City Of The Dead
"Akhirnya proyek Quantum Ark akan berfungsi hari ini," ungkap Teo, pemuda berusia 25 tahun yang sangat mengagumi teknologi canggih yang konon bisa mengubah sejarah kehidupan manusia itu.
Ia merasa sangat antusias menyaksikan peluncuran teknologi tersebut.
Teo melihat dan menyaksikannya dari dalam Dojo, tempatnya berlatih pedang kayu asal negeri sakura.
"Professor Agasa, aku mengenalnya. Ia adalah temanku. Namun aku tidak menyangka bila ia berhasil menghidupkan teknologi monster itu," ucap Kishimoto, guru dari Teo.
Ia sangat tidak menyukai teknologi yang mencoba untuk melampaui batas tatanan ilmu agama itu sendiri.
Kishimoto berpikir bila teknologi Quantum Ark akan menjadi bencana baru bagi umat manusia di masa depan.
Quantum Ark akan mulai diperagakan secara live dan disiarkan ke seluruh dunia pada hari ini, tanggal 12 Juni 2100. Seluruh warga dunia akan menyaksikan aksi terobosan manusia yang paling maju di zamannya.
"Kau sudah siap?" Tanya Profesor Agasa Minamoto. Ia menoleh ke arah temannya.
"Ini akan menjadi hari yang bersejarah bagi umat manusia," ucap Mark Elon sambil tersenyum senang sebagai pemilik Quark Corp.
Sebuah kerangka besi campuran yang begitu besar berbentuk lingkaran berdiri tegak dengan diameter sekitar 100 meter. kerangka itu menjadi tempat untuk menopang energi saat Quantum Ark diaktifkan.
Kerangka besi solid tersebut ditopang oleh dua penjepit raksasa yang terbuat dari kerangka besi campuran juga. Kerangka tersebut akan menjadi pintu masuk ke dunia lain.
Ada lima puluh orang dengan pakaian khusus dari teknologi nano layaknya Iron man suit yang dilengkapi dengan peralatan canggih dan sistem navigasi ruang. Mereka telah berbaris di depan terowongan ruang itu.
Seluruh warga dunia menyaksikan secara live dari televisi dan gadget mereka. Beberapa orang di beberapa negara bahkan sampai mengadakan nonton bersama di alun-alun kota dengan layar LED besar.
"Siap?!" Teriak Mark Elon.
Ia melihat ke arah semua orang yang hadir.
"Semua sudah siap, Pak." Kepala divisi utama Quantum Ark bersiap di depan ratusan host admin yang mengontrol jalannya percobaan gila ini.
"Nyalakan," ucap Mark Elon. Ia telah memberi tanda. Dirinya merasa gugup.
"Buka pintu energi satu!" Seru kepala divisi.
"Pintu energi satu, terbuka!" Salah satu host admin memberikan konfirmasinya.
Energi mengalir ke panel lingkaran besi yang telah disulap sebagai pipa energi layaknya baterai.
"Buka yang kedua hingga kelima," ucap kepala divisi.
"Pintu energi dua hingga kelima, terbuka!" Seru lima host admin.
Energi yang mengalir sudah mencapai 50%. Kepala divisi meminta para host admin membuka lima pintu lagi untuk menyelesaikan pengisian energi.
"Lima pintu energi terakhir terbuka!" Teriak bersamaan lima host admin.
"Energi dalam pengisian 100%. Quantum Ark siap dijalankan!"
Informasi dari Autovisual Intelligence atau A.I pembantu telah dikonfirmasi. Mark Elon memberi perintah untuk menghidupkan panel lingkaran tersebut.
"Semoga perhitungan kita tidak meleset," ungkap Agasa begitu khawatir. Ia berharap percobaan pertama ini akan berhasil.
Panel kerangka lingkaran mulai bercahaya dengan menembakkan 10 tembakan laser yang mewakili 10 pintu energi ke titik pusat kerangka lingkaran hingga membentuk bola energi putih murni yang terus bercahaya sangat terang benderang.
Bola energi tersebut terus membesar dan memipih setipis cermin mengikuti bentuk dari panel kerangka lingkaran.
"Ini akan berhasil, Agasa!" Mark Elon berteriak. Ia begitu bersemangat.
"Aku harap begitu," jawab Agasa.
Cermin energi terbentuk seluas diameter panel kerangka lingkaran. Tahap pertama untuk membuka terowongan ruang berhasil. Selanjutnya, lima puluh orang yang terpilih untuk menjelajah dunia kuantum mulai mengaktifkan baju zirah mereka. Baju tersebut dinamakan Quark Suit.
"Kami siap, Kapten!" Komandan pasukan telah menyatakan kesiapannya.
"Laksanakan," balas Mark Elon.
Secara bergantian, Mereka mulai memasuki cahaya cermin terang tersebut. Setelah komandan masuk ke cahaya itu, sensor kamera dan sistem Quark Suit aktif otomatis dengan bantuan A.I.
"Energi, cek! Quark Suit aktif, cek! Kamera visual aktif, cek! Dan–," sesuatu hal terjadi. Saat ingin mengkonfirmasi kandungan oksigen pada baju suit, komunikasi terputus.
"Ada apa?!" tanya kepala divisi.
"Sepertinya ada sistem error, Pak! Alat navigasi ruang milik komandan tiba-tiba berubah arah dan error!" Teriak salah satu host admin.
"Apa!" Kepala divisi sangat terkejut.
"Cahaya apa itu?" Agasa melihat adanya kebocoran energi di sisi cermin energi.
"Mark! Cepat matikan Quantum Ark! Ada kebocoran energi!" Agasa berteriak.
"Kepala divisi! Matikan!" Mark Elon berteriak dari kejauhan.
Sebelum sempat di nonaktifkan, salah satu laser dari sebuah pintu energi yang terbuka bocor dan menembakkan laser energi secara acak ke arah ruang kontrol.
Setengah ruang kontrol terbakar dan lima host admin langsung hangus menjadi debu. Tayangan secara live ke seluruh dunia pun diputus secara paksa.
Di lain tempat, Teo yang sedang menonton peluncuran Quantum Ark merasa aneh ketika siaran live tersebut di putus. Ia mengernyitkan dahi, Teo merasa ada masalah di tempat peluncuran Quantum Ark.
"Lihat, sudah kubilang pasti akan ada masalah bila teknologi itu dinyalakan," ucap Kishimoto yang malah menambah kekhawatiran Teo.
Kembali lagi di area gurun.
"Mark! Awas!" Teriak Agasa.
Ia mencoba menyelamatkan Mark Elon yang berdiri berhadapan dengan datangnya laser energi yang bocor.
"Oh, no…." Mark Elon akhirnya tersapu oleh laser tersebut. Ia langsung tewas menjadi debu.
Agasa segera pergi meninggalkan tempat peluncuran Quantum Ark sejauh mungkin menggunakan mobil yang ia temukan tidak jauh dari dirinya.
Dengan keahliannya di bidang mesin, Agasa bisa menghidupkan mobil itu tanpa kunci dan pergi sejauh mungkin.
Pintu panel energi lainnya ikut bocor dan tidak terkendali. Energi yang membentuk cermin pipih berubah menjadi bentuk bola.
Suara gemuruh dari bola energi yang terus membesar ini sampai terdengar ke seluruh penjuru negeri. Cahaya yang dihasilkan oleh bola energi tersebut menyamai terangnya cahaya matahari.
Beberapa warga yang menyaksikan cahaya dari arah gurun begitu takjub, Walau mereka tidak tahu bahwa itu adalah sesuatu yang berbahaya.
"Ini gawat! Energi itu sudah menjadi matahari buatan!" Ungkap Agasa sambil menghentikan mobilnya.
Ia keluar dari mobil yang sudah lumayan jauh dari tempat peluncuran, kira-kira sejauh lima kilometer dari bola energi itu.
"Oh Tuhan, apa yang sudah aku perbuat?" Ucap Agasa. Ia terbelalak menyaksikan hasil kreasinya yang begitu menakutkan.
Bola energi berhenti membesar. Namun, tiba-tiba ia mengecil dan menghilang secara cepat, sebuah ledakan besar dengan suara bergemuruh layaknya ratusan petir menyambar terdengar.
DUM!!!
DUAR!!!
Bola energi itu meledak dan menyebarkan gelombang energi layaknya badai partikel ke seluruh penjuru dan terus merambat hingga menuju ke Agasa.
"Oh, ****!" Agasa mulai panik. Ia masuk lagi ke dalam mobil dan langsung melaju dengan cepat.
Agasa melihat badai energi itu dibelakangnya. Ia berusaha secepat mungkin kabur dari cengkeraman energi tersebut.
"Ini mustahil! Arrrggghhh!!!" Ucap Agasa.
Ia akhirnya terkena badai energi.
Badai itu terus meluas ke seluruh penjuru negeri dan menyebabkan matinya seluruh listrik, teknologi dan seluruh peralatan mengandung magnet.
Belum sampai di situ saja, badai energi partikel ini terus meluas ke seluruh penjuru dunia layaknya riak air hingga beresonansi dan menghilang sendiri.
Teo yang berada di dalam Dojo langsung keluar setelah gurunya memanggil. Kishimoto melihat adanya cahaya terang dari arah timur menghampiri dirinya.
Teo yang sedang membersihkan salah satu katana milik gurunya langsung sadar bila itu adalah badai energi. Ia mencoba untuk menarik sang guru dan mendorongnya ke dalam Dojo.
"Teo?! Kau?!" Kishimoto terkejut ketika pintu Dojo ditutup oleh muridnya dari luar.
"Maaf, tapi Anda harus selamat!" Teo tidak memiliki waktu lagi. Ia ikut tersapu oleh badai energi itu.
WUSH!!!
Di lain tempat, Agasa terbangun dengan perasaan bingung. Ia menoleh ke segala arah, berusaha untuk menyadarkan dirinya yang masih pusing.
"Apa yang terjadi? Ini di mana?" Agasa tidak mengenali tempat itu.
Ia melihat sebuah kota mati dengan gedung-gedung yang terbengkalai, jalanan yang ditumbuhi oleh pohon liar, dan beberapa mobil rusak yang sedang mengalami kemacetan tanpa pengemudinya terhampar luas di depan matanya.
"Apa ini negaraku?" Tanya Agasa pada dirinya.
"Kau salah, ini bukan di negaramu, melainkan di wilayah ibukota Indonesia," sela Teo. Ia muncul di hadapan pria tua itu.
"Apa?" Agasa kebingungan.
"Lihat papan tanda jalan itu, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Kau tidak berada di negaramu, melainkan di Indonesia," jelas pemuda itu.
"Tapi kenapa Indonesia menjadi seperti ini?" Tanya Agasa. ia tampak bingung.
"Ini bukan Indonesia yang kita kenal," pikir Teo. Ia coba menjelaskan.
"Ini adalah Indonesia yang lain. Atau aku harus menyebutnya sebagai dunia lain. Seperti dunia paralel." Teo menoleh ke arah Agasa.
"Apa? Dunia paralel?" Ucap Agasa yang tampak terkejut bukan main.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 13 Episodes
Comments