Revano dan Niki memilih makan siang di kantin yang ada di kantor, Paula berjalan ke arah vending machine. Ia membuka dompetnya lalu menghela nafasnya dalam-dalam, "Sialan kok gak ada uangnya sih?" gumamnya.
Revano tak sengaja menatap ke arah Paula, ia kemudian berjalan menghampirinya lalu memberikan uang 10 ribu pada Paula.
"Gak punya uang?" tanyanya yang sontak membuat Paula kaget.
Paula menatap Revano cukup lama.
"Ambil," tambah Revano.
Sebenarnya bukan tidak punya uang tapi mesin itu hanya menerima uang pas sedangkan Paula tidak punya uang receh di dompetnya hanya ada uang pecahan 100 ribu.
Paula mengambil uang dari tangan Revano, "Makasih pak," balasnya sembari tersenyum.
Dari kejauhan Niki menatap tak suka pada apa yang Revano lakukan, setelah memberi Paula uang ia kembali ke meja nya untuk meneruskan makan siangnya.
"Kenapa sih pak mau bantuin dia?" tanya Niki heran.
"Kasian saja, saya pernah merasakan bagaimana sulitnya mendapatkan uang dulu," balas Revano dingin.
Dulu Revano tidak sekaya ini, ia harus membangun perusahaannya sendiri dengan susah payah. Sementara itu setelah Paula mendapatkan minumannya ia menghampiri Ira, "Darimana?" tanya Ira menatap Paula.
"Abis beli minum," Paula menunjukkan apa yang ia beli.
__________
Saat waktunya pulang Paula menunggu datangnya Niko namun tak kunjung datang, ia sampai melihat arloji nya beberapa kali sembari mengumpat.
"Kemana sih lama banget?" tanyanya sembari celingukan.
Tiba-tiba sebuah mobil pajero berhenti di hadapannya, itu ternyata adalah Niki dan Revano.
"Masuk!" titah Revano.
"Saya?" Paula menunjuk dirinya sendiri setelah melihat ke sana kemari hanya ada dia.
"Ya iyalah memangnya ada yang lain di sana?" balas Revano dingin.
Paula segera masuk ke mobil Revano, mobil itu kembali melaju.
"Kita akan makan malam bersama di restoran flower, untuk bertemu dengan Tuan Michael. Dia adalah investor baru perusahaan kita, jadi jangan berbuat kekacauan di sana," tegas Niki.
Paula kaget mengapa mereka mengajak dirinya, mana mendadak lagi, "Tapi kenapa saya harus ikut?" tanya Paula kebingungan.
"Pak Revano sendiri yang minta," balas Niki.
Paula kini menatap Revano yang malah sibuk dengan ponselnya, "Maaf Pak saya harus bagaimana nanti di sana?"
"Kau dengarkan saja apa yang di jelaskan nanti, kau mengerti kan?"
"Baik Pak."
Tak lama setelah itu mereka sampai di restoran Flower. Mereka pergi ke ruangan yang privat agar obrolan mereka tidak menganggu pengunjung lain, di sana Michael dan dua asistennya telah menunggu kedatangan mereka.
Mereka bersalaman, tapi alangkah kagetnya Paula ketika melihat Michael yang tak lain adalah teman ayahnya sendiri.
"Sialan mati aku," gumam Paula dalam hatinya.
"Paula," Michael yang mengenal Paula langsung memanggilnya dan tersenyum ke arah Paula.
Niki dan Revano ikut menatap ke arah Paula karena heran mengapa Michael bisa tau kalau itu adalah Paula mereka kan belum memperkenalkan Paula pada Michael.
"Halo, saya Paula. Kita kemarin gak sengaja ketemu kan yah di jalan," Paula bersalaman lagi dengan Michael sembari memberi kode untuk diam.
Karena Michael tidak mengerti akhirnya Paula bicara dalam bahasa Francis pada Michael. Ia mengatakan untuk diam dan tidak membongkar siapa Paula yang sebenarnya karena ia kini tengah menyamar jadi rakyat biasa untuk belajar mandiri.
Kini Michael paham dan mereka kembali bicara bahasa Indonesia. Semuanya di persilahkan duduk, Niki dan Revano kaget mengetahui Paula bisa bahasa Francis.
__________
Selesai rapat mereka pulang, di mobil, "Kau belajar bahasa Francis?" tanya Revano.
"Bisa dikit-dikit," balas Paula cengengesan.
"Bicara apa saja tadi?"
"Hanya membicarakan pertemuan saya dengan Pak Michael kemarin, kami bertemu tanpa sengaja saat saya baru pulang dari supermarket."
"Oh," Revano hanya menganggukkan kepalanya.
Niki semakin panas dan tidak mau posisinya di geser oleh Paula, Paula minta di turunkan di terminal bus. Setelah turun dari mobil Revano ia pun masuk ke dalam bus untuk pulang ke apartemennya.
Ternyata di dalam bus sudah ada Niko yang mengawasi dirinya sedari tadi, "Kemana tadi gak di jemput?" tanya Paula.
"Maaf tadi ada urusan mendadak."
"Sialan."
Sementara itu di tempat lain Revano telah sampai di rumahnya, ia punya rumah sendiri dan tinggal di sana sendirian. Kini dirinya tengah duduk di taman belakang di temani segelas coklat panas, matanya menatap penuh arti pada langit.
Sebuah kilas ingatan di masa lalu terkadang muncul di kepalanya dan membuatnya jadi merasa sedih, hidupnya benar-benar sepi dan hampa.
Ponselnya berdering, saat ia melihat siapa penelpon nya ia hanya tersenyum sinis tak ada sedikitpun niatan untuk menjawab telpon tersebut. Revano kembali menatap langit malam yang begitu cantik itu, di tempat lain dari balkon apartemen Paula juga tengah menatap langit malam di temani segelas coklat panas dan Dika yang selalu ada.
Niko sudah di anggap teman oleh Paula, Dika kadang jadi teman curhatnya juga.
"Malam ini indah yah," gumam Paula.
Dika ikut menatap langit, "Iya sangat indah, ribuan bintang tengah menemani sang bulan yang kesepian."
"Mulai deh puitis," Paula memukul lengan Dika perlahan.
"Kan cita-cita saya emang jadi penulis puisi," canda Dika.
"Jadi nyesel gitu kerja sama gue?"
"Enggaklah, malah seneng."
"Bagus entar gue naikkin gajih lu."
"Gajih saya sama gajih kamu tuh sekarang tinggian gajih saya."
"Oh gitu yah?"
"Iyalah."
"Enak banget dong kerjaan lu cuman-"
"Cuman apa?"
Paula tak berani menjawab ia malah cengengesan karena ia tau arah pembicaraan Dika mau kemana. Nyatanya mengurus dirinya bukanlah hal yang mudah, karena suka membangkang dan nanti Dika yang akan di marahi oleh orang tua Paula karena tidak bisa mengurus Paula dengan benar. Padahal memang Paula nya saja yang bandel.
"Makasih yah udah mau bertahan sampai sekarang," Paula tidak tau bagaimana jadinya kalau Dika tidak menjadi asisten pribadinya.
"Tenang saja," Dika tersenyum pada Paula.
Sangking sibuknya mengurus Paula, Dika sampai belum punya pacar.
"Gimana kalau sekarang lu fokus cari pacar, gue bakal liburin lu beberapa hari. Kasian lu gak punya pacar gara-gara terlalu sibuk ngurusin gue."
"Gak, itu mah urusan belakangan."
"Ih nanti gak laku-laku tau."
"Gak papah, saya tidak mau meninggalkan kamu. Entar kalau kenapa-napa saya yang kena marah."
"Tapi lu juga butuh temen hidup tau, masa mau gini terus?"
"Kalau ada jodohnya juga nanti pasti ketemu."
"Yah kalau gak di cari gak bakalan ketemu, makannya cari cewek dari sekarang."
"Tidak saya mau fokus menjaga anda, apalagi jauh dari Tuan besar sekarang."
"Ih lebay banget sih, gue gak bakalan kenapa-napa kok gak di jagain lu."
"Enggak."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments