Jodoh Titipan
🌸 Visual Aurora 🌸
Source: Instagram_Aom Sushar Manaying
Aurora adalah gadis berusia 18 tahun yang dilahirkan dari latar belakang keluarga yang kurang mampu. Ayahnya yang bekerja sebagai buruh swasta hanya bisa mencukupi untuk makan sehari-hari. Ibunya kini bekerja sebagai buruh cuci di sekitar tempat tinggalnya, ibunya bekerja untuk mencari tambahan penghasilan guna membantu sang suami mencari uang tambahan untuk membayar biaya sekolah ketiga adik-adik Aurora.
Kini Aurora bekerja di sebuah toko kue, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Pada suatu hari saat Aurora tiba di rumah selepas pulang bekerja, tiba-tiba ia mendengar suara ribut dari dalam kamar ayah dan ibunya. Ia mendengarkan percakapan kedua orang tuanya yang saat itu sedang bertengkar hebat. Air matanya tak terbendung dan mengucur deras, ia tak menyangka ayah yang selama ini ia banggakan berubah menjadi laki-laki yang sangat ia benci.
Betapa tidak, ia menguping pengakuan ayahnya bahwa saat ini ia memiliki janin dari rahim wanita lain. Hatinya berkecamuk, ingin rasanya ia memaki dan meluapkan kekecewaan pada ayahnya itu. Hatinya pedih bagaikan tersayat saat mendengar tangisan sang ibu.
Amarahnya tak tertahan lagi, dengan segera Aurora masuk dan menghampiri sang ibu.
"Sudah bu, ibu gak perlu khawatir dengan biaya sekolah adik-adik, aku akan bantu ibu membiaya mereka hingga mereka besar nanti," Aurora pun memeluk sang ibu yang tengah menangis di atas ranjangnya.
"Aku gak pernah nyangka ayah tega khianati ibu seperti ini," Aurora mengusap air matanya di kedua pipinya.
"Ayah tau ayah salah, ayah minta maaf sama kalian,"
Aurora yang tidak menghiraukan permohonan maaf ayahnya, hanya memalingkan wajah sambil mengusap bahu ibunya yang masih amat terpukul atas pengakuan mengejutkan itu.
"Bukan maksud Aurora bersikap jahat dan tega sama ayah, tapi ini untuk kebaikan kita semua jadi Aurora minta ayah untuk tinggalkan kami semua!" ucap Aurora dengan derai air mata saat mengucapkannya. Hatinya begitu berat mengatakan kalimat itu, tetapi ia yakin bahwa keputusan yang ia ambil akan membuat sang ibu lebih mudah melupakan kenangan pahit hari itu.
"Apakah kalian tidak ingin memaafkan ayah?" tanya ayahnya dengan begitu besar pengharapan atas penyesalan yang ia rasakan.
"Aku dan ibu sudah memaafkan ayah, tapi tidak untuk bersama lagi," raut wajah Aurora tampak serius sangat mengatakan itu.
"Aku minta ayah kemasi semua barang-barang ayah dan tinggalkan kami saat ini juga!" ucap Aurora sambil terus mengusap bahu sang ibu, sementara ibunya hanya terdiam dan tak mengucap sepatah katapun. Tatapannya begitu kosong, kelopak matanya membengkak setelah menangis saat perdebatan terjadi.
"Baik kalau memang itu terbaik untuk kalian, ayah akan pergi dari rumah ini! tapi kalian harus tahu bahwa ayah begitu menyayangi kalian," ucap ayah Aurora menghampiri istri dan putri pertamanya.
Aurora yang mendengarkan perkataan ayahnya, hanya bisa menahan tangis dari balik wajahnya. Ia tak ingin menambah kesedihan sang ibu saat melihatnya ikut menangis. Ayahnya pun segera mengemasi barang-barang miliknya, ia memasukan baju dan beberapa barang keperluannya bekerja.
"Ayah mau kemana yah? aku ikut ayah ya!" ucap salah seorang adik Aurora yang masih berumur 4 tahun, ia merengek untuk ikut bersama ayahnya saat itu yang tengah mengemas pakaiannya pada kantong plastik berwarna hitam.
"Dika sini sama kakak, ayah kan mau bekerja cari uang untuk jajan Dika," ucap Aurora membujuk adiknya agar tidak menangis melihat kepergian ayahnya. Dika pun menghampiri Aurora dan terduduk di pangkuannya.
"Kak, Dika mau dibelikan mainan pesawat yang bisa terbang, kaya teman Dika di rumah depan sana kak," Aurora yang mendengar permintaan adik bungsunya itu, tentu saja membuatnya sedih. Ia tak menyangka bahwa adiknya kini harus hidup tanpa kedua orang tua yang hidup harmonis seperti biasanya.
"Iya, nanti kakak belikan kamu mainan saat kakak sudah gajian ya," ucap Aurora menenangkan adiknya. Tak berapa lama, ayahnya menghampiri Aurora dan ibunya. dengan membawa satu tas besar dan 2 kantong plastik hitam yang ia letakan di atas lantai.
"Ayah pamit, ayah minta maaf atas semua ini," wajah ayahnya hanya tertunduk saat mengucapkan itu, ia tak berani menatap putri dan istrinya yang berada tepat dihadapannya. "Ayah berharap kita bisa bersama dan berkumpul lagi seperti dulu," ucap sang ayah penuh harap.
"Itu gak mungkin yah, ayah sekarang memiliki calon anak dari perempuan lain, aku gak bisa terima itu karena itu akan sangat menyakitkan bagi kami terutama ibu," ucap Aurora sambil menatap tajam wajah ayahnya. Ia tak ingin hidup dengan ayah yang telah menyakiti hati ibunya, apalagi harus menerima anak itu sebagai adik tirinya.
"Sekarang ayah boleh pergi tinggalkan kami!" Aurora pun memalingkan wajah dari ayahnya, namun di balik ketegasan dan amarahnya saat itu, hatinya hancur. Ia harus mengatakan itu pada ayahnya sendiri.
"Baiklah, ayah pergi! tolong jaga ibu dan adik-adikmu," ayahnya kemudian pergi dan membawa barang yang telah ia kemasi. Sementara ibunya terus meneteskan air matanya dengan wajah yang amat sedih.
"Ayah... ayah jangan lupa belikan aku mainan pesawat yang bisa terbang ya," teriak Dika yang berlari menghampiri ayahnya.
Mendengar permintaan Dika, ayahnya kemudian berbalik dan memeluk Dika dengan erat. Sangat terlihat bahwa ayahnya begitu enggan untuk meninggalkan keluarga yang ia cintai selama ini. Entah apa yang membuat ayahnya melakukan kesalahan itu hingga menyisakan sakit yang mendalam bagi Aurora dan keluarganya.
"Ayah akan kembali dan belikan mainan itu untuk Dika ya, tolong Dika jaga ibu dan kakak ya, jangan buat mereka sedih! kalau Dika bisa jaga mereka untuk ayah, nanti ayah akan kembali dan belikan mainan yang banyak untuk Dika," ucap sang ayah pada Dika yang berada dalam pelukannya. Tentu pemandangan itu membuat Aurora kembali meneteskan air mata. Ia tak ingin terus menerus melihat Dika dengan harapan besarnya agar ayahnya kembali, Aurora kemudian memanggil Dika dan memintanya untuk membiarkan ayahnya pergi.
"Dika sini sama kakak, biarkan ayah pergi! kan Dika mau kakak belikan mainan jadi Dika harus dengar kata kakak," Dika yang mendengar panggilan Aurora, kemudian melepaskan pelukan dari ayahnya dan menghampiri Aurora. " Kak, Dika mau punya dua ya mainannya," pinta Dika pada Aurora dengan menunjukan kedua jari tangannya.
"Iya, kakak belikan satu-satu ya untuk Dika, nanti kalau kakak belikan banyak Dika jadi gak mau belajar!"
Melihat putra bungsunya sudah tenang, akhirnya ayah Aurora mengangkat dan menggendong tasnya. Ia berjalan keluar dan meninggalkan rumah yang sudah ia tempati bersama keluarganya kurang lebih 19 tahun. Semakin lama, ayahnya tak terlihat dari pandangannya. Aurora melepaskan tangisnya sambil memeluk ibu dan adik bungsunya, sementara sang ibu hanya terdiam saat Aurora memeluknya.
Tiba-tiba kedua adik Aurora yang lain yaitu Nova dan Bintang tiba di rumah setelah bermain dengan teman-temannya. Nova adalah adik pertama Aurora yang berusia 15 tahun dan sedang duduk di bangku SMA, sedangkan Bintang adalah kakak dari Dika yang berusia 11 tahun, kini Bintang duduk di kelas 6 yang sebentar lagi menamatkan pendidikannya di sekolah dasar.
"Kak, ayah dimana kak? aku mau minta ayah untuk membantuku membuat tugas prakarya," tanya Nova pada Aurora saat itu. Aurora yang mendengar pertanyaan adiknya bingung harus menjawab apa, ia tak ingin adiknya ikut bersedih mengetahui kenyataan bahwa ayahnya kini sudah tidak tinggal bersamanya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Violla
cantiknya Aurora..
2020-08-04
0
Qryuíì
Next thorr♡♡ Semangat nulisnya💪
ditunggu kelanjutannya~~
Kalau ada waktu bolehlah main ke karyaku, sdh up loh😆
2020-08-03
1
Sept September
jempol buat Kakak 😀
2020-07-27
1