PAPA SAYANGILAH AKU

PAPA SAYANGILAH AKU

1. Alfa Zea Adiputra.

Seorang gadis sedang berada di balkon kamarnya sendiri, baginya kesendirian adalah waktu untuk melepas rindu pada seseorang yang telah pergi meningalkanya sangat jauh.

Gadis itu menggengam sebuah liontin inisial huruf A dengan di hiasi love yang melingkari huruf tersebut. Liontin itu adalah kado saat ulangtahunya dulu, waktu dirinya liburan ke Swis bersama papa dan mamanya.

Flasback on.

"Putri Papa yang cantik, Papa punya kado untuk kamu lho sayang." kata lembut Baskara Adiputra, selaku kepala keluarga. Dia mengatakan hal tersebut sambil menutup mata putri kecilnya itu mengunakan kain hitam.

"Waah. Beneran, Pa?" tanya gadis kecil itu sangat antusias sekali.

"Beneran dong sayang. Gia, tolong pakaikan sayang!" kode Baskara pada Gia Aurora selaku istrinya, untuk memakaikan Liontin tersebut.

"Pasti putri kita, bakalan tambah cantik deh Pa saat memakai ini." puji Gia, sambil memakaikan liontin tersebut cekatan ke putri tunggalnya.

Setelah itu, Zea kecil membuka netranya perlahan. Matanya berbinar saat melihat kalung cantik telah menghiasi leher mulusnya. Tapi seketika gadis itu mengerucutkan bibirnya. Mengemaskan.

"Kenapa sayang? Tidak suka ya?" tanya papa dan mamanya bersamaan.

"kenapa inisialnya A, harusnya kan Z? Iya kan Pa?" keluh Zea dengan menekuk wajahnya.

Kedua orangtua tersebut tersenyum dan memeluk gadis kecilnya itu bersamaan. Baginya Zea itu selalu mengemaskan di mata mereka.

"Asal kamu tau sayang. A, itu juga inisial nama kamu, yaitu Alfa. A juga inisial bahwa kamu adalah anak kesayangan dari keluarga Adiputra. Itu nama marga keluarga kita, dan kamu kelak akan menjadi pewaris keluarga." Jelas Baskara panjang lebar dengan mengasak rambut putri kecilnya.

Baskara papa yang baik.

Ya, walaupun kebaikan seseorang itu bisa berubah-ubah dengan berjalannya waktu.

Benar bukan?

"Bener begitu, Ma?" Gadis tersebut masih menekuk wajahnya, tidak percaya dengan penjelasan papanya.

"Alfa Zea Adiputra. Apa yang dikatakan papamu itu benar, sayang..." Balas mamanya sambil mencubit hidung anaknya dengan gemas.

"Yeaaaay... Zea sayang Papa dan Mama selamanya! Kalian orangtua terhebat yang pernah ada di muka bumi ini, Zea suka Zea suka..." Gadis itu memeluk kedua orangtuanya dan menciumi pipi mereka bergantian.

"Selamat ulang tahun sayang, doa Papa dan Mama selalu yang terbaik untukmu. Kamu adalah anak kebangaan kami satu-satunya." Ucap papanya dengan tersenyum ke arah Zea, lalu memeluknya sekali lagi sangat kuat.

"Terimakasih Cinta pertama Zea." Gadis itu membalas pelukan papanya tak kalah erat.

"Jangan sering menangis lagi ya! Ingat putri Mama dan Papa, sekarang udah besar. Harus jadi anak yang pintar, berani dan kuat! Oke?" Imbuh mamanya sambil mengasak rambut Zea.

"SIAP ibu abdi negara yang cantik jelita milik Zea dan Papa!!" Gia dan Baskara tertawa geli, mendengar bibit-bibit konyol yang ada pada diri putrinya itu.

Zea menatap papanya dalam dan sangat lama, setelah itu berakhir pada mamanya yang sangat ia sayangi.

"Zea janji nggak akan menangis lagi, akan selalu kuat dan tidak akan pernah lemah jika ada masalah. Karena Mama yang memintanya langsung. Papa tau? Jika suatu saat Papa marah padaku, bahkan sampai membenciku, aku tidak akan pernah melakukan hal yang sama... Aku tidak akan pernah membenci Papa. Kalau soal Mama, aku berkata pada bumi dan langit, bahwa Zea akan selalu menyayanginya sejiwa dan raga, karena Mama Gia adalah malaikat di hati Zea sampai kapanpun."

"Sayang, kenapa mengatakan hal seperti itu? Papa tidak akan pernah membencimu, Nak."

Zea terdiam tidak memberikan jawaban. Sedangkan Gia menangis tanpa sebab dan memeluk putrinya sangat erat sekali, seolah-olah dia tidak rela jika anaknya menderita di kemudian hhari

Flasback off.

Apakah Zea akan selalu bahagia seperti itu dengan berjalannya waktu? Lalu bisa menghabiskan masa kecil, remaja bahkan dewasa bersama papa dan mamanya?

Hanya waktu yang bisa menjawab.

Satu hal yang pasti.

Semua anak ingin bahagia bersama keluarganya tanpa harus ada kekerasan, kekecewaan, kesedihan, trauma bahkan penghinaan. Sembilan dari sepuluh anak bisa saja mendapatkan perlakuan yang tertulis di samping. Mengerikan memang, semoga Zea tidak.

Semoga saja.

Kadang ada anak yang hacur bukan karena orang lain, melainkan hancur karena orangtuanya sendiri.

Waktu berjalan melesat, hari itu Zea menginjak umur 10 tahun. Begitu indah jika dia mengingat masa kecilnya dengan penuh kebahagiaan. Di tengah sumilirnya angin malam, dia tersenyum melihat Bulan dan Bintang yang bertaburan di angkasa.

Gadis itu selalu betah menyendiri sambil memandangi ciptaan tuhan yang tiada tandingan itu, hingga tak terasa air matanya jatuh meluruh secara tiba-tiba.

"Ma, Zea kangen Mama." Gadis itu terisak sambil memeluk tubuh mungilnya sendiri.

Angin di balkon kamarnya begitu kencang, membuat tubuh gadis itu kedinginan karena hanya memakai kaos tipis. Angin malam ini seolah ingin bertegur sapa dengan tubuh mungil gadis tersebut. Semoga saja Zea tidak masuk angin dan mendadak pilek.

"Kenapa mama tingalin Zea sendiri? sekarang dunia begitu kejam sama Zea ma. Papa berubah semenjak mama pergi." Ucapnya kembali sesegukan sambil meremas bajunya dengan kuat.

Dia tidak bisa menepati janji pada mamanya agar tidak menangis. Orang lain mungkin tau bahwa Zea sangat bahagia menyikapi segalanya dengan biasa saja, namun faktanya dia hanyalah seorang gadis kecil yang kesepian di keramaian keluarganya sendiri. Menyediakan sekali.

Zea memfokuskan matanya melihat Bintang yang paling terang di antara jutaan Bintang lainya. Dia yakin bahwa mamanya sedang mengintip dirinya dari Syurga, dengan cepat gadis itu mengusap air matanya. Dia tidak mau mamanya melihatnya bersedih seperti ini.

Sekeras apapun Zea mencoba, nyatanya dia tidak bisa mencegah air matanya yang terus saja nekat berjatuhan. Dia akui bahwa saat ini dirinya sangat merindukan sang Mama. Mengingat papanya yang semakin hari semakin keras dan dingin padanya.

"Ma-maafin Zea ma. Zea tidak bisa menepati janji."

Semenjak kematian sang mama berapa tahun yang lalu, gadis itu sangatlah terpukul. Apalagi itu karena dirinya. Ditambah lagi papanya sekarang menikah lagi dengan Susanti, yang tak lain adalah teman dekat mamanya sendiri.

Susanti telah memiliki anak perempuan bernama Alda yang berprilaku buruk padanya setiap hari. Zea dulu mengira bahawa Susanti hanya akan bersikap baik kepadanya selayaknya ibu kepada anaknya, nyatanya itu semua mustahil. Padahal dulu waktu dia kecil, Susanti begitu baik dengan gadis itu sewaktu mamanya masih hidup.

Mungkin benar, seribu satu jika ada orangtua tiri menyayangi seorang anak yang bukan darah dagingnya sendiri.

Malam semakin larut, Zea masih bertahan di Balkon.

Higga seorang lelaki masuk kedalam kamar gadis tersebut. Laki-laki itu tersenyum mendapati gadis yang sedang dicarinya. Lalu dia mendekat ke arah Zea, bisa di pastikan bahwa gadis yang sedang di carinya itu manangis.

Melihat bahu Zea yang naik--turun. Menandakan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja.

"Ze. Kamu sedang apa malam-malam di luar? Menunggu Uvo datang mengapelimu?" kelakar Kelvin Putratama, dia baik walaupun dia kakak tiri Zea.

kelvin tidak seperti Alda dan Mama tirinya yang selalu bersikap kasar. Jelas berbeda, karena darah mereka bertiga tak sama.

"Eh, tidak ketawa. Tidak lucu ya?" Kekvin garuk-garuk kepala yang tidak gatal.

"Kenapa kamu menangis lagi? hem? siapa yang berani memarahimu hari ini? Atau kamu kalah balapan? apa kamu berantem sama ketua osis lagi? siapa yang membuatmu kesal, sini bilang Abang biar aku kasih pelajaran Matematika." tanyanya sambil membalikan badan gadis tersebut. Benar saja dugaan Kelvin, di pipi Zea ada jejak air mata yang mengering.

Bukanya membalas pertanyaan tersebut, gadis itu malah memeluk kakak laki-lakinya itu yang berada di depanya.

"Bang. Berjanjilah untuk selalu baik kepadaku! Jangan pernah sekalipun membenci dan meninggalkanku sendirian. Zea takut." Zea memeluk Kelvin sangat erat.

Dia menumpahkan segala keluh kesahnya pada Kelvin. Di keluarga ini hanya Kelvin lah yang sayang pada Zea dan juga pembantu yang setia. Gadis itu menyayangi Kelvin selayaknya kakak kandung.

"Hey. Kenapa bilang begitu? Tanpa kamu minta abang akan melakukan itu semua kok, kamu itu adalah adek bang Kelvin sekarang dan selamanya." Ucapnya tersenyum sambil memeluk erat adik tirinya itu yang tampak menyedihkan.

Kelvin tau sekali, rasanya ditingal selama-lamanya oleh orangtua. Dia bukan anak kandung Susanti. Mama Kelvin sudah lama meningal semenjak dirinya di lahirkan, lalu papa Kelvin menikah dengan Susanti, hingga kejadian tak terduga menimpa ayah Kelvin lalu meninggal dunia dan akhirnya Susanti menikah lagi dengan papa Zea.

"Udah jangan sedih lagi ya, Abang tidak akan pernah berubah dan meninggalkanmu! sekarang kamu tidur! besok kamu telat lagi sekolahnya kan repot." Kelvin menarik gadis tersebut ke dalam kamarnya lalu menutup pintu balkon rapat-rapat. Kalau tidak dengan cara itu, Zea tidak akan masuk kedalam kamarnya sampai larut malam.

"Oke, komandan jomblo ngenes sejagat raya yang sudah tua renta tidak nikah-nikah karena tidak ada yang mau." Gadis itu mengangkat tanganya hormat. sambil menahan tawa ke arah kakaknya.

"Dasar adek somplak. Asal kamu tau ya, banyak cewek di luar sana yang ngantri jadi pacar Abang." ketusnya sambil menekuk wajahnya sebal.

"Aku sih owh aja ya kan? Dedek Selena gomes sayangnya tidak peduli tau Bang? hahaha!" Zea senang sekali jika membuat kesal kakaknya itu.

"Selena Gomes bulu hidungmu semeter?! Yang ada kamu itu mirip preman pencuri Ayam." Balas Kelvin tak mau kalah sambil menjitak kepala Zea.

Zea bukan gadis seperti kebanyakan, dia sangat tomboy. Rambutnya tidak pernah di biarkan panjang, dia juga tidak pernah memakai atribut apapun yang berbau cewek. kelakuanya dominan cowok membuatnya banyak disegani oleh sekelilingnya.

Bahkan lebuh gilanya ada seorang cewek yang suka padanya. Zea bukan hanya cantik, tapi dia juga ganteng di mata perempuan yang sering melihatnya balapan.

"PENCURI AYAM? BANG KELVIN JAH-." Belum sempat melanjutakan, mulut Zea di bungkam oleh Kelvin. Dia menidurkan tubuh gadis tersebut ke kasur queen sizenya. Dan menyelimuti seluruh tubuh mengunakan selimut tebal.

"Selamat malam dek." ucap Kelvin sambil mengecup pucuk kepala Zea.

"Selamat malam juga, bang Kelvin." Balas gadis tersebut lalu tersenyum sangat manis.

Kelvin mengangangguk dan melangkahkan kakinya keluar dari kamar tersebut, sebelum itu dia mematikan lampu kamar Zea. Dia tidak henti hentinya tersenyum, melihat adik tirinya sedikit ceria ada kesan tersendiri baginya. Dia rela di bully adiknya itu, asalkan hal tersebut bisa mambuatnya bahagia.

Dirinya berjalan menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Zea. Kelvin bisa melihat di lantai satu ada papa, mama tirinya dan juga Alda yang sedang asik menonton TV. Mereka semua tertawa sangat bahagia. Seolah hanya mereka bagian dari keluarga tersebut. Kelvin tersenyum miris melihat itu semua.

"Papa Baskara Adiputra, kamu sangatlah buta, hingga tidak bisa melihat putri tunggalmu yang hancur karena kesepian." Ucapnya dalam hati.

Harusnya Zea yang bersama papanya. Harusnya Zea yang diperlakukan lebih baik di keluarga ini, tapi kenapa berbanding terbalik? Kenapa malah anak tirinya yang selalu di manjakanya? Itu semua tak adil bagi Zea.

Terpopuler

Comments

Yem

Yem

Kadang sering seperti itu kak..
Semangat Zea

2023-04-01

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!