Tak Ingin Berpisah
"Saya, Ezra Halley, mengambilmu Zefanya sebagai istriku tercinta, teman dalam hidupku, kekasihku dan ibu anak - anakku, untuk saling memiliki dan menjaga mulai hari ini dan seterusnya, dalam susah mau pun senang, saat berkelimpahan mau pun kekurangan, sakit atau pun sehat, mencintai dan menyayangi hingga maut memisahkan kita. Dan disinilah, saya berjanji akan selalu setia. Hingga maut memisahkan kita."
Zefanya menatap penuh haru Ezra Halley yang sedang mengucapkan janji pernikahan mereka dengan sepenuh hati. Tatapan penuh cinta dari Ezra membuat Zefanya kian melayang. Bahagia.
VROOOOM...
Suara mobil menderu masuk ke dalam gereja tempat dimana Ezra dan Zefanya melakukan pemberkatan nikah. Zevanya panik. Kepalanya menoleh kesana kemari, celingukan mencari Ezra tapi pria itu sudah tak ada disampingnya. Kemana dia? Mobil itu kian mendekat ke arah mereka. Tidak! Mobil itu bukan menuju ke arah mereka tapi datang ke arah Zefanya. Ya. Mobil itu mengejarnya.
Di mata Zefanya, gerakan mobil itu seperti film yang diputar slow motion. Zefanya ketakutan dan ingin menyelamatkan diri, tapi seluruh tubuhnya kaku, tak bisa bergerak. Sekuat apa pun Zefanya berusaha, seakan ada benda berat menindihnya. Dia tak bisa kemana - mana. Padahal mobil itu terus mendekat dan mengejarnya, panik, takut dan cemas melingkupi Zefanya.
"EZRA!" teriaknya panik, berharap suaminya datang dan menyelamatkan dirinya. Keringat mulai dingin menetes di dahi Zefanya saat menyadari yang keluar dari mulutnya lebih mirip dengan sebuah cicitan. Bagaimana mungkin Ezra bisa mendengarnya. Mata Zefanya semakin liar bergerak, mencoba menemukan sosok Ezra. Tidak biasanya Ezra meninggalkan dirinya seorang diri.
TIIIN!!! TIIIIIN!!
CKIIIIITTT!!!
Suara klakson mobil bergema panjang menyakitkan telinga bercampur dengan bunyi decitan ban mobil bergesekan dengan lantai. Benar - benar memekakkan telinga! Zefanya bernapas lega. Mobil itu berhenti tepat di depan hidung Zefanya, tubuhnya hampir tak berjarak dengan mobil kurang ajar itu. Zefanya heran, bagaimana mungkin tak seorang pun protes terhadap pengemudinya. Ini gereja! Dan bukan jalan raya.
Baru saja Zefanya hendak menegur pengemudi mobil tak beretika itu, sebuah suara sudah bergema terlebih dahulu. "Kamu tidak bisa bersama Ezra lagi, Zefanya."
Suara itu bergaung di ruangan gereja yang sepi. Zefanya gelagapan mencari - cari asal suara tadi, seketika dia menyadari kalau dirinya ternyata tidak ada di gereja. Tempat ini terasa asing bagi Zefanya. Dia tak mengenali ruangan ini, tak ada siapa pun di sekitarnya untuk sekedar bertanya. Tidak ada karangan bunga dan tamu undangan yang akan menyaksikan pernikahannya dengan Ezra. Dan dimana mereka semua? Aunty Emma dan Gabriella pun tak ada. Dan yang menyedihkan adalah Ezra juga tak ada.
Mendadak Zefanya lelah sekali. Mata dan tubuhnya terasa lemas dan tak bertenaga. Dia jatuh terduduk di sebuah ruangan luas dan asing mulai memejamkan mata dan memeluk dirinya sendiri.
"Ma moitie... "
Zefanya buru - buru berdiri dan berniat membuka mata, tapi tak berhasil. Seperti ada yang menindih tubuhnya dan ada yang aneh dengan matanya. Seberapa pun keras usahanya, tetap saja mata ini tak bisa terbuka.
"Ezra... " panggilnya sekali lagi.
Hanya ini yang bisa dilakukannya sekarang, terus memanggil nama Ezra. Laki - laki itu tak akan pernah tega meninggalkannya, Ezra pasti akan menemukannya di tempat asing ini.
"Aku disini, Ma Moitie." suara lembut Ezra terdengar begitu dekat di telinganya.
Zefanya menoleh ke sekelilingnya dengan mata terpejam, tangannya meraba - raba. "Ezra." bisik Zevanya dengan suara bergetar, hampir menangis. Dia benci keadaan ini, tak bisa melihat apa pun. Kenapa Ezra tak segera menghampiri dan memeluknya?
Gelap semakin melingkupi Zefanya, sepi dan sunyi. Tak ada lagi rasa hangat, dia merasakan dingin merayap dari ujung kaki dan terus naik hingga ke atas. Tubuhnya mulai menggigil kedinginan, bercampur rasa takut.
"Maafkan aku. Aku tak ingin mengatakannya, tapi kamu harus tahu kenyataan ini." Suara berat dan menyeramkan terdengar mendekatinya. Nada intimidasi terasa begitu kental di telinga Zefanya.
"Kenyataan apa? Aku tak ingin mendengarnya." tolak Zevanya sambil menutup telinga dengan kedua tangan.
Dan mata Zefanya mendadak terbuka, dia mengerjapkan mata berkali - kali untuk membiasakan diri dengan kegelapan. Setelah terbiasa, Zefanya memandang berkeliling. Tetap saja dia tak mengenali tempat ini.
Ada sebuah bayangan gelap tinggi dan besar berjalan mendekat, dia mengatakan sesuatu yang menyeramkan. Zefanya ketakutan, refleks berjalan mundur. Tanpa pikir panjang Zefanya berbalik badan dan berlari sekuat tenaga.
Dan terjadi lagi, Zefanya tak bisa bergerak. Sekencang apa pun dirinya berlari, dia merasa lari di tempat. Sosok itu terus mengejarnya, kian mendekat.
"Ezra! Ezra!" Teriaknya, memanggil pria yang sangat dicintainya.
"Ma moitie.... "
Hah?! Zefanya berbalik cepat. Ya, tak salah lagi. Ezra memanggilnya tapi dimana dia? Kenapa dia tak menampakkan diri? Hanya satu keinginan Zefanya saat ini, yaitu bertemu Ezra, bersama pria itu dia akan aman. Kekasih yang baru saja menjadi suaminya pasti akan selalu menjaganya, sama seperti yang telah dilakukan olehnya selama ini.
Zefanya tak tahan lagi. Dia berteriak kencang - kencang. "EZRAAAA... "
Sebuah siluet muncul, dengan cahaya menyinari dari belakangnya. Sosok yang familiar dan sangat dekat di hati dan hidupnya muncul. Seorang laki - laki bertubuh tegap dengan setelan jas yang biasa dipakainya ke kantor.
Ezra berdiri disana, dengan segala yang dia miliki. Wajah tampan dengan sorot mata yang tajam dan dalam, tubuhnya begitu gagah dengan kedua lengan kokoh tempat dimana Zefanya biasa bergelanyut manja dan yang paling membuat hatinya bergetar adalah mulut dan bibirnya. Apalagi saat suara itu memanggilnya dengan penuh perasaan.
"Ma moitie." Kedua tangan Ezra terentang siap menyambut Zefanya. Denyut jantung Zefanya beraselerasi cepat, dia berlari dan bersiap menghambur ke pelukan Ezra.
SLAP!
Sosok mengerikan itu muncul lagi, berdiri di antara mereka berdua. "Kalian tak bisa bersatu." suara itu bergaung, membuat gentar hati Zefanya. Wanita muda itu terpaku di tempatnya, melihat bagaimana sosok mengerikan itu menutup tubuh laki - laki tercintanya dengan tubuhnya yang jauh lebih besar dari Ezra. Kemudian tiba - tiba saja sosok itu menghilang bersama Ezra-nya.
Zefanya kembali sendiri, tersungkur dan kehabisan tenaga. Berusaha menguatkan hati tapi tubuhnya lemas tak berdaya. Tak ada kuasa. Dia kalah. Menyadari Ezra tak bisa lagi menjadi miliknya, bahu Zefanya bergetar dan mulai menangisi nasibnya. Di lubuk hatinya yang terdalam, dia berharap ini semua hanyalah sebuah mimpi buruk. Dan akan segera berakhir.
"Ezra, ini hanya mimpi kan? Saat aku bangun nanti, aku masih boleh bersamamu kan?" lirih Zefanya pilu. Air mata meleleh di pipinya. Ezra, kekasih, suami, cinta dalam hidup Zefanya. Satu - satunya orang yang selalu ada dalam rencana masa depannya, kini mereka tak bisa lagi saling mencintai. Tidak boleh!
Bersambung ya...
Keterangan:
Ma Moitie \= dari bahasa Perancis.
Dalam bahasa Inggris artinya My other half, separuh jiwaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments