"Tapi bu....." ucap Aurora yang tiba-tiba disanggah oleh ibunya.
"Dengarkan ibu Ra, Nova masih terlalu dini untuk mengetahui kenyataan menyakitkan ini jadi biarkan dia sendiri dan tenang dulu," ucap ibu sambil menggenggam tangan Aurora.
Aurora akhirnya menuruti kata ibunya, ia membiarkan Nova masuk ke kamarnya tanpa memperpanjang perdebatan kala itu.
"Ra, kamu segera istirahat ya karena besok kamu kan kerja," perintah ibu pada Aurora untuk segera tidur.
"Baik bu, ibu juga ya! hari ini hari yang berat bagi kita, semoga esok hari akan ada hari bahagia untuk kita ya bu," ucap Aurora sambil tersenyum ke arah sang ibu.
Aurora pun bergegas masuk ke kamarnya, kamar yang juga ditempati oleh kedua adik perempuannya yang lain, yaitu Nova dan Bintang, sementara selama ini Dika tidur bersama dengan ayah dan ibunya.
Kamar Aurora bisa dibilang cukup sempit untuk ditempati bersama 2 adiknya yang lain, namun bagi Aurora dan kedua adiknya itu, kamar mereka adalah tempat ternyaman bagi mereka walaupun hanya berukuran 4×5 meter saja.
Kreek.....
(Aurora membuka pintu kamarnya)
Terlihat Nova sedang berbaring memeluk guling, sementara Bintang sedang membaca novel favoritnya.
"Bintang ayo cepat tidur, jangan sampai besok telat ke sekolah!" perintah Aurora pada adiknya.
"Baik kak, selamat tidur," ucap Bintang bergegas menyimpan novelnya dan kemudian menarik selimut untuk segera tidur.
Tak lama berselang, Aurora melihat kedua adiknya sudah tertidur pulas. Ia menatap wajah kedua adiknya penuh kesedihan, hatinya menangis membayangkan masa depan adik-adiknya tanpa kasih sayang seorang ayah.
"Doakan kakak ya, agar kakak tetap bisa mencari nafkah untuk kalian sekolah," ucap Aurora sambil mengusap-ngusap kening salah satu adiknya.
Aurora kemudian berbaring di atas kasur, di samping kedua adiknya. Ia menatap ke arah atap kamarnya, lamunannya semakin lama semakin dalam. Aurora seolah tak percaya dengan apa yang telah terjadi hari itu.
Kenyataan pahit yang harus ia terima dari ayahnya membuat ia membenci sosok ayah yang selama ini ia kagumi. Tak terasa, mata Aurora pun terpejam dan terlelap begitu cepatnya, lelah dan beratnya hari kemarin membuat Aurora begitu pulas dalam tidurnya, hingga ia tak sadar kapan ia mulai tertidur malam tadi.
Kukuruyuk....
Terdengar suara kokokan ayam tetangga yang selalu setia membangunkan Aurora.
"Aurora, Bintang, Nova, ayo bangun! ini sudah subuh," panggil ibu pada ketiga putrinya yang masih tertidur.
"Iya bu," sahut Aurora dari dalam kamar.
Aurora kemudian menyingkap selimut dan bangun dari kasurnya. Ia bergegas ke kamar mandi untuk segera menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Setelah selesai mandi dan mensucikan diri Aurora pun menggelar sajadah dan mengenakan mungkenanya, ia tampak begitu anggun dengan balutan mungkena berwarna putih.
"Bintang, Nova, ayo shalat subuh dulu! ini sudah mau fajar lho," ucap Aurora membangunkan kembali adik-adiknya. Mendengar suara kakaknya membangunkannya, Bintang dan Nova kemudian bangun dari tidurnya, mereka bergantian ke kamar mandi karena hanya ada satu kamar mandi saja di rumah mereka. Sementara Aurora yang telah menyelesaikan kewajibannya, langsung menuju dapur untuk menyiapkan sarapan bagi adik-adiknya.
"Sudah bu biar aku saja yang membuat sarapan," ucap Aurora sambil memeluk sang ibu dari belakang.
"Kamu siap-siap saja Ra! biar ibu saja yang memasak," perintah sang ibu pada Aurora.
"Apa ibu yakin, gak perlu aku bantu? kalau memang ibu perlu, aku akan absen hari ini untuk menemani ibu," ucap Aurora menatap wajah sang ibu.
"Ibu baik-baik saja Ra, jadi kamu gak perlu izin bekerja hari ini, ayo segera kamu siap-siap!" sang ibu tahu betul bahwa putrinya mengkhawatirkan keadaannya, ia tak ingin menambah lagi beban bagi putra-putri kecilnya
"Baiklah bu, aku akan siap-siap dulu," ucap Aurora sambil mencium kening ibunya lalu berjalan menuju kamarnya.
"Apa yang mesti aku khawatirkan lagi saat ini, di saat suamiku pergi meninggalkanku sementara Tuhan memberikan aku 4 putra-putri yang begitu baik dan menjadi obat bagi lelahku," gumam sang ibu dalam hati.
"Aku harus bangkit demi mereka semua," tak terasa air matanya jatuh begitu saja, ia pun mengusap pipinya dan kembali menorehkan senyum di wajahnya.
"Aurora, Bintang, Nova, ibu akan berangkat bekerja, kalian segera sarapan ya sebelum berangkat! ibu sudah siapkan sarapan kalian di dapur," ibu Aurora berpamitan pergi bekerja pada ketiga putrinya.
"Apa ibu yakin akan bekerja hari ini? tanya Aurora pada ibunya, begitu pula kedua adiknya yang lain. Mereka terkejut mendengar sang ibu berpamitan bekerja.
"Iya nak, ibu harus tetap bekerja untuk kalian," jawab ibu singkat sambil tersenyum ke arah putrinya.
"Nanti sebelum kalian berangkat, jangan lupa antar Dika ke rumah paman dan bibi ya, sepulang ibu bekerja ibu akan jemput Dika kembali," ucap ibu mengingatkan.
Semenjak Dika masih bayi, ibu sudah sering menitipkan Dika pada adiknya yang tidak memiliki anak. Bi Indah namanya, ia sangat senang apabila Dika di titipkan di rumahnya.
"Baik bu, nanti Nova yang antar Dika ke rumah bibi," sahut Nova pada ibu.
"Ya sudah, ibu berangkat dulu ya, kalian hati-hati di jalannya!" pesan ibu pada ketiga putrinya. Ibu pun berlalu untuk berangkat bekeja pagi itu.
Aurora yang melihat ibunya semangat bekerja, tentu sangat senang. Ia menilai bahwa ibunya sudah bisa sedikit melupakan masalah perceraian itu, namun tak dapat dipungkiri ia juga sedih karena tak mampu menanggung beban hidup adik-adiknya sehingga ibunya masih saja terus menjadi buruh cuci di rumah-rumah tetangga.
"Bintang, Nova, ayo kita sarapan dulu!" ajak Aurora pada adik-adiknya.
"Iya kak," lagi-lagi Bintang yang menjawab.
Raut wajah Nova terlihat masih kesal dengan kejadian semalam. Ia tak terima, ibu dan Aurora mengusir sang ayah dari rumah itu.
"Nova.... kamu masih marah sama kakak," tanya Aurora.
"Kakak pikir aja sendiri!" jawab Nova berlalu meninggalkan sepiring nasi yang belum sempat ia makan.
"Nova... Nova kembali kakak bilang!" panggil Aurora pada Nova, namun Nova tetap berjalan keluar dari rumahnya
Haaah......
(Aurora menghela nafas panjang)
"Sampai kapan Nov kamu akan seperti ini pada ibu dan kakak?" gumam Aurora dalam hati.
"Kak Ara yang sabar ya," ucap Bintang menenangkan Aurora sambil mengusap bahu sang kakak.
"Makannya habiskan ya dek! kakak mau berangkat dulu," Aurora pun berpamitan pada Bintang.
"Oh iya, nanti Bintang bisa kan antar Dika dulu ke rumah bibi! kakak ga sempat kalau harus ke rumah bibi untuk antar Dika," tanya Aurora.
"Iya kak, Bintang bisa kok," sahut Bintang. Aurora pun bergegas berangkat bekerja pagi itu. Jarak antara rumah dan toko kue tempatnya bekerja tidak terlalu jauh, ia cukup berjalan kaki kurang lebih 15 menit saja.
Sesampainya di toko tempatnya bekerja, Aurora di sambut hangat oleh sahabat baiknya, Lani sapaannya.
🌸 Visual Lani 🌸
Source: Pinterest, Aom Sucharat Manaying
"Hai Ra, kok tumben kamu datangnya agak siang?" tanya Lani.
"Iya Lan, aku lagi ada masalah di rumah jadi sampai terlambat bangun pagi ini," jelas Aurora pada sahabatnya.
"Masalah apa Ra? hm... tadinya aku mau ngabarin kabar gembira sama kamu, tapi rasanya gak pas momentnya kalau aku harus cerita di saat kamu sedang ada masalah seperti ini," ucap Lani pada Aurora. Ia tak ingin menceritakan kabar bahagianya pada Aurora yang sedang tertimpa masalah, sehingga ia mengurungkan kembali niatnya untuk bercerita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Sept September
jempol lagi nih 😎
2020-07-27
1
ayyona
jejak biar ga lupa 😍
2020-07-26
1
Sugianti Bisri
lanjut....
2020-07-23
1