3. Bukan Niatku (BN)

Baru beberapa hari Nisa menjadi seorang istri. Setelah menikah mereka tinggal di rumah yang cukup sederhana. Meski rumahnya tidak terlalu besar tapi rumah ini cukup untuk mereka berdua.

Pagi-pagi sekali Nisa sudah bangun dan membereskan rumah. Kebiasaan Nisa sejak masih sekolah dulu membuat Nisa tidak terlalu kaku dalam mengerjakan pekerjaan rumah.

Nisa sudah biasa dan tahu benar apa yang harus di lakukan seorang istri. Nisa segera menyiapkan sarapan untuk suaminya karena sebentar lagi akan pergi ke kantor. Dia memasak sesuai apa yang ada di dalam kulkas.

Nisa memasak sayur lodeh, daging ayam dan juga kerupuk. Meski sangat sederhana tapi makanan itu begitu nikmat.

"Makan dulu mas," ujar Nisa sambil memberikan piring di hadapan Adit.

"Ya Nisa," jawab Adit sambil mengambil Nasib yang berada di hadapannya.

Dengan penuh semangat Adit segera mengambil nasi ke dalam piring miliknya. Meski menu seadanya tapi hal itu membuat Adit senang karena kini ada yang menyiapkan makanan untuknya.

"Kamu juga ikut makan ya!" ajak Adit.

"Iya mas," tukas Nisa yang mengambil nasi ke dalam piring miliknya.

Sebenarnya Nisa belum mau untuk makan, akan tetapi untuk menghargai suaminya akhirnya mau tidak mau Nisa pun makan bersama Adit walau hanya sedikit.

"Kok sedikit makannya?" tanya Adit yang menautkan kedua halisnya.

"Nanti kalau masih mau aku tambah lagi mas. Lagian nasinya sayang kalau ngambil banyak-banyak terus tidak habis" timpal Nisa yang segera menyendokan nasi ke dalam mulutnya.

"Iya betul juga," ucap Adit yang segera menyelesaikan sarapannya karena waktu sudah mulai siang.

Beberapa menit kemudian akhirnya Adit selesai makan dan segera bergegas pergi.

"Kalau begitu mas pergi dulu," pamit Adit yang sebelumnya mencium kening Nisa terlebih dulu.

"Iya mas hati-hati di jalan," ujar Nisa sambil meletakan tangan kanan Adit ke atas keningnya.

"Iya Nisa," jawab Adit yang segera bergegas pergi.

Ternyata seperti ini rasanya menikah dan memilili seorang suami. Ada kebahagiaan yang Nisa rasakan. Kebahagiaan yang tidak akan Nisa dapatkan jika ia tidak menjalani pernikahan ini.

Bulan-bulan pertama begitu indah saat menjalani bahtera rumah tangga. Tidak ada konflik atau perdebatan yang terjadi di antara Nisa dan Adit. Mereka sama-sama merasa bahagia.

Beberapa bulan kemudian tiba-tiba Adit mendapatkan telpon dari mantan istrinya. Dia mengatakan jika anaknya sementara akan tinggal bersama Adit dan Nisa. Sebagai seorang ayah tentu Adit tidak akan menolaknya.

"Oiya Nisa apa kita bisa tinggal bersama anakku?" tanya Adit sebelum dia membawa anaknya ke dalam rumah mereka.

"Kenapa kamu harus bertanya dulu mas, walau bagaimana pun anak itu adalah anakmu, kamu tetap wajib untuk mengurusnya. Aku tidak merasa keberatan," timpal Nisa.

"Terima kasih Nisa," ujar Adit yang merasa bersyukur karena Nisa begitu pengertian.

Walau bagaimana pun Nisa harus mengerti dan tahu diri akan posisinya. Nisa harus mengerti jika dia bukan menikah dengan laki-laki yang biasa. Untuk itu Nisa harus rela jika kasih sayangnya di bagi menjadi dua.

Setelah mendapatkan persetujuan dari Nisa, keesokan harinya Adit mulai membawa anaknya ke rumahnya. Anaknya yang baru berusia 5 tahun memang begitu menggemaskan.

Namanya Aurel, anak perempuan yang begitu manis. Meski awalnya tidak terlalu dekat tapi Nisa harus bisa mendekati Aurel. Nisa harus bisa membuat Aurel nyaman berada di dekatnya.

"Hai Aurel, kamu sudah makan?" tanya Nisa

Sambil mensejajarkan tubuhnya dengan Aurel.

"Belum tante," jawab Aurel polos.

"Tadi tante masak sayur dan daging apa kamu mau makan?" tawar Nisa.

"Boleh tante," jawab Aurel girang.

"Apa kamu juga mau sekalian makan mas?" tanya Nisa.

"Iya Nisa, aku juga mau sekalian makan," jawab Adit.

Akhirnya mereka pun makan bersama. Nisa merasa senang karena dia bisa dekat dengan Aurel. Bahkan Adit juga merasakan hal yang sama. Adit merasa jika ia tidak salah memilih istri.

Nisa terlihat begitu baik dan perhatian pada Aurel. Bahkan Nisa sangat menyayangi Aurel seperti anaknya sendiri.

"Terima kasih Nisa," ujar Adit saat Aurel sudah tertidur dikamar.

"Terima kasih untuk apa mas?" tanya Nisa yang merasa bingung.

"Terima kasih karena kamu sudah menyayangi Aurel. Aku tahu kamu begitu tulus menyanyangi Aurel," tambah Adit.

"Tentu mas, aku sangat menyayangi Aurel dan sudah menganggapnya seperti anakku sendiri," ucap Nisa.

Mendengar hal itu membuat Adit ingin memeluk Nisa. Rasa sayang Adit kepada Nisa pun semakin bertambah. Adit merasa beruntung karena ia tidak salah memilih. Adit juga merasa bahagia karena memilih orang yang tepat.

"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!