Bab ~ 03

Rahang tegas, wajah putih mulus, alis tebal, bulu mata lentik, rambut hitam pekat dengan potongan bagian samping pendek tipis, berponi bela tengah menyamping satu sisi, hidung mancung simetris, bibir ya, tipis berwarna merah jambu. Kata sempurna saja tak bisa menandingi keelokan pria di sampingnya itu.

Laura tak berhenti memandangi pria di sampingnya yang tersenyum tipis menjadi mendatar. Ia pun mengedipkan kelopak matanya sadar, bahwa seorang wanita tidak boleh memandangi pria yang bukan mahramnya. "A-anda siapa ya?" Laura tidak mau hanya diam saja, mereka berdua arungi.

Kembali garis bibir pria itu meninggi sebelah. "Tentu Kau berada di kamarku. Kau nggak sadarkan diri tadi," balas Renggra.

Ia sempat cemas dengan keadaan gadis yang pingsan secara tiba-tiba saat menabraknya. Semua itu gara-gara takutkah, atau memang kondisinya kurang baik?

Renggra tadinya akan memanggil dokter keluarga jika wanita di hadapannya belum juga pulih dalam jangka waktu setengah jam. Ternyata saat dia ingin mencoba menelpon Angga, gadisnya sadar dengan menggerakkan tangan untuk memegang kepalanya.

Syukurlah jika itu pertanda gadisnya syok saja. Pria itu akan memanggil dokter untuk mengecek kesehatan gadisnya jika masih merasakan sakit.

"Apakah Kau mengingat siapa aku?" Renggra ingin memastikan bahwa Laura mengingatnya.

Kedua alis gadis itu mendalam, kembali ia menatap dalam pria di hadapannya itu. Bola matanya memindai untuk mencari jawaban.

Bayangan terlintas dengan kejadian tadi. Di restoran tempatnya bekerja sedang banyak orang yang membeli, sehingga ada barang yang habis.

Bosnya menyuruh membeli barang di luar mall. Berlari dengan cepat, sampai menabrak seorang. Wajahnya sama dengan pria yang berada di sampingnya. Kembali Laura terperanjat. 'Gawat!' debaran jantungnya memacu kian cepat.

Ia pun bergerak turun dari atas tempat tidur dan berdiri tegap. "Maaf Pak! Ta-tadi saya menabrak anda?" saat ini gadis itu ketakutan. Ia sepertinya dalam masalah besar. Tapi anehnya ia berada dimana saat ini?

Apakah ia telah di tolong pria di hadapannya itu dengan dalil untuk meminta pertanggung jawaban atas kesalahan yang ia perbuat? Namun tampaknya pria di hadapannya baik-baik saja. Apa sebenarnya pria itu juga terluka makanya ia duduk saja di kursi?

Laura meneguk salivanya begitu susah dalam masalahnya ini. Debaran jantungnya saja begitu tak beraturan memompa.

Kerutan alis Renggra menjadi naik sebelah. Apa sebenarnya yang di pikirkan gadisnya? Tampak sekali terlihat mati ketakutan. Walau begitu Laura terlihat menggemaskan. Renggra menjadi kikuk sendiri. "It doesn't matter! Ada syaratnya!"

Gerakan jari jemari Laura begitu lincah meremas kedua tangannya. Apakah ia ternyata dalam masalah? Tampaknya pria di hadapannya tidak mudah untuk melepaskannya. "Baru kali ini meminta maaf harus ada syaratnya, Pak," protesnya. Bukan tak geli Renggra mendengar gadisnya tanpa takut mengeluarkan apa yang ia pikirkan.

"Tapi nggak apa-apa sih, jika itu bisa membuat Anda memaafkan saya secara ikhlas." Laura ingin juga secepatnya enyah dari pria di hadapannya itu. Ia bisa kembali pada pekerjaannya yang belum selesai. "Apa syaratnya, Pak?" walau ia takut tak sesuai harapannya. Asal jangan berurusan dengan uang. Gadis itu tak memiliki banyak uang untuk menebus kesalahannya. Soal tenaga masih bisa ia sanggupi.

Lagi-lagi garis bibir pria tampan itu meninggi. Semudah itukah mengajak gadisnya berkompromi? Renggra ingin mengetahui jawaban yang tentu wanita di hadapannya itu akan menolak. "Kau akan segera menikah denganku. Jarak waktunya satu minggu ke depan. Kau juga akan tau pelan-pelan siapa aku?"

Bola mata Laura kembali mendelik. Ia tidak ingin mempercayai ucapan yang di lontarkan pria di hadapannya itu. Menikah? Ia belum siap! Masih banyak tanggungan hidupnya.

Laura mengigit bibirnya untuk mencari alasan yang tepat untuk menolak ajakan pria di hadapannya itu. Ia juga masih sangat muda, di tambah ia tidak mau misalnya di jadikan istri simpanan pria di hadapannya itu. Lampu terang tampaknya menghidupkan kepalanya yang tadinya gelap gulita, buta akan sebuah alasan.

"Masalahnya saya sudah menikah Pak!" bohongnya. "Apa Bapak nggak malu menyuruh wanita yang sudah menikah, lalu menikah lagi dengan Anda?" semoga kebohongan yang di buatnya memberi jalan keluar dari syarat yang terbilang aneh itu.

Walau sebenarnya Laura tertarik pada pria yang terbilang tampan. Siapa sih yang tidak menyukai raut wajah pria di hadapannya. Mempunyai istri banyak tampaknya tidak akan cukup juga untuk memuaskan hasrat si pria. Laura sudah hilang rasa duluan terhadap Renggra.

Kali ini bukan garis bibir saja yang meninggi, bahkan tawa kecil itu di keluarkan oleh Renggra. "Apa aku nggak salah dengar ya? Setahuku, kau itu bernama Laura Anindia, usiamu 23 tahun. Tinggi sekitar ya 155 centimeter. Kau berstatus masih single, masih berkerja di mall baru sekitar satu tahun." santai Renggra mengukur kekurangan dan kebohongan yang gadisnya buat.

Penolakan itu telah terbukti dari wanita di hadapannya itu. Pendirian yang sampai saat ini masih tetap kokoh. Beribu alasan pasti banyak sekali dalam benak pikiran gadis di hadapannya itu. Renggra bukan tak tahu siapa Laura.

Laura menelan salivanya yang kelat, sembari meremas-remas sisi pakaiannya. Ternyata pria ini tahu dengan identitasnya. Namun ia tidak akan tinggal diam. Ini menyangkut masa depannya. Semua jalan hidupnya ialah yang menentukan.

"Bapak nggak boleh melakukan tindakan ini tanpa meminta pendapat dari saya dulu. Masalah saya hanyalah sedikit menabrak Anda tanpa sengaja. Bapak juga dilihat baik-baik aja. Enggak semudah itu saya harus menyerahkan diri saya dan menikah dengan Anda. Kita juga nggak saling mengenal," tolak Laura tegas.

Bukan Renggra tak memiliki banyak alasan untuk mengambil yang sudah menjadi miliknya. "Sudah bicaranya? Mari perkenalkan identitas saya. Nama saya Renggra Wijaya, Kau pasti kenal bukan?" Renggra ingin tahu, apakah gadisnya akan mengingat sesuatu.

Laura tersentak. Bukannya namanya Renggra Wijaya itu adalah pria tampan berhati iblis itu. Apalagi desas-desus tentang pria yang menyukai sesama jenis itu. Detak jantung Laura semakin berdegup kencang. Kisah pria itu saja sudah tersebar bahwa menyingkirkan wanita yang menyentuhnya.

Seharusnya ia di singkirkan dong, bukan di nikahi. Oh atau jangan-jangan semua kabar itu hanya angin belaka. Nyatanya wanita itu di nikahnya. Sudah berapa banyak wanita yang menjadi istrinya? Laura membuang napas kasar. Ia tak mau dijadikan permainan pria di hadapannya itu.

Namun apa yang harus ia lakukan? Laura berperang dalam pikirannya mencari jalan keluar dari masalahnya.

Renggra semakin penasaran dengan apa yang dipikirkan gadisnya itu. Dari pada menunggu penolakan yang berujung tak berkesudahan pembicaraan mereka, ia pun mencoba permainan yang seru untuk menjahili Laura.

Renggra berdiri mendekati Laura dengan wajah sinisnya. Sedangkan Laura mendengar suara langkah kaki Renggra menuju padanya, ia langsung tersadar dan melihat Renggra dengan perasaan cemas, sulitnya menelan saliva. Ia saja sampai mundur dan terduduk di tempat tidur.

Kedua tangan Renggra memegang kedua sisi tempat tidur untuk mengunci pergerakan Laura yang tampak sekali kedua mata gadisnya memindai, pertanda rasa ketakutan itu terlibatkan.

Bagaimana tidak begitu, wajah mereka berdua sangat dekat, jantung Laura rasanya ingin melompat keluar area. Seumur-umur ia tidak pernah sedekat ini dengan pria manapun. Ia sangat takut jika Renggra berbuat sesuatu terhadapnya.

"Berpikirlah! Jangan coba untuk menolakku! Ini adalah hukumanmu! Siapa suruh kau menabrakku tadi? Kau juga taukan, aku nggak suka dengan wanita? Sedikit aja dia menyentuhku," Renggra menyeringai. "Akan berurusan dengan pihak tertentu."

Bola mata Laura semakin memindai dengan detak jantungnya tak beraturan, bukan ia tidak ingin mempercayai. Tapi berita itu memanglah begitu. Akan tetapi Laura tegap dalam pendirian. Pasti pria di hadapannya itu menikahi semua wanita yang menyentuhnya.

Emang masih ada yang percaya bahwa pria ini tidak menyukai wanita mana pun? Apalagi kalau sudah di suguhkan dengan penampilan yang seksi. Kucing saja tidak menolak di berikan ikan asin. Apalagi pria di hadapannya ini. Mustahil Laura mempercayai semua itu.

"Tapi untukmu, aku beri keringanan. Jika Kau masih menolak, maka habislah keluargamu sampai ke akar-akarnya. Ingat juga yang satu ini, masa depanmu akan hancur!" Renggra menjauhi gadisnya dengan kembali berdiri. "Pikirkan dengan benar, mana yang cocok untukmu." senyuman sinis itu ia sematkan agar gadisnya berpikir panjang.

Laura masih pada modenya. Lidahnya sangat susah untuk mengeluarkan sebuah kata-kata. Tubuhnya saja sangat bergetar melihat kedua mata Renggra yang terlihat ingin menelannya hidup-hidup.

"Aku keluar dulu. Nanti ada yang mengurusmu. Tenang-tenanglah di kamarku. Jangan membuat ulah," ucap Renggra dengan tatapan mengancam. Ia pun segera berlalu meninggalkan gadisnya di kamar untuk berpikir sejenak.

Laura baru bisa bernapas lega dengan menundukkan kepala. Buliran cairan yang mendesaknya untuk segera di keluarkan, begitu saja lolos dari tempatnya.

Ia tak habis pikir, mengapa harus dirinya yang menikah dengan pria itu? Apalagi melaksanakan pernikahan dalam jangka waktu yang singkat. Gadis itu tidak tahu harus apa. Pikirannya melayang kemana-mana, rasa gelisah, cemas, dan takut menjadi satu. Ia tidak mau di jadikan sebagai istri simpanan atau permainan pria hidung belang. Isak tangis akhirnya pecah.

Terpopuler

Comments

🌺awan's wife🌺

🌺awan's wife🌺

apakah pak renggra semacam alergi pada semua wanita dan hanya Laura saja yg dapat menyentuhnya 🤔🤔🤔🤔

2023-06-16

1

Rapa Rasha

Rapa Rasha

masih mesteri tpi suka lanjut kak

2023-06-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!