"Kita tak bisa bersama lagi."
Saat kalimat itu keluar dari mulut Zefanya, saat itu juga setiap sel di dalam tubuhnya memberontak. Rasa sakit terasa begitu nyata di sekujur tubuhnya. Tak tertahankan. Kepalanya berdenyut semakin hebat, dan seperti ada blender mengaduk - aduk isi perutnya. Pusing dan mual.
"Ma Moitie" panggil Ezra. Lehernya tercekat hingga suaranya lebih seperti tercekik demi melihat wanita yang dicintainya kesakitan. Andaikata bisa, Ezra bersedia menanggung seluruh sakit yang dirasakan oleh istrinya itu.
'Ugh, jangan panggil aku dengan sebutan itu... " Zefanya kembali memejamkan mata, kali ini lebih erat. Yang sakit tidak hanya tubuhnya tapi juga hatinya. Berpisah dengan Ezra sama saja dengan mengambil separuh nyawanya. Tapi Zefanya harus menegarkan hati untuk mengucapkan kalimat perpisahan itu.
Bibir Zefanya mulai bergetar, alisnya berkerut menahan emosinya saat tangan Ezra merayap di lengannya, menautkan jemari mereka. Lelaki itu menggenggam tangannya erat. Ajaib! Rasa sakit itu sedikit mereda.
"Ma Moitie, aku menunggumu bangun dan mengingatku kembali." ucap Ezra tak menggubris kata - kata Zefanya.
Ezra mengamati setiap wajah Zefanya, matanya mulai berkaca - kaca saat istrinya lagi - lagi tak mau membuka mata, tidak ingin menatapnya.
"Siang malam aku berdoa tiada henti supaya kamu segera sadar. Aku tinggalkan pekerjaanku karena ingin menjadi orang pertama yang kamu lihat saat membuka mata. Aku yang merindukan istriku setiap detik dalam hidupku." Sebelah tangan yang lain terulur, mengusap lembut pipi Zefanya. "Kamu sedang bercanda kan?" tanya Ezra sedih.
"Aku serius, Ez. Biarkan aku pergi." Akhirnya Zefanya menemukan keberaniannya. Dia membuka kelopak matanya dan menatap Ezra dengan sorot mata dingin. "Kita tidak bisa lagi bersama. Semua sudah selesai." ulang Zefanya.
"A-apa?"
"Aku mengatakan yang sebenarnya, Ez." Zefanya berusaha mendorong Ezra menjauh. Kehadirannl Ezra terlalu dekat dengannya, sentuhan suaminya yang lembut membuat Zefanya jadi serba salah. Dia tak ingin merasakan apa pun lagi terhadap Ezra.
Ezra masih menatap lekat - lekat wajah Zefanya, mencoba mencari kebohongan di dalam sana.
"Ma moitie, jelaskan kenapa. Kenapa kita tidak bisa lagi bersama?" Zefanya memalingkan wajah, tak sanggup melihat wajah Ezra yang memelas.
'Oh, come on, Ez. You're a great leader of some companies. Please, be the boss. Jangan tunjukkan wajah putus asamu itu padaku.'
"Apa kamu pikir, aku akan membiarkanmu pergi begitu saja tanpa penjelasan yang masuk akal?" tanya Ezra lagi, masih tak terima.
"Lebih baik kamu tidak tahu, Ez. It's better this way."
"Ma moitie, please... " tangan Ezra meraih dagu Zefanya, memaksanya untuk menoleh padanya. Saat mata dengan mata bertemu, maka Ezra bisa menilai apakah yang dikatakan oleh Zefanya sungguh - sungguh atau tidak.
Zefanya menelan ludah. Melihat Ezra dalam jarak dekat seperti ini, membuatnya semakin sulit untuk menghapus perasaannya.
Ezra membuat semua laki - laki yang ditemui dan dikenal Zefanya tampak kerdil. Tak ada seorang pun yang bisa menandingi, dalam hal apa pun. Mulai dari penampilannya yang sempurna, hingga sikapnya yang lembut dan bertanggung jawab. Bahkan seluruh wanita di kota ini mengakuinya sebagai salah satu most wanted husband dan CEO.
Cara Ezra memperlakukan Zefanya begitu istimewa, membuat siapa pun yang melihat mereka merasa iri. Tatapanny pada Zefanya begitu memujan seolah tak ada wanita lain yang lebih baik dari istrinya itu.
Zefanya mencintai Ezra melebihi hidupnya sendiri. Namun cinta mereka adalah cinta terlarang. Menyedihkan sekali.
"Kamu milikku, Ma Moitie. Kemarin, sekarang dan selamanya." Aura dominan terpancar dari diri Ezra, tegas dan tak bisa dibantah.
Mata Zefanya berkaca - kaca saat tatapan mereka beradu. Lalu, tiba - tiba rasa nyeri itu kembali muncul. Dia meringis, otaknya terasa seperti ditusuk oleh ribuan jarum. Disusul denyutan hebat, seolah ada palu besar menghantam kepalanya.
"Ughhh... "
Sekujur tubuh Zefanya bergetar menahan sakit, keringat dingin mulai bercucuran. Kedua tangannya memegang kepalanya yang seperti mau pecah.
"Ma moitie?" panggil Ezra cemas dan langsung memeluk Zefanya. "Kenapa? Apa yang kamu rasakan? Katakan padaku!" cecar Ezra dengan panik.
Zefanya tidak mampu menjawab, kepalanya terlalu sakit untuk berpikir. Dia hanya bisa menjerit kesakitan saat merasakan sebuah benda berat menyambar dirinya.
"Arghh! Sakit... "
'Oh, ya Tuhan.... " erang Zefanya. Ada sesuatu yang menggelegak dari dalam perutnya, meminta untuk dikeluarkan.
Ezra terkesiap, dia buru - buru meraup tubuh Zefanya dari lantai dan menendang pintu kamar mandi. Lalu meletakkan tubuh istrinya di depan wastafel.
"Zie... " kata Ezra dengan khawatir, melihat Zefanya membungkuk di depan wastafel dan langsung muntah - muntah.
'Jangan sentuh aku!' pekik Zefanya dalam hati ketika Ezra mulai mengelus - elus punggungnya. Mencoba membuat Zefanya merasa lebih nyaman.
Sentuhan Ezra membuat hati Zefanya bergetar. Dia ingat bagaimana Ezra sering melakukan itu saat bulan madu mereka. Waktu itu tubuh mereka bahkan tak bisa lepas satu sama lain. Saling mendamba dan tak sanggup untuk berpisah. Ya. Mereka saling mencintai.
Memikirkan semua itu, kaki Zefanya seperti kehilangan kekuatan. Tubuhnya mulai merosot, dan gelap melingkupinya.
"Zie! Zie!"
Zefanya merasa kembali terlempar dalam ruangan gelap dan asing yang tak disukainya. Dan suara Ezra kembali bergema, memanggil - manggil namanya.
Bersambung ya...
Keterangan
Great leader \= pemimpin besar
Companies \= perusahaan
Please, be the boss \= jadilah boss.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Tini Laesabtini
Aduh.... aku ikutan pusing makin tambah penasaran
Lanjut thoooor....
2023-03-22
1