Bukan Niatku

Bukan Niatku

1. Bukan Niatku (BN)

"Aku mohon yah, aku ingin menikah dengan Adit," ucap Nisa lirih. Dengan nada yang memelas Nisa masih meminta ayahnya untuk merestui pernikahannya dengan Aditya yang menjadi kekasihnya kini.

"Tidak Nisa! Ayah tidak akan membiarkan anak perempuan ayah satu-satunya menikah dengan laki-laki yang pernah beristri!" pekik Ruben Kusnadi yang merupakan ayah dari Anisa Khairunisa.

"Tapi yah, dia sudah bercerai dengan istrinya yah," timpal Nisa yang masih tetap berusaha untuk meyakinkan ayahnya.

Sebagai orang tua, ayah mana yang tega anaknya menikah dengan laki-laki yang pernah baristri. Sebagai seorang ayah, Ruben juga menginginkan anaknya bisa menikah dengan laki-laki yang masih lajang dan juga mapan.

Walau bagaimanapun Ruben menginginkan anaknya bisa hidup dengan bahagia. Itulah mengapa Ruben tidak memberikan restu kepada hubungan Nisa dan Aditya. Aditya Hendrawiguna merupakan anak seorang pengusaha yang sukses.

Aditya sendiri pernah menikah dan memiliki seorang anak dari pernikahannya. Mereka memang sudah bercerai, akan tetapi hadirnya seorang anak yang sudah berpisah pasti akan memberikan sebuah masalah.

Sebagai seorang ayah Ruben tidak mau jika suatu saat nanti Nisa akan terseret ke dalam permasalahan mereka.

Ruben tidak mau jika nantinya mantan istri Adit akan mengganggu keberlangsungan hidup anaknya. Ditambah ada seorang anak ditengah-tengah mereka. Yang kita sering dengar ada mantan istri, namun tidak ada mantan anak.

Sampai kapanpun anak itu akan menjadi anak dari Adit yang tidak bisa lepas dari tanggungjawabnya sebagai seorang ayah. Atas pertimbangan itu juga yang membuat Ruben tidak menyetujui pernikahan anaknya dengan Adit.

"Ayah tahu nak sekarang mereka sudah bercerai, tapi yang ayah takutkan nanti kehidupan kalian kedepannya akan seperti apa," ujar Ruben sambil membuang nafasnya secara kasar.

Ruben sendiri merasa bingung harus mengatakan apa lagi agar anaknya bisa mengerti. Namun Nisa masih tetap pada pendiriannya untuk tetap menikah dengan Adit.

Di usianya yang masih berusia 20 tahun Nisa tidak bisa menggunakan pemikirannya secara matang. Dia berfikir sesaat tanpa bisa memikirkan akibatnya akan seperti apa.

"Yah, Nisa yakin jika Nisa tidak akan salah memilih karena dia begitu mencintai dan menyayangi Nisa yah. Dia juga usianya lebih tua sehingga Nisa yakin jika dia mampu membimbing Nisa yah," tambah Nisa yang merasa begitu yakin akan pilihannya.

Akan tetapi sebagai orang tua yang sudah berpengalaman membuat Ruben yakin jika suatu saat pernikahan mereka tidak akan berjalan dengan mulus. Ruben sangat yakin jika nanti setelah menikah akan ada masalah baru.

Nisa masih tetap pada pendiriannya. Begitupun dengan ayahnya yang masih belum mau memberikan restu kepada mereka sebab Ruben ingin Nisa menikah dengan laki-laki lain yang menurutnya lebih pantas.

Perdebatan mereka pun tidak berhenti sampai di situ. Nisa yang masih ingin melanjutkan perdebatan mereka pun akhirnya harus mengalah karena ayahnya pergi menghindari Nisa.

"Sudahlah ayah merasa bingung harus mengatakan apa lagi. Sekarang ayah mau istirahat," pekik Ruben sambil bergegas menuju kamarnya.

Sementara Nisa masih terpaku. Dia masih tidak habis pikir akan ayahnya. Nisa pun harus mencari cara agar ayahnya mau menikahkan dia dengan laki-laki yang menjadi pilihannya.

Beberapa bulan setelah mengenal Adit, Nisa merasa yakin jika ia merupakan laki-laki yang baik dan pantas untuk dirinya. Hal itu di sebabkan karena perhatian dan kasih sayang yang selalu ia tunjukan kepada Nisa.

Selama ini Nisa memang kekurangan kasih sayang. Sepeninggal ibunya Nisa memang hidup bersama seorang ayah. Akan tetapi hidup antara seorang ayah dan seorang ibu memanglah jauh berbeda.

Seorang ibu selalu penuh cinta, perhatian dan juga penuh kasih sayang. Akan tetapi sangat berbeda dengan seorang ayah yang begitu cuek dan dingin. Seorang ayah tidak pernah menunjukan kasih sayangnya.

Sebagai seorang laki-laki dengan hanya memberikan kebutuhan anaknya sudah lebih dari cukup. Akan tetapi bagi seorang anak, mereka sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang.

Meski masih memiliki seorang ayah tapi Nisa selalu berfikir tidak memiliki siapa-siapa. Hal itu karena ayahnya selalu bersikap cuek. Selain itu, saudara dari ayah yang begitu jauh tidak membuat Nisa seperti memiliki saudara.

Padahal seharusnya sebagai saudara kita harus saling mengunjungi dan saling memberikan perhatian. Akan tetapi Nisa tidak pernah merasakan itu semua. Di dalam hidupnya Nisa selalu merasa tidak memiliki siapa-siapa.

"Bagaimana caranya agar ayah mau memberikan restu nya untuk kami," gumam batin Nisa. Di dalam kamarnya Nisa berbaring diatas ranjang dengan pikiran yang terus saja melayang.

Ingatannya seolah tidak mau berhenti memikirkan perasaannya kepada Adit. Dia merasa sudah menemukan orang yang cocok untuk menjadi pendampingnya meski usianya masih sangat muda.

Nisa berfikir mungkin dengan menikah dia tidak akan menjadi beban bagi ayahnya lagi. Untuk beberapa saat Nisa berfikir dan tak berapa lama ia teringat akan saudara ibunya yang berada di kampung.

"Apa aku coba minta tolong pada bibi dan nenek ya?" ujarnya dalam hati.

Dalam lamunannya tiba-tiba saja Nisa teringat akan bibi dan juga neneknya. Mungkin dengan berbicara kepada mereka, Nisa akan mendapatkan jalan keluar dari masalahnya.

Nenek Fatimah merupakan ibu dari almarhumah ibunya. Fatimah tinggal bersama Bi Asih anaknya di kampung. Sudah sejak lama Bi Asih lah yang selalu mengurus ibunya di sana.

Beberapa hari kemudian, Nisa mencoba mendatangi nenek dan juga bibinya di kampung. Ia pun segera menjelaskan duduk permasalahan yang terjadi kepada mereka. Setelah mendengar cerita dari Nisa, Fatimah merasa jika ayahnya memang salah.

"Anaknya mau menikah kok malah dilarang," ujar nenek Fatimah yang ikut merasa kesal saat mengetahui cerita dari Nisa.

"Kalau nenek sih soal status ya ga papa, yang terpenting dia itu cinta dan sayang sama kamu Nis," tambah nenek Fatimah.

"Iya nek, alhamdulillah mas Adit itu cinta dan sayang sama Nisa. Makanya Nisa merasa yakin jika pilihan Nisa ini memang tidak salah," ucap Nisa.

"Kalau pendapat bibi sih sama, yang terpenting dia itu sayang sama kita. Soal jodoh kan ada di tangan Tuhan, sekarang lebih baik kamu banyak berdoa. Sholat istikhoroh agar di kasih jawaban yang tepat," timpal Bi Asih.

Setelah berbincang dengan nenek dan juga bibinya membuat Nisa merasa lega. Akhirnya dia mendapatkan dukungan dan masukan atas permasalahannya. Semoga setelah melakukan sholat istikhoroh Nisa akan mendapatkan jawaban yang tepat agar ia tidak salah memilih.

"Makasih banyak nek, bi. Nisa jadi lebih tenang setelah berbicara dengan kalian berdua," ujar Nisa.

"Kalau begitu Nisa pamit pulang dulu ya nek,bi," pamit Nisa yang harus segera bergegas pulang karena besok harus bekerja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!