**SUDAH** hampir lima menit karyawan itu berbicara pada Kelvin, Zea bosan sekali melihat abangnya tak kunjung selesai dengan karyawan itu. Hingga akhirnya dia merebahkan tubuhnya ke Sofa lantas kakinya di naikan ke atas meja. Bergaya ala-ala sultan.
Zea mulai memejamkan mata sambil menutupi wajahnya mengunakan satu tangan yang di lipat. Dia hendak tidur sambil duduk, ia bahkan memangku makanan yang di bawanya dari tadi.
Selang dua puluh menit kemudian karyawan tersebut pamit undur diri, dia tercengang melihat gadis setengah cowok itu yang sedang tertidur. Dia memalingkan wajahnya kebelakang melihat bosnya yang tersenyum tulus ke arah gadis itu. Kelvin adalah bos yang dingin dan juga tegas terhadap semua karyawan, dia bahkan jarang tersenyum.
Karyawan yang memang baru pertama kali melihat Zea itupun di buat kebingungan, hebat sekali gadis itu bisa membuat bosnya tersenyum seperti itu.
Setelah karyawannya keluar, Kelvin mendekati adeknya itu sambil mengelus dadanya, kalau gadis ini bukan adeknya dia sudah memutilasi kakinya yang berada di atas meja. Dengan telaten Kelvin melepaskan sepatu Zea dan membaringkan tubuh mungil adeknya itu ke sofa empuk. Jika kalian tau, bagi Kelvin tidak ada yang lebih penting daripada Zea. Sungguh, karena cowok ini hanya memiliki Zea satu-satunya.
Mata Kelvin langsung berbinar saat membuka makanan yang di bawa gadis itu, Zea tau betul makanan kesuakannya.
Hati Kelvin mendadak sedih, melihat Zea sangat peduli dan sayang padanya, meskipun dirinya hanyalah kakak tiri gadis tersebut. Matanya terus saja mengamati wajah Zea, terlihat sekali dia tertidur pulas seperti tidak ada beban dalam hidupnya. Zea pandai menyembunyikan kesedihannya.
.
.
2 jam kemudian.
.
.
Gadis itu mulai menggeliat tubuhnya pelan sambil menguap lebar, dia lupa jika dirinya sedang berada di kantor Kelvin. Dia melihat kesamping mendapati Kelvin yang memakan Martabak yang di belikanya tadi.
“AAAAAA ******!! EH, BENGKEPLEN!! Itu jamnya salah kan? Perasaan aku tidur di sini baru lima menit, deh.” Zea, histeris menunjuk jam di dinding sambil melotot. membuat Kelvin yang mengunyah martabak hampir tersedak, suara gadis itu sangatlah kencang, sampai-sampai membuat gendang telinga Kelvin meronta-ronta.
"Buset, itu tadi suara apaan?" Tanya karyawan perempuan yang tidak sengaja melewati ruangan Kelvin.
"Orang kesurupan kali... Atau orang gila yang nyasar ke kantor..." Balas temen satunya lagi.
“Dasar Markonah!!! Kamu tidur di sini sudah dua jam tau!! Di liatin karyawan yang masuk bergantian ke ruang ini pula.” Jawab Kelvin sambil memonyor kepala Zea kesamping.
“APA?!" Pekik Zea heboh, "kok tidak bangunin Zea sih, bang?!" Gadis itu segera bangkit, mengunakan sepatunya dan menyambar tasnya yang ada di atas meja.
Kelvin hanya bisa memasang muka triplek melihat kelakuan perempuan Bersetatus adek tirinya ini.
“Emm... Bang kelvin nanti lembur lagi? pulang jam berapa? Jangan pulang larut malam loh!! Terus martabaknya di habisin juga ya... See you bang kelvin...” belum sempat Kelvin membalas pertanyaanya, gadis itu mencium hidung mancung abangnya itu dengan gemas.
Kelvin sudah hafal kelakuan Zea, orang kebanyakan kalau nyium di pipi dan dahi, kalo Zea di hidung.
“Ze, kamu pulangnya biar di anter sopir kantor aja, ya?” seketika langkah kaki Zea terhenti di depan pintu, “tenang, nanti motormu biar di antar sama karyawan kantor.” Imbuhnya lagi, mesipun Kelvin sudah tau jawaban Zea, gadis itu tidak akan mau di antar pulang sopir kantor.
Kalau dia bisa melakukanya sendiri, kenapa harus merepotkan orang lain? Itu yang selalu menjadi prinsip Zea.
“GAK MAU!!” gadis itu menolak keras seraya mengerucutkan bibirnya, “Zea, tidak rela jika ada satu orang pun yang menyentuh R6 kesayanganku...” Gadis itu mengibaskan tanganya tanda dia tak setuju.
Kelvin hanya bisa menghela nafas panjang, memang benar motor itu sangat berharga untuk Zea. Kelvin sekalipun tidak di pperbolehkan meminjamnya walaupun hanya sebentar, gadis itu selalu marah jika Kelvin diam-diam mau mencoba menaiki motornya.
Kelvin mengingat perkatan Zea beberapa tahun yang lalu.
“Mama bilang sama Zea, apapun yang Zea inginkan harus Zea dapetin dengan berusaha dan bekerja keras.”
Lalu bagaimana Zea bisa membeli motor sport itu? Zea membeli motor itu hasil menabung selama enam tahun kurang lebih.
Siapa yang memberi uang untuk di tabung?
Jawabanya adalah Kelvin dan Oma Zea lalu ia sisihkan separuh buat uang saku, separuh buat di tabung, tak hanya itu Zea juga sering mendapat bayaran ketika balapan dengan di pinjami motor temannya.
Jangan tanyakan papanya apa tidak memberinya uang. Jawabannya adalah, Baskara sudah lepas tangan mengurus apapun yang menyangkut Zea. Padahal Baskara sangatlah kaya raya, untuk membelikan apapun yang gadis itu mau dia tidak akan menguras hartanya banyak. Kasih sayang Zea di rengut oleh Alda dan Susanti, mereka mengambil alih itu semua dari Zea.
.
.
🔴Rumah🏘.
Sampailah gadis itu kedalam rumah yang mewah bak istana. Namun Zea selalu saja sengsara di dalam rumahnya sendiri, rumah ini seperti penjara dan juga neraka baginya. Kemudian dia melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah, dia melihat Alda bersama papanya sedang duduk di sofa. Seketika gadis itu berhenti di depan pintu mengamati mereka, jujur dia rindu bercerita banyak hal pada papanya itu.
“Gimana sekolahnya hari ini sayang?” tanya Baskara lembut kepada Alda.
“Baik dong pa, tau nggak Pa? hari ini Raka tersenyum ke Alda lho. Kayaknya dia juga akan merespon cinta Alda deh, hehe...”
Pembohong Alda selalu berbohong pada Baskara, dia selalu mengarang itu semua.
Jangankan tersenyum, melihat saja Raka tidak sudi. Zea yang mendendengar itu tersenyum miris, sebegitu cintanya Alda sama Raka.
“Oh ya?! lain kali ajak kesini dong, Papa kan juga mau kenalan.” Ucapnya terkekeh sambil mengasak rambut Alda.
“Lihat Mas... Anak sialanmu itu, dia baru inget pulang. Kemana aja ya kok selarut ini baru pulang?” Susanti datang dari arah dapur membawa jus Jeruk dan berbagai makanan ringan. Dia melihat sinis ke arah Zea yang mematung di tengah-tengah pintu.
“Dari mana saja kamu?! Cepat kemari!!” perintah Baskara ketus. Mau tak mau Zea mendekat ka arah papanya, dirinya berdiri tepat di hadapan Baskara.
“Apakah kamu tidak bisa mencontoh Kelvin?! Apakah kamu tidak bisa membanggakan hati saya walaupun seujung kuku seperti Alda, hah?!” Baskara memegang kedua tangan mungil gadis itu dengan kasar, Zea merasa kedua tulang tanganya seperti remuk.
“Pa...Ze-,” lirih Zea dengan menahan sakit di kedua tangannya.
“Mau alasan apa lagi kamu?! Apa kamu mau jadi anak brandalan?! JAWAB!!” suara Baskara mengema di seluruh ruangan keluarga itu, dan Zea hanya menggeleng pelan, “saya peringatkan!! Jangan pernah sekali-kali kamu berani mencoreng nama baik saya!! Mengerti tidak?!” Zea hanya bisa menunduk sambil menahan tangisnya, namun Baskara tidak peduli akan hal itu. Dia semakin keras memegang kedua tangan Zea.
“Sa-sakitt Pa...” Ucap Zea tercicit.
PLAK!!
Satu tamparan mendarat kasar di pipi Zea, kali ini gadis itu tidak bisa menahan tangisnya. Dia menangis tersendu-sendu, kedua tangannya memegangi pipinya yang merasa kebas dan panas.
“Maafin Zea Pa, hiks!” Bahu gadis tersebut naik turun, belum puas dia menampar sekarang malah mendorong tubuh gadis itu hingga jatuh ke lantai.
“Cepat pergi dari sini dan hentikan tangisanmu!! Saya selalu muak ketika melihatmu...” ketus Baskara tanpa melihat Zea.
Apakah Baskara menyesal telah menamparnya? Apakah Baskara punya empati terhadapnya walaupun sedikit? Mungkin kedua opsi itu tidaklah benar, Baskara sering kali memukul gadis itu tanpa rasa belas kasihan sedikitpun.
“Mampus kau anak sialan!” Cibir Susanti melemparkan senyuman penuh kemenangan. Alda juga tertawa bahagia melihat Zea sengsara.
“APA YANG PAPA LAKUKAN PADANYA?!” Kelvin datang mengampiri Zea yang masih ada di lantai sambil menangis, dia menarik gadis itu untuk berdiri.
“Papa hanya ingin dia seperti kamu dan Alda, Kelvin...” Ucap Baskara menatap intens Kelvin.
“Hiks,,, hiks...” Kelvin mengelapi air mata gadis itu dan memeluk Zea guna menenangkannya.
“Jangan manjakan dia Kelvin! Dia sekarang menjadi anak tidak tau diri.” Kata-kata itu mampu menohok hati Zea, rasanya sakit sekali mendengar itu dari mulut papanya sendiri.
“Bener mas! Anak nakal itu memang harus di gituin, biar nyadar diri!!” Susanti mengompori suaminya lagi.
“Dasar orang nggak guna!!” celetuk Alda sambil memakan camilan yang dibawa mamanya.
“Yang harusnya nyadar diri itu anda nyonya Susanti, sadarlah posisi anda!! Dan untuk lo, emang lo itu juga berguna di rumah ini? elo itu selalu apa-apa minta Da, sadar diri lah lo itu hanya anak tiri di sini!” Amarah Kelvin memuncak sambil menatap tanjam ke arah Susanti dan Alda. Namun Zea mengengam tanganya memberikan kode untuk diam.
“STOP!” Lerai Baskara dengan tegas, seketika mereka semua terdiam.
Kelvin menarik lengan Zea untuk pergi dari ruangan itu, dia sudah muak dengan ini semua yang terjadi setiap hari. Zea selalu menjadi sasaran empuk bagi mereka. Papa macam apa Baskara itu? Hingga tega memukul anaknya sendiri setiap hari. Padahal dia tidak tau apa yang di lakukan putrinya itu, dia selalu percaya dengan omongan istri dan anak tiri tercintanya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments