4. Bukan Niatku (BN)

Tak terasa setahun berlalu, tapi Aurel masih tinggal bersama Adit dan juga Nisa. Katanya hanya sebentar ibunya menitipkan Aurel tapi nyatanya begitu lama. Namun hal itu tidak membuat Adit merasa keberatan karena ia merasa senang saat berkumpul bersama Aurel.

Hari itu seperti biasa Nisa sudah memasak untuk Adit dan juga Aurel. Nisa tiba-tiba ingin memasak udang kesukaannya. Adit dan Aurel pun seperti biasa memakan masakan Nisa.

Adit yang sudah selesai makan segera bergegas pergi ke kantor. Sedangkan Aurel tinggal di rumah bersama Nisa. Setelah kepergian Adit tiba-tiba saja Aurel mengalami gatal-gatal.

Seketika badan Aurel memerah dan gatal.

"Aduh gatal," ujar Aurel sambil menggaruk seluruh badannya.

"Loh Aurel kenapa?" tanya Nisa yang ikut merasa khawatir saat melihat Aurel yang merasa gatal-gatal.

"Ga tahu mah, tiba-tiba badanku gatal," lirih Aurel.

Nisa pun mencoba beberapa cara untuk menghilangkan rasa gatal di tubuh Aurel. Namun hasilnya nihil. Aurel justru bertambah gatal. Hampir seharian Aurel merasakan gatal-gatal.

Merasa panik Nisa pun mencoba menghubungi Adit. Namun Adit yang sedang sibuk dengan pekerjaannya tidak mengangkat panggilan dari Nisa.

tutt... tutt..

"Kenapa mas Adit tidak mengangkat panggilanku ya," gumam batin Nisa.

Di tempat lain setelah beberapa menit kemudian Adit baru membuka ponselnya. Dia baru melihat jika di dalam ponselnya terdapat beberapa panggilan dari Nisa.

"Nisa menelfon, ada apa ya?" gumam batin Adit.

Namun saat Adit mencoba menghubungi Nisa, ternyata dia tidak mengangkat panggilannya. Adit pun segera menyelesaikan pekerjaannya agar ia bisa cepat pulang.

Adit sendiri bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perhotelan. Adit bekerja di bagian pemasaran yang membuatnya sibuk bekerja. Tak terasa hampir seharian Adit bekerja akhirnya kini tiba saatnya untuk pulang.

Dengan cepat Adit segera mengendarai kendaraannya. Sejak melihat panggilan yang tidak terjawab tadi membuat Adit tidak tenang saat bekerja. Dia pun ingin segera pulang ke rumah.

Satu jam kemudian akhirnya Adit tiba dirumah. Dengan segera Adit segera membuka pintu.

"Assalamualaikum," ucap Adit sambil membukakan pintu.

"Waalaikumsalam," jawab Nisa yang sedang berada di kamarnya bersama Aurel.

"Loh Aurel kenapa?" tanya Adit.

"Ini mas tiba-tiba badan Aurel gatal dan merah. Sekarang badannya juga panas," jawab Nisa.

"Lalu kenapa kamu tidak memberitahuku?" tanya Adit.

"Aku sudah menelpon kamu beberapa kali mas tapi kamu tidak mengangkatnya," tukas Nisa.

"Ya sudah kita pergi ke dokter sekarang juga!" pekik Adit.

Sementara Nisa merasa terkejut karena baru kali ini suara Adit begitu keras kepadanya. Adit membentak Nisa dengan kata-katanya yang seperti itu. Bagi Nisa walau hanya suara yang seperti itu, hal itu justru membuat Nisa begitu sakit hati.

Untuk beberapa saat Nisa terdiam.

"Apa kamu mau tetap disini apa mau ikut denganku hah?" pekik Adit sesaat sebelum pergi.

Mendengar hal itu membuat Nisa terperanjat. Dia segera bergegas mengikuti Adit dari belakang. Setengah berlari Nisa segera mengekor di belakang Adit. Sepanjang perjalanan Nisa hanya terdiam.

Tak berapa lama kemudian akhirnya mereka tiba di salah satu rumah sakit terdekat. Aurel segera di periksa dan mendapatkan penanganan. Sementara Adit dan Nisa menunggu di luar.

"Ayolah Nisa jangan cengeng, Adit seperti itu hanya karena dia khawatir pada anaknya saja," gumam batin Nisa yang mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Nisa mencoba berfikiran positif. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Apa yang kamu berikan pada Aurel?" tanya Adit tegas.

"Aku tidak memberikan apa-apa. Aku sendiri tidak tahu tiba-tiba Aurel bisa seperti itu," jawab Nisa yang merasa bersalah meski ia tidak melakukan apa-apa.

Setelah beberapa saat akhirnya dokter yang memerikas Aurel sudah keluar.

"Bagaimana dengan kondisi anak saya dok?" tanya Adit yang segera menghampiri dokter itu.

"Pasien tidak apa-apa, dia hanya alergi udah saja. Apa pasien makan udang?" tanya dokter itu.

"Ya dokter dia makan udang," jawab Adit.

"Mohon jangan beri udang lagi, karena jika dia memakan itu akan seperti ini lagi," jelas dokter itu.

Setelah menjelaskan semuanya dokter itu segera pergi.

"Semua ini gara-gara kamu. Andai saja Aurel tidak memakan itu mungkin dia tidak akan seperti ini," pekik Adit.

"Maaf karena aku tidak tahu jika Aurel memiliki alergi," lirih Nisa.

Mendengar hal itu lagi-lagi membuat Nisa kecewa. Nisa benar-benar tidak tahu jika Aurel akan seperti itu. Nisa hanya terdiam dan benar-benar merasa bersalah.

"Sudahlah aku ingin menemui Aurel," pekik Adit yang meninggalkan Nisa di luar.

Tak terasa Nisa pun mulai berkaca-kaca. Dan tak terasa bulir bening itu mulai jatuh. Selama menikah baru kali ini Adit begitu menyakiti perasaan Nisa. Padahal Nisa tidak pernah tahu jika Aurel memiliki alergi.

Meski merasa sakit hati tapi Nisa tetap menghampiri Aurel dan Adit di dalam ruangan.

"Aurel sekarang gimana perasaannya? Apa masih terasa gatal?" tanya Nisa saat memasuki ruangan.

"Sudah tidak apa-apa mah. Aku sudah lebih baik," jawab Aurel.

"Syukurlah, maafkan mamah ya karena mamah tidak tahu kalau Aurel ternyata alergi udang," lirih Nisa.

"Tidak apa-apa mah, lagipula aku juga baru sekarang memiliki alergi karena aku baru sekarang memakan udang," jawab Aurel.

Meski mendengar hal itu tidak membuat Adit mengerti. Adit tetap menyalahkan Nisa atas kejadian ini meski Aurel tidak apa-apa. Tak berapa lama akhirnya mereka pun pulang setelah menebus obat.

Saat dalam perjalanan tidak ada pembicaraan antara Adit dan Nisa. Adit masih tetap saja diam, sedangkan Nisa masih tetap merasa sakit hati karena Adit terus saja menyalahkannya atas kejadian ini.

"Kamu sudah salah paham mas. Aku tidak pernah berniat untuk menyakiti Aurel," gumam batin Nisa.

Sementara Aurel hanya terdiam dan tertidur saat dalam perjalanan. Tak terasa akhirnya mereka tiba di rumah. Namun Adit masih saja mendiamkan Nisa. Nisa yang memang merasa bersalah tidak berani mendekati Adit.

Nisa hanya sibuk merawat Aurel. Nisa segera membuatkan bubur dan memberi Aurel obat. Setelah buburnya matang Nisa segera menyuapi Aurel. Selesai meminum obat akhirnya Aurel tertidur.

Setelah Aurel tertidur pulas Nisa keluar dari kamarnya. Lalu Nisa masuk ke dalam kamar dan melihat Adit sudah tertidur dengan pulas. Melihat Adit yang sudah tertidur, Nisa segera merebahkan tubuhnya di samping Adit.

"Apa kamu masih marah mas? Tidak biasanya kamu bersikap seperti ini. Selama menikah baru kali Adit menyakiti perasaannya," gumam batin Bisa yang merasa begitu sedih.

Hampir semalaman Nisa tidak bisa memejamkan matanya karena memikirkan sikap suaminya yang seperti itu hanya karena anaknya sakit.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!