"Ibu jangan khawatir, aku punya banyak teman di toko, nanti aku coba pinjam sama mereka," Bisik Aurora pada sang ibu.
Betapa senangnya hati ibu dan Aurora melihat si bungsu Dika makan dengan lahap. Ia begitu yakin dengan janji sang kakak, akan membelikannya ikan sebagai lauk makan esok hari. Padahal Aurora sendiri masih bingung, kepada teman yang mana ia akan meminta pertolongannya.
Selesai adik-adiknya makan, Aurora menatap sangku nasi yang berada di depannya. Ia melihat hanya sepiring nasi yang tersisia, sedangkan ia dan ibunya belum makan malam itu. Dengan segera ia mengambil sebuah piring dan mengisinya dengan nasi yang tersisa di dalam sangku.
"Bu, ini nasi untuk ibu! di makan ya bu," ucap Aurora memberikan sebuah piring yang telah terisi dengan nasi.
"Ibu sudah makan Ra tadi sore, ini untuk kamu saja!" ibu menolak piring yang diberikan Aurora.
"Ibu ga usah bohong sama aku bu, sepulang kerja tadi aku tida lihat ada nasi di dapur jadi mana mungkin ibu sudah makan,"
"Benar Ra ibu sudah makan, kamu kan lihat tempat nasi itu sudah habis dan kosong, ibu menghabiskannya sore tadi," ucap ibu beralasan, dengan penuh keyakinan pada Aurora.
"Ya sudah, kalau begitu kita makan berdua ya bu," ajak Aurora pada ibunya.
"Rasanya ibu masih cukup kenyang Ra, jadi kamu saja yang makan nasinya ya," tolak ibu kembali.
"Aku tahu ibu bohong, ini bukan pertama kalinya ibu berkorban untuk aku dan adik-adik agar kami bisa tetap makan," gumam Aurora sambil menatap sang ibu.
Bagi Aurora ibunya adalah sosok pertama yang ia banggakan, kelak ia ingin bisa menjadi ibu sebaik ibunya.
"Ra ayo makannya cepat dihabiskan, jangan melamun seperti itu!" tegur ibu yang melihat Aurora makan dengan melambat.
"Baik bu," balas Aurora dengan senyum pada sang ibu.
Aurora kembali melanjutkan santapan malamnya, sementara ketiga adiknya sudah kembali ke kamar tidur mereka. Tiba-tiba Nova kembali menghampiri Aurora dan ibu yang masih terduduk di lantai.
"Kak, sore tadi kakak bilang ada yang mau kakak ceritakan pada Nova, masalah apa itu kak?" tanya Nova penasaran dengan apa yang akan kakaknya ceritakan.
"Tunggu kakakmu selesaikan makannya ya Nov!" ucap ibu pada Nova.
Aurora pun telah menyelesaikan makannya, ia kemudian mencuci tangan dan kembali duduk di samping ibu dan adik pertamanya.
"Apa adik-adik sudah berada di kamarnya Nov?
"Sudah kak, Bintang sedang mengerjakan PR, sedangkan Dika asyik bermain robot-robotannya," sahut Nova.
"Begini Nov, kakak sudah mempertimbangkan ini dengan matang dan kakak rasa kamu sudah perlu mengetahui tentang keadaan keluarga kita saat ini jadi kakak putuskan untuk memberi tahu dan menjelaskan semuanya pada kamu," tatap Aurora pada adik pertamanya.
"Ra.... " ibu mengedipkan matanya pada Aurora sambil menggelengkan kepala. Ibu sepertinya tidak ingin Nova mengetahui semuanya, makanya ibu melarang Aurora untuk menceritakan masalah yang terjadi hari itu.
"Gak apa-apa bu, aku rasa Nova sudah cukup dewasa untuk mengetahui permasalahan keluarga kita," ucap Aurora sambil mengelus tangan sang ibu untuk menenangkannya. Nova yang semakin bingung dengan obrolan kakak dan ibunya, akhirnya bertanya penasaran.
"Kak, Nova jadi penasaran! sebenarnya apa yang kakak dan ibu mau ceritakan sama Nova?"
"Begini Nov, sore tadi kakak tidak sengaja dengar pembicaraan ayah dan ibu, kakak mendengar ibu meminta cerai pada ayah," ungkap Aurora pada adiknya.
Nova tersentak kaget mendengar penjelasan kakaknya, alisnya mengkerut dan matanya seakan penuh tanya pada apa yang dijelaskan Aurora.
"Cerai... kenapa bu? ibu ada masalah apa dengan ayah, kenapa sampai ibu meminta cerai sama ayah?" tanya Nova memberondong pada ibunya. Nova tentu kaget mendengar Aurora mengatakan itu, sebab semua anak-anak di keluarga itu hampir tidak pernah melihat ayah dan ibu mereka bertengkar apalagi sampai mengucap kata perpisahan.
Ibu Aurora tidak menjawab apapun atas pertanyaan Nova, ia terdiam dan melamun di samping Aurora.
"Kak, tolong kasih tau aku apa alasan ibu memutuskan itu pada ayah?" tanya Nova kembali dengan penasaran.
Aurora pun langsung menjawab Nova yang sedang menarik-narik lengan bajunya.
"Ayah berselingkuh dari ibu Nov, itu alasan ibu meminta cerai pada ayah," ungkap Aurora pada adiknya.
"Gak mungkin kak, aku salah dengar kan?" tanya Nova memastikan apa yang didengarnya dari kakaknya.
"Itu benar Nov, ayah memiliki wanita lain selain ibu," jawab ibu dengan suara lemah.
"Itu gak benar kan bu, ibu harus cari tahu dulu kebenarannya! aku percaya ayah gak mungkin lakuin itu sama kita bu," Nova begitu yakin pada ayahnya, ia tak percaya penjelasan kakak dan ibunya malam itu.
"Nov, dengar kakak! semua yang ibu katakan benar, karena ayah yang mengatakannya sendiri pada ibu di depan kakak, jadi berhenti untuk terus membela ayah di depan ibu dan kakak!" ucap Aurora yang sedikit kesal pada adiknya.
"Enggak kak, aku gak percaya kakak dan ibu! aku mau langsung dengar dari ayah," Nova kemudian bangun dari duduknya karena ingin mencari dan menanyakan kebenaran itu. Aurora yang melihat Nova terbangun, langsung menarik tangan Nova dan menahannya.
"Kamu mau kemana Nov?" tanya Aurora sambil memegangi tangan Nova yang hendak meninggalkan obrolan mereka.
"Lepasin tangan aku kak! aku mau tanya dan dengar langsung pengakuan dari ayah," ucap Nova dengan tegas pada kakaknya.
"Kamu gak perlu cari ayah, karena ayah sudah tidak lagi tinggal bersama kita saat ini," ucap Aurora sambil melepaskan genggamannya pada lengan Nova.
"Maksud kakak ayah pergi dari rumah ini?"
"Iya, kakak meminta ayah untuk pergi dan meninggalkan kita semua karena kakak tidak ingin terus mengingat rasa sakit yang ayah berikan pada ibu dan kita semua," ungkap Aurora.
Nova terperanjat mengetahui itu, air matanya membendung. Ia seolah menerima begitu banyak kepahitan malam itu.
"Kakak mengusir ayah? kenapa kak? kenapa kakak tega usir ayah dari rumah?" Nova setengah berteriak pada Aurora. Melihat keributan itu, sang ibu mencoba menenangkan kedua putrinya.
"Nova, dengar ibu nak! ibu butuh waktu untuk melupakan ayah dan kenangannya maka dari itu ibu hanya ingin sendiri tanpa ayah di sisi ibu," jelas sang ibu pada Nova. Ibunya berharap Nova dapat mengerti maksud kakaknya untuk meminta ayahnya meninggalkan rumah.
"Nova ngerti bu, tapi bukan dengan ngusir ayah juga kan bu! sekarang kita gak tahu ayah dimana dan bagaimana keadaanya," ucap Nova tersedu-sedu.
"Kamu masih sempat memikirkan ayah yang tega mengkhianati ibu? apa kamu tidak memikirkan perasaan ibu?" nada suara Aurora semakin tinggi, ia semakin kesal dengan adiknya itu.
"Ya tapi bukan begitu kak caranya, apa dengan mengusir ayah semua masalahnya akan selesai? aku juga gak tau apa yang kakak ceritakan itu benar atau enggak, sekarang aku benar-benar kehilangan ayah karena kakak!" teriak Nova sambil berjalan meninggalkan ibu dan kakaknya.
Melihat adiknya bersikap demikian, Aurora pun tersulut emosi, ia kemudian memanggil Nova untuk kembali ke ruang tadi.
"Nova.... Nov... kakak belum selesai berbicara! kenapa kamu langsung pergi begitu saja?" Aurora memanggil adiknya untuk kembali, namun sang ibu menggelengkan kepalanya pada Aurora.
"Sudahlah, ibu rasa dia belum bisa menerima kenyataan ini jadi biarkan dia tenang dulu ya," Aurora pun menganggukan kepala pada ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Sept September
jempol buat Kakak 😀
2020-07-27
1
ayyona
hiks hiks hiks
2020-07-26
1
Sugianti Bisri
semangat Thor 💪💪💪
2020-07-21
1