Sepulang party Paula segera masuk mobilnya yang di dalam mobil sudah ada Dika, "Kenapa tidak membalas pesan ku tadi? Nanti Tuan besar-" Paula memotong ucapan Dika.
"Sudah aku lelah jangan banyak bicara, aku lelah ingin tidur cepetan pulang," potong Paula sambil memejamkan matanya.
"Baik."
Sesampainya di apartemen Paula langsung ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, setelah dari kamar mandi ia tiduran di kasur sembari mencoba menelpon Ariel dan juga Kelvin.
Paula melakukan Vidio Call pada mereka, "Hay gays," sapa Paula sembari melambaikan tangan pada mereka.
"Tumben telpon jam segini?" tanya Ariel.
"Iya, gak biasanya, tapi keknya itu bukan di kamar lu deh. Kamar siapa?" tanya Kelvin yang sudah hapal seperti apa kamar Paula.
Paula tersenyum, "Gue pindah ke apartemen dan gue juga kerja."
"What?" Ucap Ariel dan Kelvin berbarengan dengan wajah kaget mereka.
"Seriusly?" tanya Ariel kurang percaya.
"Serius tau."
"Bokap sama nyokap lu gak marah emangnya?" tanya Kelvin yang tau juga bagaimana kedua orang tua Paula memperlakukan Paula bak putri raja.
"Yah mereka awalnya nolak permintaan gue, tapi dengan wajah memelas gue akhirnya mereka setuju dan membiarkan gue lakuin ini," jelas Paula.
"Keren, orang mah pengen hidup kayak, lu malah mau jadi kek gini," Kelvin menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan apa yang Paula lakukan.
"Bosen," balas Paula dengan santainya.
"Yah iya sih, tapi ada apa sih telpon kita gak kayak biasanya aja?" tanya Ariel.
"Bulan depan kantor bos gue mau ngadain iven peluncuran produk baru mereka, kalian di undang buat tampil mau kan?" tanya Paula.
"Tanggal berapa? Gue sih ayok aja, kalau pun ada yang bentrok gue bakalan milih lu," timpa Kelvin.
"Tanggal 17."
"Kebetulan gak ada jadwal di tanggal itu, gue siap," ujar Ariel.
"Gue juga siap, entar tinggal ngomong sama manajer gue," timpa Kelvin.
"Oke makasih yah, nanti kalau itu tinggal chat gue lagi aja," balas Paula.
"Oke."
"Ya udah gue matiin yah, gue mau tidur capek banget seharian kerja," pamit Paula.
"Oke, tidur yang nyenyak."
Paula mematikan sambungan telponnya, ia menyimpan ponselnya di meja lalu mulai memejamkan mata. Sementara Dika tidur di apartemen sebelahnya, di tempat lain Revano masih berada di kantor dengan Niki.
"Saya yakin wanita itu akan gagal mendapatkan Ariel dan Kelvin, jadwal mereka sangat penuh. Kau bisa carikan penyanyi lain?" Revano menatap Niki yang berada di depannya.
"Baik Tuan saya akan coba cari Penyanyi lain, nanti saya kabari jika saya sudah mendapatkannya," balas Niki.
"Ya sudah, saya mau pulang," Revano bangun dari duduknya.
___________
Paginya Paula kembali ke kantor tepat waktu, Ira segera menghampiri Paula untuk menanyakan sesuatu, "Jadi gimana? Gak dapet kan?" tanyanya.
Paula tersenyum, "Udah kalian tenang saja, Ariel dan Kelvin sudah setuju untuk datang ke sini bulan depan. Maksud saya manajer mereka sudah bilang iya."
Ira dan semua yang ada di ruangan itu memasang wajah tak percaya, "Gak lagi bercanda kan?" tanya Niko.
"Iya gak usah bercanda, bulan kemarin saja kita kesulitan menghubungi mereka," Ira masih tak percaya.
Paula tersenyum lagi, "Beneran ini buktinya," Paula mengirim konfirmasi dari kedua manajer Ariel dan Kelvin.
Semua yang ada di ruangan bertepuk tangan memberikan selamat, mereka tak menyangka kalau Paula akan berhasil melakukannya. Saat sedang asik tiba-tiba Niki dan Revano datang, "Ada apa ini?" tanya Revano.
"Ariel dan Kelvin setuju untuk menghadiri acara kita bulan depan," jelas Gilang.
"Seriusan?" Niki menatap Paula tak percaya.
"Serius, ini chat dari kedua manajer mereka," Paula menunjukkan buktinya.
"Hebat," Revano sedikit memuji keberhasilan Paula, karena memang mendapatkan kedua orang itu sangat sulit.
Revano dan Niki masuk ke ruang kerjanya, "Hebat juga tuh anak baru," gumam Revano.
Niki terlihat sangat kesal, bagaimana bisa Paula melakukan itu padahal dirinya kemarin gagal.
"Sialan," umpat Niki dalam hatinya.
Di luar mereka masih kegirangan dengan keberhasilan Paula, "Hebat juga, gimana caranya sih?" tanya Niko.
"Rahasia," canda Paula sembari ketawa-ketawa.
"Oke, sekarang kita fokus pada yang lainnya. Paula kau bisa buat brosur?" tanya Gilang.
"Bisa."
"Buat brosur semenarik mungkin untuk acara nanti, kau buat beberapa nanti saya pilih mana yang cocok."
"Baik."
__________
Saat jam makan siang tiba-tiba di jalan menuju kantin Paula tak sengaja menabrak Revano yang juga sedang berjalan menuju kantin, "Sorry," ucap Paula sembari menundukkan badannya.
"Kamu kalau jalan bisa liat gak? Hati-hati dong. Berantakan kan jadinya," bentak Niki yang langsung merapihkan jas Revano.
"Sudah tidak usah," Revano menghempas tangan Niki.
"Maaf, saya benar-benar tidak sengaja."
"Lain kali jangan jalan sambil ngobrol," tegas Revano kembali melanjutkan langkahnya di ikuti oleh Niki di belakang.
"Untung aja mood pak Revano lagi bagus, kalau enggak bisa mati kamu tadi nabrak dia," ujar Caca.
"Emang kenapa?" tanya Paula kebingungan.
"Yah pasti marah besarlah, ah udah ah kita ke kantin aja yuk udah laper nih aku."
______
Revano dan Niki pergi rumah Revano tadi orang tua Revano menghubunginya dan meminta mereka untuk makan siang bersama, sesampainya di sana mereka langsung pergi ke ruang makan tapi ada pemandangan tak enak yang membuat Revano kembali meninggalkan ruang makan.
Ibunya Revano yang melihat anaknya kembali pergi langsung mengejarnya, "Tunggu," ia menahan tangan anaknya.
"Kenapa ada dia di sini?" tanyanya dingin.
"Kakak mu baru datang dari Amerika, dia ingin makan siang bersama tolong jangan pergi," pinta ibunya.
"Ya sudah kalian lanjutkan saja acara makan siangnya," balas Revano dingin.
Tiba-tiba kakaknya menghampiri Revano, "Mau sampai kapan kau bersikap kekanak-kanakan seperti ini?" tanyanya yang membuat mood Revano semakin jelek.
"Sampai kau hilang dari hidupku," tegak Revano yang menatap tajam kakaknya.
Kakak Revano bernama Renaldi Atau biasa di panggil Aldi saja. Aldi tinggal di Amerika untuk kerja, hubungan di antara mereka memang sedang tidak baik-baik saja sejak 5 tahun kebelakang.
Entah apa yang membuat mereka seperti ini, tapi Revano sangat membenci kakaknya bahkan hanya untuk melihatnya saja ia tidak mau.
"Kalau kau ingin makan siang bersama keluargamu lakukanlah, aku pergi," Revano pergi dari sana, Niki mengikuti Revano keluar dari rumah.
"Sudah lah Ma, kita lanjutkan makan siang kita. Revano memang masih belum mengerti," Aldi menarik tangan ibunya untuk kembali makan siang.
"Kau sudah coba minta maaf padanya," tanya ayahnya.
"Sudah Pa, sudah berapa kali aku minta maaf padanya tapi dia tetap bersikukuh untuk tidak memaafkan ku," jelas Aldi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments