Party Karyawan baru

Sepulang rapat Paula kembali ke kursinya ia menyenderkan tubuhnya ke senderan kursi, "Ah lelahnya," Gumam Paula.

"Ini belum seberapa, tapi tenang aja nanti juga bakalan terbiasa," ujar Ira.

"Siap-siap nanti setelah jam makan siang kita ada rapat juga," tambah Ira.

"Rapat apa lagi?" tanya Paula menatap Ira.

"Kita rapat untuk rencana pemasaran kita, rapatnya juga cuman divisi pemasaran doang."

"Oke."

_________

Kini waktunya makan siang, Paula dan Ira makan siang di kantin kantor mereka tampaknya mulai berteman.

"Kamu baru lulus kuliah?" tanya Ira.

"Iya, baru aja lulus jadi aku mutusin buat kerja."

"Dari kampung? Pak Drian bilangnya gitu soalnya," Drian adalah teman ayahnya Paula yang tadi pagi mengantarkan Paula.

Paula mengangguk.

"Terus kuliah karena beasiswa?"

Paula kembali mengangguk.

Tiba-tiba ada dua orang yang ikut makan di sana, "Gak papah kan gabung?" tanyanya.

Paula dan Ira langsung mengangguk tak masalah mereka ikutan bergabung, "Kenalin nama aku Caca, aku sama di divisi pemasaran."

"Aku Niko, sama juga di divisi pemasaran."

"Paula," Paula tersenyum pada mereka.

"Eh gimana kalau nanti malam kita party? Buat menyambut karyawan baru kita," usul Niko.

"Wah seru tuh," Timpa Caca setuju.

"Gimana mau kan?" tanya Caca menatap Paula.

"Boleh," Paula setuju.

"Hore, kita parti di kafe biasa aja," usul Ira.

"Boleh tuh, entar kita ajak yang lainnya juga. Mereka pasti setuju-setuju aja sih. Entar pulang rapat kita langsung OTW," ujar Caca.

Selesai makan siang mereka kembali ke ruangan kerja, saat hendak mulai kerja tiba-tiba Niki menghampiri Paula, "Belikan kopi," titahnya.

"Kopi?" Tanya Paula bingung, masalahnya ini bukanlah pekerjaan dirinya.

"Iya, Tuan Revano yang minta."

"Saya yang belikan?" Paula menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, lalu siapa memangnya? OB kita sedang tidak masuk."

"Baik."

Paula dengan berat hati langsung ke kantin membelikan kofi americano untuk Revano, tapi ia kebingungan saat tidak punya uang tunai di dompetnya. Ponselnya ketinggalan di mejanya, sementara di dompet hanya ada black card, kini ia bingung bagaimana cara bayarnya. Kalau ia mengeluarkan kartu itu takutnya ke bongkar, tadi Niki tidak memberinya uang untuk beli kofi ini.

"Gak punya uang buat bayar?" tanya Niko yang tiba-tiba ada di sana dan mengagetkan Paula.

Paula gelagapan dan kemudian mengangguk, "Bukan gak punya uang sih lebih ke-" ucapan Paula di potong oleh Niko.

"Ya udah biar aku yang bayar," Niko langsung membayarnya.

"Makasih yah."

Mereka berdua berjalan ke ruangan kerjanya, Paula segera mengantarkan kofi itu pada Niki, "Oke," ucap Niki setelah mendapatkan kofi nya dari Paula.

Paula duduk di kursinya, "Niki emang kayak gitu apalagi sama karyawan baru, jadi harap di maklum," ucap Ira.

"Gak papah," balas Paula yang walaupun pada dasarnya ia sangat kesal pada Niki.

"Nanti aku kembalikan yah uangnya," ucap Paula pada Niko.

"Gak usah gak papah," Niko kasihan pada Paula jadi ia merasa uangnya tidak perlu di balikan, mereka di sini kan taunya Paula adalah gadis miskin dari kampung.

__________

Sore pun tiba kini divisi pemasaran tengah melakukan rapat, Gilang sebagai ketua di divisi ini sekarang tengah melakukan kalimat pembuka.

"Baik apakah ada ide lain dari kalian?" tanya Gilang pada rekan-rekan kerjanya.

Paula angkat tangan.

"Baik Paula, silahkan," Gilang mempersilahkan Paula bicara.

"Bagaimana kalau acara nanti kita undang seorang penyanyi untuk lebih memikat orang-orang," usulnya.

"Ide yang bagus, ada usulan dari yang lainnya?" tanya Gilang kembali.

Ira angkat tangan.

"Baik Ira, silahkan."

"Kalau seandainya kita mengundang penyanyi berapa penyanyi yang akan kita undang? Lalu siapa penyanyinya. Kita harus mengundang penyanyi yang dapat menarik banyak orang-orang."

"Tapi kalian setuju tidak kalau kita undang seorang penyanyi ke acara kita nanti?" tanya balik Gilang.

Semuanya tampak setuju.

"Baik kalau begitu kita simpan ide itu, kini kita lanjutkan siapa artis yang akan kita undang. Ada usulan?" Tanya Gilang yang tidak bisa memutuskan semuanya sendiri.

"Ariel, sepertinya dia cocok. Penyanyi muda yang saat ini sedang terkenal-terkenalnya," usul Caca.

"Boleh, tapi menghubungi dia akan agak sulit. Karena sedang naik daun kita akan kesulitan mendapatkan jadwal yang pas," ujar Gilang. "Apakah ada opsi lain?"

"Kita hanya akan mengundang satu penyanyi?" tanya Niko.

"Bagaimana kalau dua?" tanya Paula.

"Boleh, satu pria dan satu wanita," timpa Gilang.

"Untuk artis pria bagaimana kalau Kelvin? Dia juga artis muda yang sedang naik daun sekarang," usul Caca kembali.

"Mendapatkan Kelvin akan agak lebih susah, kabarnya ia tidak sembarangan menerima tawaran manggung," Gilang sedikit kebingungan.

"Bagaimana kalau kita serahkan semua itu pada Paula," usul Niki yang tiba-tiba datang ke ruangan tersebut bersama Revano.

Mereka seketika dengan kaget menatap Niki, "Diakan anak baru, apa tidak terlalu berat menyerahkan itu padanya? Apalagi harus mendapatkan jadwal mereka," tanya Niko kasihan pada Paula.

"Saya akan kasih bonus jika kau dapat mendapatkan mereka berdua," timpa Revano menatap Paula.

Paula hanya diam saja, karena sejujurnya ia mengenal Kelvin juga Ariel. Mereka berdua adalah temannya, mendapatkan jadwal mereka akan sangat mudah baginya.

"Tapi-" Paula kebingungan.

"Bagaimana setuju atau tidak?" tanya Niki sedikit menantang.

"Kita akan tunggu jawaban mereka setuju atau tidak besok," ucap Revano yang langsung pergi bersama Niki.

"Kita bakal bantu kontak mereka, kamu tenang aja," Ira mencoba membantu Paula.

Paula tersenyum pada Ira juga pada yang lainnya, "Tenang aja, aku bisa dapetin mereka kok. Kita lanjut aja sama yang lainnya, urusan penyanyinya biar aku yang urus."

"Yakin?" Gilang tidak yakin pada ucapan Paula.

"Serius kalian tenang aja."

Walaupun sedikit tak yakin mereka kembali melanjutkan rapat mereka membahas hal lain.

_________

Sepulang dari kantor mereka langsung mengadakan party kecil-kecilan di kafe, "Wah seru juga yah, aku gak pernah lakuin ini sebelumnya," ucap Paula kegirangan.

Ira merasa kasihan pada Paula karena tidak pernah merasakan party, "Di kampung gak ada yang kayak gini yah?" tanyanya.

Paula segera menatap Ira, padahal maksudnya Paula tidak pernah merasakan suasana party di kafe kecil yang menurutnya jauh lebih asik daripada di kafe atau restoran mewah yang selalu tertutup.

Teman-teman Paula kan kebanyakan artis dan penyanyi jadi ketika party mereka selalu memesan restoran privat agar tidak di ganggu fans.

"Nikmatin aja yah, kita di sini traktir kamu kok," ucap Niko yang ikutan prihatin.

Paula tersenyum kegirangan, "Makasih yah."

Tanpa Paula sadar sebenarnya di sana ada Dika yang selalu setia mengikuti ia kemanapun ia pergi.

"Jangan kebanyakan makan, makanan gak sehat nanti ketahuan Tuan besar bisa marah," Dika mengirim pesan pada Paula yang tak sama sekali Paula baca sangking asik sama teman barunya itu.

Terpopuler

Comments

Tuubanasukha

Tuubanasukha

paula

2023-06-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!