ke lantai.

"Apa sudah clear!" Teriak Agasa dari jauh.

"Profesor?!" Teriak Alwi tersenyum lebar melihat Agasa. Ia langsung mengambil busurnya lagi.

"Kau terlalu lama!" Teriak Teo.

"Maaf, aku harus menyiapkan makan siang!" Teriak Agasa lagi.

"Lalu, apa yang akan kita lakukan dengan mayat Jeremiah, Kak?" tanya Alwi.

"Buang dijalan raya, biarkan para zombie lapar memakannya. Itu karma untuknya," ucap Teo. 

Ia dan Alwi segera menyeret mayat Jeremiah keluar dari gedung dan meletakkannya di tengah jalan. 

"Ayo kembali, kita tidak ingin jadi target zombie berikutnya, bukan?" ucap Teo.

Mereka berdua kembali ke dalam pusat perbelanjaan. Teo dan Alwi menemui Agasa di rooftop.

"Siapa orang tadi? Kenapa ia bisa memiliki pistol?" Tanya Agasa.

"Ceritanya panjang, aku harus istirahat sebentar," ucap Teo. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding.

"Profesor, Kakak terluka di bagian bahu kiri," ucap Alwi.

"Benarkah?" Tanya Agasa.

"Cuma luka kecil, jangan dibesar-besarkan," sahut Teo.

"Kemarilah, aku akan obati lukamu." Agasa mengambil perlengkapan kotak P3K yang didapatnya di kantor. 

Teo membuka bajunya, ia akhirnya menuruti kata Agasa.

"Jeremiah telah membunuh lima orang dengan keji, itu membuktikan ada manusia lain selain kita di sini, dan pertanyaannya adalah berapa banyak manusia yang terdampar di sini?" Tanya Teo yang terlihat bingung.

"Aku tidak tahu, tapi untuk sementara waktu, kita harus saling melindungi, setidaknya tetaplah hidup untuk dirimu dan keluargamu di dunia sana," pikir Agasa.

Terpopuler

Comments

Hamba Allah

Hamba Allah

Gila banget si Jeremiah

2023-03-26

1

Andy

Andy

🤣🤣🤣

2023-03-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!