Bab 5. Bukan Niatku (BN)

Keesokan harinya seperti biasa Nisa sudah bangun lebih pagi. Nisa menyiapkan sarapan untuk Adit sebelum ia pergi ke kantor. Selama hampir satu jam Nisa berkutat di dapur.

Nisa sengaja memasak masakan kesukaan suaminya yaitu soto ayam. Tidak lupa Nisapiu0p memasak kerupuk sebagai bahan pelengkapnya.

"Mas, makan dulu," ujar Nisa yang melihat suaminya akan pergi bekerja.

"Aku sarapan di kantor saja," jawab Adit datar.

"Tapi mas," tukas Nisa.

Tanpa menghiraukan perkataan Nisa, Adit tetap bergegas pergi tanpa pamit terlebih dahulu. Tidak biasanya Adit bertindak seperti itu kepada Nisa. Hanya karena permasalahan kemarin Adit masih saja marah kepada Nisa.

"Kamu masih marah kepadaku mas," gumam batin Nisa yang masih merasa kecewa dengan semua yang terjadi.

Nisa masih tak habis pikir jika suaminya akan semarah itu hanya gara-gara hal sepele. Padahal Nisa benar-benar tidak tahu dan tidak sengaja. Tapi suaminya justru tidak pernah mengerti.

Untuk menghindari hal yang sama, Nisa lebih hati-hati saat akan memasak untuk Aurel.

"Mah," ujar Aurel saat ia baru bangun tidur.

"Iya Aurel," jawab Nisa yang masih merenung di dapur.

"Aurel mau makan apa hari ini?" tanya Nisa sebelum ia memberikan makanan pada anak sambungnya. Nisa ingin lebih berhati-hati dan tidak ingin sembarangan dalam memberikan makan.

"Apa ya? Aku mau makan mie goreng saja Mah," jawab Aurel.

"Oke baiklah akan mamah buatkan spesial buat kamu," ujar Nisa sambil bergegas ke dapur lagi.

Meski dengan Adit ada masalah tapi tak membuat Nisa kesal terhadap Aurel. Nisa justru lebih melupakan akan sakit hatinya dan bersikap biasa pada Aurel. Beberapa menit kemudian akhirnya Nisa selesai membuat mie goreng untuk Aurel.

"Tara, sudah jadi," ujar Nisa sambil membawa sepiring mie goreng.

"Wah baunya harum, aku mau langsung makan," timpal Aurel yang segera menghampiri Nisa.

"Iya dong siapa dulu yang bikin," tukas Nisa.

Aurel yang sudah merasa lapar sejak tadi segera menyantap mie itu dengan lahap. Nisa merasa senang karena Aurel menyukai masakannya. Nisa sudah menganggap Aurel seperti anak sendiri.

"Selesai makan Aurel mandi ya," titah Nisa.

"Iya Mah," jawab Aurel dengan mulut yang penuh dengan makanan.

Selesai menyantap makanannya, akhirnya Aurel segera bergegas mandi. Sementara Nisa melanjutkan pekerjaan nya membereskan rumah. Namun tak berapa lama tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi.

Dengan sigap Nisa segera membuka pintunya. Alangkah terkejutnya saat Nisa membuka pintu ternyata Dina Wulandari, ibu dari Aurel.

"Mba Dina? Silahkan masuk," ajak Nisa.

"Dimana Aurel?" tanya Dina langsung dan segera masuk ke dalam rumah.

"Mamah.." panggil Aurel yang baru saja selesai mandi.

"Hai sayang apa kabar? Kita pulang ya!" ajak Dina.

Semenjak Aurel tinggal bersama Adit, hidup Dina menjadi kesepian. Memang awalnya Dina sengaja menitipkan Aurel untuk membuat hubungan Adit dan Nisa menjadi renggang.

"Ga mau mah, aku mau disini saja dengan papah," jawab Aurel.

"Tapi kamu harus pulang, mamah sendirian di rumah," pekik Dina yang menarik tangan Aurel dengan paksa.

Nisa yang melihat itupun seketika turun tangan karena tidak tega melihat Aurel dipaksa.

"Maaf mba, jangan di paksa kalau Aurel tidak mau," ujar Nisa.

"Alah kamu jangan ikut campur urusan saya!" pekik Dina yang semakin menarik tangan Aurel dengan paksa.

"Mamah Nisa, aku ga mau pergi. Aku mau disini sama mamah," rengek Aurel.

"Iya sayang," jawab Nisa.

"Tolong mba jangan seperti ini, kasihan Aurel. Biar saya yang akan berbicara dengan Aurel," pinta Nisa.

Mendengar kata-kata Nisa akhirnya Dina melepaskan tangan Aurel.

"Mamah Nisa," ujar Aurel sambil berlari ke arah Nisa.

"Begini sayang, sekarang Aurel ikut pulang dengan mamah Dina ya. Besok Aurel baru nginep disini lagi sama mamah sama ayah," ujar Nisa dengan nada lembut.

Mendengar kata-kata Nisa membuat Aurel menurut seketika. Dina yang melihat pemandangan itupun merasa sangat heran karena ia lebih mendengarkan Nisa dari pada dia ibu kandungnya sendiri.

"Bener ya mah, besok aku mau tidur disini lagi," tukas Aurel.

"Iya sayang," timpal Nisa sambil mengecup pucuk kepala Aurel.

Tanpa berkata apa-apa Dina segera mengajak anaknya untuk segera pulang meski awalnya Aurel menolak. Dina merasa senang karena akhirnya Aurel mau pulang juga.

Dina tidak pernah menyangka jika anaknya akan menjadi dekat dengan Nisa. Beberapa saat kemudian Adit baru saja pulang dari

kantor.

"Mas sudah pulang?" tanya Nisa.

"Ya, dimana Aurel?" tanya Adit yang tidak melihat keberadaan anaknya saat ia pulang.

"Dina tadi mengajak Aurel pulang mas," jawab Nisa.

"Lalu kenapa kamu mengizinkan dia pergi?" tanya Adit.

"Aku tidak bisa mencegahnya mas, Dina kan ibunya juga," jawab Nisa.

"Tapi setidaknya kamu telpon aku dulu bisa kan?" pekik Adit.

"Iya mas maaf," lirih Nisa yang merasa bersalah karena ia memang tidak menelpon suaminya terlebih dulu.

Dengan cekatan Nisa segera menyiapkan makanan untuk makan malam. Meski tadi pagi Nisa merasa kecewa karena Adit tidak memakannya, tapi Nisa tidak putus asa. Dia masih berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi suaminya.

Sementara Nisa memasak, Adit segera ke kamarnya untuk membersihkan diri. Tak berapa lama setelah mandi Adit mendapat telpon dari seseorang yang membuatnya kesal.

📱"Ada apa lagi Dina?" pekik Adit.

📱 "........."

📱 "Ya biar besok aku transfer."

Tak berapa lama panggilan itu berakhir. Di tempat lain Dina merasa sangat senang karena akhirnya Adit mau memberikannya uang. Dina sengaja menjadikan Aurel sebagai alasan agar Adit mau memberikannya uang.

"Yes, akhirnya Adit mau memberikan aku uang," sorak Dina yang merasa sangat senang.

Dari awal Dina memang sering memanfaatkan Aurel agar ia mendapatkan uang dari Adit. Padahal uangnya ia gunakan untuk keperluan pribadinya. Sejak menikah dengan Adit dulu, Dina memang sering menghambur-hamburkan uang.

Dia selalu saja membeli barang-barang mewah. Kini setelah berpisah dengan Adit dia tidak bisa lagi memenuhi segala keinginannya. Untuk itu Dina memanfaatkan Aurel sebagai alasan untuk meminta uang.

Sebab Dina tahu itulah kelemahan Adit. Dia tidak akan pernah menolak apapun yang berkaitan dengan Aurel.

"Maafkan aku Dit, aku harus memanfaatkan Aurel demi uang," gumam batin Dina.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!