Pura-pura Miskin

Pura-pura Miskin

Awal Mula

"Paula Papa gak setuju dengan apa yang kamu mau," tegas seorang pria yang tak lain adalah ayah dari Paula.

"Paula pengen hidup mandiri Pa, Paula gak mau selama hidup Paula, Paula gak ngapa-ngapain," kekeh anaknya.

"Sudahlah Pa biarkan anak kita melakukan apa yang dia mau," ibunya Paula terlihat membela dirinya.

Paula mengangguk setuju, "Ayolah Pa, dua bulan saja atau satu bulan aja," pinta Paula memasang wajah memelas.

"Ya sudah, tapi awas kalau sampai kamu nanti pulang kenapa-napa. Papa akan buat perhitungan."

Paula kegirangan sambil memeluk papa nya, "Makasih papa ku yang baik hati."

Jadi Paula meminta pada ayahnya untuk keluar dari rumah ini dan bekerja, kehidupan sempurna nya sangat membosankan bagi Paula. Terlahir dari keluarga yang sudah kaya raya membuat ia bosan, orang lain mah ingin kaya dia malah bosan kayak.

Kini dirinya pergi ke kamar untuk membereskan bajunya yang akan ia bawa keluar, ia juga pergi dari rumahnya akan di temani oleh asisten pribadinya.

"Dika, tolong pilihin baju yang keliatan kayak orang biasa dong," ujar Paula kebingungan menatap bajunya yang amat banyak.

"Lebih baik beli lagi aja, baju ini semua bermerek, orang yang tau merek mana mungkin percaya kamu miskin kalau pake baju ini."

"Oh gitu yah, ya udah deh kita mendadak beli aja."

________

Paula dan Dika pergi mencari sebuah apartemen, walaupun Paula ingin pura-pura miskin tapi ia tetep kekeh ingin tinggal di apartemen. Dika pergi ke Mall untuk membeli beberapa baju, sementara Paula berkeliaran di apart nya, "Wah gak nyangka gue bisa tinggal sendiri juga," Paula kegirangan.

Tak lama setelah itu Dika datang dengan membawa barang yang Paula butuhkan untuk besok hari pertama Paula kerja, dengan bantuan ayahnya Paula langsung bisa masuk kerja di perusahaan perdagangan.

"Beli baju segini banyak cuman 5 juta? Wah baru tau," Paula membuka dan memberantakkan belanjaan tersebut.

"Jangan di berantakin," Dika tampak pusing.

"Sorry," Dengan senyuman tanpa dosanya Paula membereskan kembali semua barang itu, sayang nya niat baik Paula sia-sia, gadis itu hanya menumpuk baju-baju juga yang lainnya.

"Jangan gitu, nih saya ajarkan caranya membereskan semuanya dengan benar," Dika melipat baju-baju tersebut lalu menyusunnya ke dalam lemari.

Paula mengangguk mengerti, ia juga mulai mencontoh Dika membereskan dan menata barang-barangnya yang lain juga. Selesai membereskan semua itu ia tiduran di kasur, "Ternyata ini sangat melelahkan," gumamnya sembari menatap atap.

__________

Paginya Paula telah siap dengan pakaian yang di pilihkan Dika untuknya, kini Dika mengantarkan Paula menaiki taksi. Paula bersikeras tidak ingin naik mobil pribadinya, karena Dika khawatir bos nya kenapa-napa jadi ia mengikuti taksi itu dari belakang.

Tak lama sampailah mereka di perusahaan yang di maksud ayahnya Paula, Paula di antar masuk oleh teman ayahnya itu, "Pokoknya nanti bilang aja kalau aku dari kampung, jangan bilang kalau aku orang kayak," ucap Paula di perjalanan menuju ruangannya yang berada di lantai 10.

"Baik semua beres."

Paula sempat belajar manajemen di luar negeri jadi ini bukanlah hal yang sulit baginya, Paula di perkenalkan sebagai karyawan baru di sana. Paula berada divisi pemasaran, "Ira, tolong ajarkan Paula," ucap teman ayahnya itu.

"Baik," balas Ira.

"Paula kau ikuti saja arahan Ira."

"Baik."

Paula langsung duduk di mejanya dan Ira menjelaskan apa saja yang harus Paula lakukan, "Baik saya sudah paham, terimakasih."

"Sama-sama," Ira duduk kembali ke meja nya yang berada di samping Paula.

Kemudian datanglah seorang pria muda di temani seorang wanita yang sepertinya adalah asisten pria itu, semua karyawan di sana bangun untuk menyapa kedatangan pria itu. Paula celingak-celinguk karena semua bangun ia ikutan bangun juga.

"Jadi siapa karyawan baru di sini?" tanya pria itu berdiri di depan ruangan.

"Saya pak," Paula angkat tangan.

"Baiklah," setelah itu pria tersebut kembali meneruskan langkahnya menuju ruangan kerja miliknya yang berada di samping ruangan ini.

Semua karyawan di sana kembali duduk di kursi mereka, "Dia CEO nya?" tanya Paula pada Ira.

"Iya, tapi kamu pokoknya jangan macam-macam sama dia. Galak soalnya," balas Ira pelan.

"Oke," karena ruangan CEO itu terdapat kaca jendela Paula terus saja menatap pria tersebut.

Dia bernama Revano, seorang CEO muda yang terkenal akan angkuh nya. Parasnya begitu menawan dan tubuhnya kekar berisi, semua tampak menyukai Revano sayangnya sifat dia tidak sebagus fisiknya.

Revano belum menikah karena sepertinya tipe dia sangatlah tinggi, asisten pribadi bernama Niki ia sejak lama sudah mengagumi Revano sayangnya Revano tidak pernah mau melirik dirinya sedikitpun.

"Tuan ini berkas yang harus anda tanda tangani," Niki menyimpan berkas di meja Revano.

Revano mengambil berkas itu dan membacanya, "Hari ini ada jadwal rapat kan?"

"Iya Tuan, untuk iven bulan depan."

"Bawa tiga orang dari divisi pemasaran, bawa juga karyawan baru itu agar belajar."

"Baik Tuan saya akan sampaikan," Niki berjalan keluar ruangan.

"Hari ini ada rapat, kalian bertiga ikut, Paula kau juga ikut," Niki menunjuk Paula.

"Saya?" Paula menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, Tuan Revano sendiri yang minta. Katanya agar kau bisa belajar dengan cepat, melihat data diri kamu yang non pengalaman."

"Baik."

"Rapatnya akan di mulai nanti jam 9, kalian masih punya waktu untuk bersiap-siap. Kita akan membahas iven yang akan di adakan bulan depan, kalian mengerti? Jika tidak ada yang mengerti boleh bertanya."

"Mengerti," jawabnya serentak.

"Baik kalau begitu saya tinggal," Niki kembali ke ruangannya.

Yang akan ikut rapat adalah Paula, Ira, Gilang juga Fahmi. Paula segera menghampiri Ira, "Jadi apa yang harus saya lakukan nanti?" tanyanya.

"Ini rapat pertama kita untuk iven bulan depan, jadi tugas kita nanti hanya mendengarkan apa yang akan di sampaikan di sana. Barulah setelah itu kita harus menyusun rencana untuk pemasarannya nanti.

"Oke makasih," Paula tersenyum lalu duduk di kursi.

__________

Sudah jam sembilan, kini waktunya rapat telah tiba Paula terus bersama Ira sambil membawa buku catatan ban bal poin. Untuk mencatat hal penting di sana, mereka pergi ke ruangan rapat di sana sudah terdapat banyak orang yang sedang menunggu CEO mereka datang.

Revano datang bersama Niki, ia duduk di tempatnya sedangkan Niki berdiri di depan untuk menjelaskan susunan rencana yang di buat Revano.

"Baik semuanya, jadi minggu depan perusahaan akan mengadakan sebuah iven besar untuk memperkenalkan produk baru kita," Rapat di mulai dan di akhiri dengan lancar semua divisi mendapatkan tugasnya masing-masing.

Terpopuler

Comments

Tuubanasukha

Tuubanasukha

awal

2023-06-01

0

Tetik Saputri

Tetik Saputri

mampir

2023-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!