2. Bukan Niatku (BN)

Nisa merasa lega setelah menceritakan semua masalahnya kepada nenek dan juga bibinya. Kini Nisa merasa lebih optimis. Meski ayahnya tidak mau merestui hubungannya dengan Adit, tapi masih ada paman dan juga kakeknya.

"Jika ayah tidak mau merestui hubungan aku dan Adit, aku akan tetap menikah," ujar Nisa.

Mendengar kata-kata anaknya membuat Ruben menjadi serba salah. Ia merasa bingung harus berbuat apa. Jika dia bersikap keras maka Nisa akan lebih membangkang. Namun jika dia tetap diam maka Nisa akan tetap bersikukuh dengan keinginannya.

Untuk beberapa saat Ruben terdiam dan merenung. Ruben memikirkan cara agar ia tidak salah mengambil keputusan.

"Baiklah kalau begitu, ayah ingin meminta bukti jika dia memang sudah benar-benar berpisah dengan istrinya," tegas Ruben.

"Baik Yah, aku akan bilang pada Adit untuk membawa bukti jika dia memang benar-benar sudah berpisah.

Sebagai seorang ayah, Ruben tidak mau jika anaknya sampai dibohongi laki-laki. Untuk itu dia harus menunjukan keterangan jika Adit memang sudah benar-benar berpisah.

Setelah berbicara dengan ayahnya, Nisa segera bergegas menemui Adit. Sepulang kerja nanti, Nisa dan Adit sudah membuat janji untuk bertemu. Nisa sendiri bekerja di sebuah toko baju milik temannya.

Sehingga ia bisa leluasa buka ataupun tutup semau Nisa. Namun walaupun demikian Nisa tidak pernah menyalahgunakan kekuasaannya. Nisa tutup lebih awal jika ia sedang ada acara saja.

Tak terasa sore mulai menjelang. Kini tiba saatnya bagi Nisa dan Adit bertemu. Sebelum nya mereka sudah membuat janji untuk bertemu di tempat yang sudah mereka tentukan.

"Apa aku datang terlambat?" tanya Adit saat ia baru saja datang sementara Nisa sudah tiba lebih dulu.

"Tidak, lagipula aku juga baru datang," jawab Nisa.

Mereka membuat janji untuk bertemu di tempat biasa mereka bertemu. Sebelum membicarakan perihal yang ayah Nisa katakan, mereka memesan makanan terlebih dulu.

Adit dan Nisa sama-sama menyukai makan bakso. Untuk itu mereka pun memesan 2 porsi bakso dan juga 2 jus mangga. Rasanya sudah lama tidak memakan makanan ini. Selesai makan Nisa segera menceritakan apa yang terjadi.

Nisa menceritakan tentang ayahnya yang ingin melihat bukti tanda perceraian Adit.

Mengerti akan hal itu Adit pun mengiyakan permintaan ayahnya, karena memang surat itu sudah berada di tangannya.

Keesokan harinya Adit segera membawa surat itu ke rumah Nisa. Adit sengaja langsung memberikan surat itu untuk meyakinkan ayah Nisa jika Adit memang benar-benar serius.

"Ini yah, bukti yang ayah minta," ujar Nisa dan juga Adit yang turut menghadap ayahnya.

Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut ayahnya. Ia hanya mengangguk seolah pertanda jika Adit memang sudah benar-benar berpisah dari mantan istrinya. Nisa juga tidak menanyakan hal apapun lagi pada ayahnya.

Setelah memperlihatkan bukti perpisahan itu. Nisa dan Adit mulai mempersiapkan pernikahan mereka. Nisa mulai mengurus dan mendaftarkan pernikahannya kepada Kantor Urusan Agama (KUA).

Nisa ingin menikah di kampung halaman ibunya. Beberapa bulan kemudian akhirnya pernikahan mereka pun segera di langsungkan meski sangat sederhana. Pernikahan mereka pun di hadiri oleh sanak saudara dan keluarga terdekat saja.

"Saya terima kawin dan nikahnya Nisa Khairunisa binti Ruben Kusnadi dengan seperangkat alat sholat dan logam mulia 50 gram dibayar tunai," ujar Adit dengan satu tarikan nafas saja.

"Bagaimana para saksi sah?" tanya Pak penghulu.

"Sah.." jawab para saksi dan semua anggota keluarga yang menyaksikan secara serempak.

"Alhamdulillah," ucap Nisa dan juga Adit secara bersamaan.

"Sekarang silahkan suami mencium kening istri dan istri mencium punggung tangan suami. Semoga pernikahan kalian langgeng dan menjadi keluarga yang sakinnah, mawwadah dan warrohmah," ujar pak penghulu lagi.

Dengan malu-malu Nisa segera mencium punggung tangan kanan suaminya. Lalu Adit pun mulai mencium kening Nisa yang kini sudah sah menjadi istrinya. Setelah acara ijab qobul selesai acara di lanjutkan dengan menandatangi berkas-berkas.

Setelah itu semua keluarga dan tamu undangan memberikan selamat kepada sang mempelai. Begitu ramai dan meriahnya acara itu.

Sebenarnya di dalam hati Nisa, ia merasa begitu sedih sebab dalam acara pentingnya tidak ada ibunya yang menyaksikan. Tapi Nisa selalu bisa menyembunyikan perasaannya.

"Seandainya ibu berada di sini, pasti kebahagiaan ku akan terasa sempurna," gumam batin Nisa.

"Ada apa Nisa?" tanya Adit yang tiba-tiba melihat istrinya terdiam.

"Ah tidak, aku hanya merasa bahagia saja. Aku masih tidak percaya jika kita akan menikah secepat ini," jawab Nisa yang tidak mengakui kesedihannya.

Meski kini Adit adalah suaminya, tapi Nisa enggan menceritakan kesedihannya.

"Iya aku juga sama masih tidak percaya dengan semua ini. Padahal ayahmu tidak memberikan restu nya," timpal Adit.

Tak lupa mereka mengabadikan momen-momen penting mereka. Tak lupa seluruh keluarga pun berfoto sebagai kenang-kenangan. Termasuk ayahnya Ruben Kusnadi tak lupa berdiri bersama mereka.

"Terima kasih banyak Yah," ujar Nisa saat ayahnya menghampirinya.

"Ya Nisa," jawab Ruben singkat.

Sebenarnya Ruben sendiri masih enggan berbicara dan memberikan restunya, tapi sebagai seorang ayah dia tidak memiliki pilihan lain selain melihat anaknya hidup bahagia.

Hampir seharian mereka melayani semua tamu undangan yang hadir. Waktu pun terus berlalu hingga akhirnya para tamu pergi satu persatu. Setelah rangkaian acara selesai kini tiba saatnya bagi mereka untuk beristirahat.

Nisa dan Adit pun segera bergegas menuju kamar pengantin yang sebelumnya sudah di siapkan. Setelah mengganti pakaiannya mereka berbaring di atas ranjang yang yang cukup besar.

Bagi Ruben ini bukan yang pertama kalinya, tapi bagi Nisa hal ini merupakan hal yang pertama baginya. Jantung Nisa terasa berdegup begitu kencang saat Adit mulai mendekatinya.

"Apa kamu gugup Nisa?" tanya Adit.

"Iya aku malu," jawab Nisa.

"Tidak usah malu-malu, lagipula sekarang kita sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Kita sudah bebas," bisik Adit di telinga Nisa.

Sementara Nisa hanya tersenyum. Tiba-tiba terdengar suara petir yang bergemuruh. Nisa yang merasa terkejut pun seketika memeluk suaminya. Adit membalas pelukan istrinya dan mulai melakukan pemanasan.

Ditengah-tengah hujan yang terasa begitu dingin akhirnya mereka melakukan penyatuan cinta. Cinta yang kini telah suci dan sah. Meski awalnya Nisa menolak karena terasa sakit, tapi akhirnya Nisa menikmatinya juga.

Entah sudah berapa kali mereka melakukan hal itu. Yang jelas sepanjang malam mereka tidak saling melepaskan satu sama lain.

"Terima kasih Nisa," ujar Adit sambil mencium kening istrinya.

"Sama-sama dit," jawab Nisa yang berada dalam pelukan suaminya.

Setelah puas melakukan ritual itu akhirnya mereka segera tidur dan beristirahat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!