"Kenapa sih, lo demen banget ngerebut apa yang gue punya?" Tanya Zea sambil menuding cowok tidak tau diri di depanya ini.
Tadi rokoknya yang di comot, sekarang es tehnya yang diminum tanpa menyisakan sedikitpun. Apakah beraknya sekalipun Raka mau mencomotnya?
"Suka aja..." jawabnya enteng seolah hanya masalah kecil, "besok orangtua lo, juga akan gue rebut." Ucapnya lagi tanpa melihat Zea, dia terus mengunyah baksonya yang tinggal separuh.
"Hah?!" gadis itu sedikit tercengang, dengan ucapan Raka. Apa maksud dari Perkataannya?
"Mereka akan gue jadikan mertua," Raka mengatakan hal itu dengan percaya diri sekali. Padahal mereka adalah musuh bebuyutan, yang ada dia malah di mutilasi sama Zea.
Seketika raut wajah Zea berubah menjadi sedih, perasaannya juga kalut, mengingat kondisi hidupnya yang sekarang.
"Pasti lo ngarep kan jadi istri gue?" Tanya Raka lagi sambil menatap gadis di depanya itu dengan intens.
"Gak lah yew!! Halu lo ketinggian, tuan!! Dahlah, Selena Gomes mau pindah Meja saja, males gue sama lo..." Sinis Zea dengan mengangkat nampanya. Namun seketika tangannya di hentikan oleh Raka.
"Di sini aja."
"Punya hak apa, elo ngatur gue?!" Kesal Zea dengan menautkan alisnya.
"Gue males di ganggu sama Nenek Gerandong setiap hari. Tolongin gue mangkanya," Kata Raka sambil menunjukan wajah memelasnya.
"Mak lampir siapa sih? di sini bukanya cuman ada Gendruwo ya? Yaitu, LO?!" Tunjuk Zea sambil menekankan kata terakhirnya.
"Aelah, terserah lo aja deh. Tapi tolongin gue dari Alda saudara gila lo itu, gue mohon Ze please..."
Setelah mengetahui itu, dan tanpa membalas keluhan Raka, Zea mulai memakan baksonya. Dia tidak peduli dengan Raka yang menatapnya tercengang. Gadis itu tidak ada jaim-jaimnya sama sekali ketika makan di hadapan cowok ganteng. Apa dia gak takut ya kalau Raka bakalan ilfeel?
Raka mengenal banyak wanita, dengan sifat yang super duper pemalu tengkat dewa Superhero. Kebanyakan cewek ketika di ajak makan ngakunya udah kenyang, padahal mah cuman malu aja.
Kalau di depan gue ini bukan cewek normal, tapi dia manusia setengah pria setengahnya lagi gorila. Dasar, Zea... Zea... Batin Raka dalam hatinya, sambil megeleng-gelengkan kepalanya.
Dan dari kejauhan ada tiga cewek sedang memperhatikan Raka dan Zea yang duduk berdua mesra, padahal kenyataanya tidak ada kata mesra-mesranya secuilpun. Ketiga cewek itu adalah... Alda, Bianca dan Caca.
Alda mendengus sebal melihat keduanya bersama, gadis ity hanya ingin Raka menjadi miliknya seutuhnya. Sudah dari pertama kali mereka bertemu, dia menaruh hati sama cowok tersebut, namun Raka tidak meresponnya dengan baik.
Prinsip Alda adalah, apapun yang di miliki Zea harus di rebutnya. Dia bangga, karena sekarang berhasil merebut papanya, maka diapun akan merebut Raka juga.
"Da... Saudara tiri lo makin lengket aja sama Raka," tunjuk Bianca ke arah Zea dan Raka.
"Kalau gue liat-liat, Raka suka deh kayaknya sama Zea." ujar Caca, dan langsung mendapat tatapan tajam dari Alda, tanpa belas kasih sedikitpun Alda menarik kerah baju Caca sangat kasar.
"Gue gak bakalan kalah sama Zea, gue juga akan rebut apapun yang dia punya!" Ucapnya dengan mengempaskan tubuh Caca ke samping.
Zea adalah mantan ketua geng motor yang cukup terkenal di Jakarta. Gadis itu tidak peduli jika Alda memiliki Raka, dia mudah saja mencari cowok tampan yang tergabung di dalam gengnya. Apalagi banyak sekali cowok-cowok tampan dan anak orang kaya yang mencoba mendekati Zea. Namun Zea tidak seperti yang mereka kira, selain sulit di kalahkan saat balapan, gadis itu juga sulit di luluhkan hatinya.
"Lo itu terlalu jahat sama Zea, Da... Lo gak kasian apa?" tanya Caca yang melihat Alda semakin ter--opsesi dengan Raka.
"Lo yakin selamanya akan menjadi pemenang mangalahkanya? Ingat jika kau pernah menang, bukan berarti kakalahan tidak akan menyapa lo Da." Imbuh Bianca mengingatkan Alda.
Alda hanya diam tidak menangapi kedua temannya yang tidak mendukungnya. Dia melihat lagi Zea dan Raka.
Raka merebut sendok gadis itu lantas hendak menyuapi Zea, Raka tau betul bahwa Alda sendari tadi mengawasi mereka. Sedangkan Zea? Gadis itu semakin kesal dengan cowok di depanya ini, apakah Raka tidak bisa membiarkannya makan dengan tenang?
"Buka mulutnya, gue suapin aja biar tambah enak..." ucapnya lirih dengan tersenyum manis ke arah Zea. Entah kenapa hati gadis itu sedikit menclos dengan ucapan Raka, senyumnya seolah mampu melelehkan dinding penghalang di hatinya. Zea akui bahwa Raka memanglah sangat tampan, apalagi garis wajahnya begitu sempurna di matanya.
"Gak mau!! Sini balikin sendok gue!" gadis itu mendengus sebal dan merebut kembali sendoknya, namun sia-sia belaka.
"Cepetan bego!! Sesepuh Gerandong itu liatin kita berdua, ayolah Ze... Tolongin gue, biar Alda berhenti gangu gue." Raka memohon, sembari tidak memudarkan senyumannya guna acting memanasi Alda, dia terus memajukan lagi sendoknya ke mulut Zea.
Tanpa berfikir panjang lagi, Zea membuka mulutnya menuruti cowok itu. Alda yang melihat itu semakin memanas, tidak mau melihat itu terlalu lama dia memutuskan pergi begitu saja dangan wajah murung dan kesal, tangannya bahkan terkepal kuat.
"Bisa gak sih lembutan dikit? Jadi cowok kaku bener lo!!" Keluh gadis itu, yang mulutnya di penuhi suapan bakso penuh di mulutnya.
"Minimal ngaca!! Situ emang pernah lembut?" Sendirinya dengan tertawa keras melihat pipi Zea, yang mengembung.
Seketika kantin menjadi banyak siswa berdatangan karena sudah memasuki jam istirahat. Atensi mereka semua melihat Raka dan Zea. Di benak para siswa lainya adalah, apakah mereka berdua pacaran? Seantero sekolah tau, bahwa keduannya tidak pernah akur.
"Aaa, soswit."
"Mereka udah akur?"
"Gue rela deh jadi cewek Raka yang nomer seratus, yang penting gue jadi pacarnya."
Hingga tanpa Raka dan Zea sadari, ada tiga cowok dan dua cewek, datang mengampiri mereka. Membuat seisi kantin bersorak dan menyingkir, Mempersilahkan mereka lewat terlebih dahulu. Zega dengan percaya diri mengedipkan sebelah mata kepada para cewek yang mengandrunginya. Mereka semua berteriak histeris, entah itu karena saking tampanya Zega atau jijik dengan kelakuan dia, kemudian mereka berlima menghampiri dua manusia yang sedang di carinya, keduanya sama-sama bolos jam pelajran. Bagus sekali, entah setan apa yang merasuki Raka karena ini pertama kalinya dia melakukan hal itu.
"Astagfirullah, abang Bobi handsome ingetin nih ya, kalian jangan berduaan nanti ketiganya setan lho guys!!" Peringat Bobi mengelus dadanya sambil mengelengkan kepalanya.
"Udah anu belum nih?" tanya Zega dengan nada mengoda mendekati Zea.
"Anu, apaan bangsat?!" tanya Zea dengan mengarahkan garpunya ke Zega.
"..." Zega seketika memundurkan tubuhnya, dia tidak mau menjadi santapan empuk Zea.
"Katanya lo mau pergi ke kamar mandi? kamar mandinya emang pindah ke kantin ya?" sindir Vina dengan menatap Zea. Yang di sindir malah cengengesan seperti orang tak berdosa.
"Udah hafal gue dengan trik bodoh Zea." Kali ini Bian yang menimpali.
"Ya, kan Zea emang bodoh orangnya." celetuk Raka dengan menatap gadis di depannya.
"Lo yang bodoh!"
"Lo, Ze!"
"Lo, Rak!"
"Lo, Ze!"
"Lo, Ra-."
"Kalian berdua BERAK, udah diem!" finis Zega untuk mengakhiri keduanya, "gue cabut dulu mau pesen makanan..."
"Rosulullah SAW, pernah bersabda, tapi maaf gue lupa sabdanya apa gaes... Sori belum hafal hadisnya gue, jangan kecewa ya sahabat?" Dalil Bobi selalu keluar untuk menasehati para setan setan karibnya itu.
"Dasar gemblung, makan dulu pak Tobi... Habis itu gasken ngapalin hadis baru..." Usul Zea dengan tawa renyahnya.
.
.
.
PULANG🚴♀.
Sifat buruk Zea yang paling mencolok adalah, Zea selalu berangkat telat, tapi giliran pulang dia paling cepat.
Motornya jarang sekali ia parkirkan di sekolah kecuali hari-hari tertentu, karena jika begitu hanya akan mempersulit dia untuk melancarkan aksi bolosnya. Dan kini gadis itu melangkahkan kakinya santai, sedangkan kedua teman ceweknya dari tadi sudah berpisah saat mereka keluar dari kelas beberapa menit yang lalu.
Tiba-tiba sebuah ide muncul di benak gadis itu, dia mendadak rindu abangnya. Maka dia putuskan, setelah ini Zea akan mengunjunginya ke kantor. Tapi sebelum itu, Zea berniat membelikan makanan kesukaan abangnya terlebih dahulu.
Tiga puluh menit berlalu singkat, gadis itu melesat bagaikan angin mengunakan motor sport kesayanganya. Entah sudah berapa kali Zea di teriaki orang, karena dia melajukan motornya kencang membuat suara kenalpotnya bising. Bukannya mengurangi kecepatan Zea malah memblayer mereka sambil tertawa.
"Maaf om!! Motor saya tidak di desain untuk lambat, hahaha..." Teriaknya pada om-om yang sedang mengemudikan mobil.
Zea memanglah gadis tengil dan sangat pemberani, semua karyawan kantor yang hafal betul jika gadis ini adalah adik sang bos besar, alhasil membuat Zea dengan mudah memasuki rungan abangnya tanpa membuat embel-embel janji untuk bertemu. Jangan lupakan tangan gadis itu yang sekarang menenteng sekotak makanan dan dua cup minuman kopi kesukaan Kelvin. Tapi dia tidak suka dengan para karyawan abangnya itu, mereka membungkukan badanya sangat sopan sekali. Kerap kali Zea mengatakan pada mereka untuk tidak bersikap begitu padanya, dia tidak perlu di hormati selayaknya pemilik perusahaan.
CEKLEK!!
"Bang Kelvin!!! Suprise, adek cantikmu datang, yuhuu. Liat apa yang Zea bawa??" Zea menyembulkan kepalanya di balik pintu besar yang kebetulan separuh terbuka.
"Masa sih? Menurut abang kamu ganteng kok." Ucapnya tanpa melihat Zea, matanya tetap fokus membaca dokumen di tangannya.
Zea mengerucutkan bibirnya seperti ikan buntal, hingga beberapa menit dia tetap berdiri di depan pintu. Ini yang di benci Zea, abangnya itu kalau soal pekerjaan gak ingat waktu. Sampai lupa makan dan tidur, bahkan dia juga sampai lupa mencari kekasih.
Mengerikan memang, padahal dia sudah tua. Apakah di sini ada yang mau menjadi istri Kelvin?
Kelvin merasa adek galaknya tidak mengeluarkan suara dia heran dan menatap ke arah pintu. Betapa mengemaskanya Zea itu, dia seperti anak kecil yang meracau untuk di belikan sesuatu. Somay atau es krim contohnya, tapi mana mau Zea di belikan makanan seperti itu?
Tanpa di sadari Zea, tiba-tiba pintu terbuka mendadak menampakan sesosok laki-laki dengan balutan jas hitam rapi. Pintu itu di dorong kedepan hinga gadis itu hampir terjungkal ke depan.
"Woii, pelan-pelan dong! Kalau Selena Gomes tadi jatuh gimana coba?" ketus Zea memarahi karyawan tersebut yang kebingungan dengan keberadaan gadis itu.
"Maaf Tu-tuan, saya tidak sengaja tadi." Ucapnya sambil mengantupkan tanggannya.
"Apa Om bilang tadi? Emang tampang saya ini seperti tuan-tuan?! Saya ini bergoa tau, bukan berbatang, kampret lo om... Dasar!!" cerocos Zea sambil mengentak-hentakan kakinya sedangkan Kelvin tertawa melihat Zea memarahi karyawannya itu.
"APA?!" ucapnya tercengang, "kok mukanya ganteng? Mana rambutnya juga seperti cowok lagi." imbuhnya lirih sambil menatap bosnya yang tertawa memegangi perutnya. Entah apa yang lucu.
"Rambut pendek menghemat shampo tau?!" Sinisnya sambil menuju ke sofa dan merebahkan seluruh tubuhnya di atas tempat empuk itu.
...BERSAMBUNG....
...Sebelum Next, like dan Komen ya sayang, hadiahnya juga wkwk❤....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments