Sentuhan Mu Mengubah Ku
Hari yang sangat melelahkan bagi karyawan restoran ternama bertepatan di alun-alun kota. Suasana begitu ramai sampai-sampai pengunjung tiada hentinya memenuhi area tersebut.
"Hari ini rame banget ya," ucap Kartika, wanita muda berambut kuncir kuda. Ia mengeluh dengan kakinya yang terasa pegal akibat melayani pelanggan yang begitu ramai.
"Ya syukurlah rame, siapa tau kita dapet tip dari bos," balas Laura. Dia satu-satunya yang menggunakan hijab di antara teman-teman wanitanya. Senyumnya mengembang melihat begitu ramai pengunjung hari ini.
Walau kakinya tidak bisa ia pungkiri terasa ingin minta diistirahatkan sebentar, namun semua tidak bisa ia lakukan, sebab masih banyak pengunjung yang belum mendapatkan pesanan mereka. Ia sendiri sedang menunggu temannya menyiapkan pesanan pelanggan.
"Bisa jadi perkataan lo bener. Kayak tempo hari waktu mall ini ngadain festival, kita dapet tip lumayan tuh dari pak Bos," balas Kartika dengan semangat.
Lelahnya akan terbayar, walau itu terkadang masih dalam dugaan mereka, siapa tahu beneran kan.
Laura dan Kartika tertawa ringan. "Ayo semangat!" seru Laura sambil mengangkat tangannya ke udara.
Kartika juga mengangkat tangannya mengikuti Laura. Satu sama lain saling memberi semangat agar bisa menyelesaikan pekerjaan mereka dengan mudah tanpa beban.
Namun, tiba-tiba Kartika melihat sosok pria tampan yang baru saja memasuki restoran. Ia langsung berhenti Dan menatap pria itu dengan mata yang membelalak. "Gue rasa, dia tuh beneran kayak prince charming yang datang dari cerita dongeng deh." ucap Kartika dengan mata berbinar-binar.
Laura yang mendengar percakapan itu, hanya melirik sekilas dan balik lagi fokus ke pekerjaannya. "Hmm, iya kali. Tapi buat gue, dia cuma orang biasa aja."
Kartika menggigil kegirangan. "Gila! Lo liat gak sih? Dia pake jas yang pas banget, keliatan banget dia kayak superhero yang lagi nyamar jadi orang biasa. Mungkin dia sebenarnya seorang pangeran dari kerajaan yang jauh banget, yang datang ke sini cuma buat menyelamatkan kita dari rasa capek!"
Laura mengangkat alis. "Wah, hebat juga lo ya. Punya imajinasi seluas itu."
Kartika menahan napas. "Tapi lo nggak ngerti, di senyumnya itu, senyuman yang bisa bikin seluruh restoran ini tiba-tiba jadi dingin, terus semuanya jadi lebih terang. Gue rasa kalau gue senyum balik, gue bisa dapet jackpot!"
Laura hanya mengangguk pelan. "Mungkin dia cuma punya hobi senyum aja. Lo jangan kebawa perasaan."
Kartika langsung melompat sedikit. "Tapi lo bayangin deh! Kalau dia senyum ke gue, tiba-tiba restoran ini bakal berubah jadi taman bunga, terus semuanya jadi wangi! Atau mungkin, kalo gue ngomong sama dia, tiba-tiba dia bisa nyariin gue semua makanan yang gue pengen tanpa gue harus ngomong!"
Laura tertawa ringan. "Ya kali, dia jadi semacam mesin pembuat makanan instan."
Kartika tidak bisa berhenti tersenyum. "Iya! Tapi lo nggak ngerti, dia itu kayak tipe cowok yang bisa bikin apapun yang lo inginkan jadi kenyataan, kayak lampu ajaib gitu. Lo cuma usap dia, dan boom! Makanan langsung ada di depan mata!"
Laura cuma mengangkat bahu. "Ya kalau dia bisa bikin makanan muncul cuma dari senyum, kenapa gak dia langsung bikin semua restoran ini jadi kosong, biar kita bisa pulang cepet?"
Kartika melongo, "Eh, iya juga! Kalau gitu, gue bisa minta dia teleportasi gue langsung ke tempat tidur, dan tidur sampe besok siang."
Laura mengangguk dengan serius. "Nah, itu baru masuk akal. Panggil aja dia, suruh dia buat cepetin waktu buat kita."
Kartika masih tersenyum-senyum, matanya terpaku pada pria tampan yang lagi duduk. "Gue rasa, kalau dia senyum lagi, semua karyawan di sini bakal berubah jadi malaikat. Semuanya bakal jadi sempurna."
Laura memutar bola mata. "Lo kebanyakan nonton film deh."
"Tapi, beneran, dia tuh kayak... kayak... dewa yang turun ke bumi buat ngajarin kita cara hidup bahagia!" ucap Kartika dengan semangat.
Laura menggeleng pelan. "Yaudah, kalau lo pengen nungguin dia jadi dewa, gue sih siap-siap aja."
Tiba-tiba seorang pria paruh baya datang dari arah belakang restoran, mencari pegawai yang bisa membantunya. Pandangannya langsung tertuju ke Laura. "Ra sini," panggilnya sambil mengayunkan tangan kanannya.
Laura yang mendengar namanya dipanggil, langsung melihat ke arah Bram, pemilik restoran, yang berdiri tak jauh darinya. "Iya, Pak!" Laura langsung menghampiri. "Ada apa, Pak?" tanyanya, alisnya sedikit berkerut, penasaran apa yang membuat bosnya memanggilnya.
Bram mengeluarkan secarik kertas putih dan memberikannya kepada Laura. "Ini, kamu beli semua yang tertulis di sini, di tempat biasa. Saya nggak sempat banyak kerjaan di dapur. Belilah yang cepat. Barang ini lagi dibutuhkan. Uangnya ini."
Pria bertubuh gempal itu mengeluarkan beberapa lembar uang dari saku pakaiannya dengan tergesa-gesa, lalu memberikannya pada Laura dan meninggalkan gadis itu begitu saja.
Laura mengangguk pelan. "Iya, Pak!" Ia segera berlari keluar restoran. Hati dan pikirannya hanya terfokus pada pembelian barang tersebut dengan cepat, agar pelanggan puas dengan pelayanan mereka dan agar bosnya tidak marah. Memang sudah biasa, jika sedang sibuk begini, semua pasti kena ocehan dari Bram.
Laura melihat seorang pria tampan berjas rapi dengan beberapa orang berjas lainnya masuk ke dalam mall. Kakinya sulit dikendalikan, terlebih lagi di lantai tersebut terdapat tumpahan saus.
Kakinya meluncur begitu saja hingga terlihat pria yang sibuk melirik area sekitar, tanpa menyadari Laura yang meluncur cepat ke arah pria itu, terus berjalan tanpa melihat. Sampai akhirnya,
Brak!
Mereka berdua sama-sama terhempas ke lantai.
"Ah... Sakitnya!" Laura merintih kesakitan. Tubuhnya terasa seperti remuk tak berbentuk.
Penglihatan yang berbayang di mata Laura, kepalanya merasa pusing tujuh keliling. 'Apa yang terjadi dengan gue? Ayo kuat, Laura.' Ia berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakit itu.
Tiba-tiba suara bisik-bisik terdengar, serupa dengan ribuan lebah yang siap menyerang. Gadis itu perlahan sadar, ia melihat banyak orang berkerumun di sekeliling mereka, membicarakan kejadian ini. Bola matanya mengitari semuanya, lalu berhenti sejenak menatap pria tampan di depannya.
Pria itu juga menatap Laura dengan ekspresi datar dan dingin. Seolah-olah badai besar sedang mengancam dan siap menghancurkan pohon yang kuat.
Tubuh Laura merinding seketika. Ia pun bergerak perlahan untuk meminta maaf atas kelakuannya. Meskipun tubuhnya masih terasa sangat sakit, ia dengan pelan bangkit dan sedikit membungkukkan tubuh. "Ma-maafkan saya, Pak! Sa-saya nggak sengaja!" Perasaan salah begitu menyelubungi dirinya. Ia sadar kalau ia yang salah dalam hal ini.
Laura merasa sangat ketakutan, tubuhnya bergetar hebat. Apa yang akan terjadi padanya setelah ini? Ia merasa seperti telah membuat kesalahan besar, padahal semuanya tidak disengaja.
Begitulah, terlalu semangat memikirkan pekerjaan, sampai-sampai ia lupa tentang kondisinya sendiri. Mengingat kondisi mall yang sangat ramai, ia terburu-buru dan malah mencari masalah.
Gadis itu tidak menyangka, tubuhnya semakin sakit. Kepalanya terasa semakin berat, bahkan penglihatannya mulai berputar lagi. Penglihatannya perlahan semakin gelap.
......................
Garis mata dengan bulu mata lentik yang sedari tadi tenang, kini bergerak perlahan. Gadis itu terbangun, namun matanya masih enggan terbuka. Tangannya diangkat untuk memegang kepala yang mulai terasa sakit kembali.
"Sakit banget kepala gue. Kenapa bisa begini, ya?" lirihnya pelan, menahan rasa sakit yang tak kunjung hilang.
Perlahan ia membuka mata dengan sesekali berkedip. Sinar cahaya matahari yang masuk melalui jendela sebelah kiri begitu menyilaukan.
Laura menatap ke sana kemari, kesadarannya belum sepenuhnya pulih. Ia akhirnya duduk perlahan. Matanya melirik ranjang yang lembut dan elastis, seprai berwarna coklat tua yang menyelimuti tubuhnya.
Ia mengalihkan pandangannya ke sekeliling ruangan yang terasa cukup megah baginya. Pandangan Laura terhenti saat melihat seorang pria duduk di sebelah kanannya. Bola matanya melebar, napasnya terhenti sejenak.
Gadis itu terperanjat melihat pria tampan yang mengenakan jas rapi, celana biru dongker, dan kemeja putih.
Di samping itu, pria tersebut tersenyum tipis, tangannya disilangkan di dada.
Pria itu duduk dengan santai di kursi sofa berwarna abu tua, matanya menatap Laura. Sementara, wajah gadis itu terdiam, mematung, seolah tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
kaylla salsabella
wah kira Laura ketemu siapa ya apakah teman nya Manto
2024-08-07
0
🌺awan's wife🌺
mampir kesini kak ci,,,,ep 1 seru cerita nya,,, kayaknya bakal langsung ngebut baca deh malam ini
2023-06-16
2
Rapa Rasha
assalamu'alaikum kakak ini q sdh mampir ya
2023-06-09
1