"Ya. Di mata hukum, anda masih secara sah istri dari Tuan Ezra Halley." tegas Dokter Sandra.
Ucapan Dokter Sandra membuat jantung Zefanya nyaris berhenti berdetak.
"Benarkah yang anda katakan, Dok?" Tanya Zefanya, suaranya kecil sekali. Lebih mirip seperti bisikan.
"Saya mengatakan yang sebenarnya, Nyonya." ucap Dokter Sandra, raut wajahnya terlihat serius.
'Pernikahan kalian adalah dosa. Aku tahu kalian terlanjur jatuh cinta tapi dia bukan untukmu. Buanglah! Buang jauh - jauh perasaanmu pada Ezra.'
'Tuhan akan mengutukku kalau aku tak memberitahumu tentang kenyataan ini.'
'Kamu bukan untuknya.'
'Dan dia juga bukan untukmu.'
Gema suara itu kembali menyeruak dalam ingatannya. Sosok yang selama ini menghantui alam bawah sadarnya kembali muncul lebih menyeramkan. Suara itu menjadi sebuah batu besar yang mengganjal di hati dan terus berkelebat di kepalanya, menghantui kemana pun dia pergi.
Batin Zefanya berkecamuk. Di satu sisi, dia tahu kalau mereka harus berpisah. Tapi sisi hati Zefanya yang lain terus mengatakan dia tak sanggup tanpa Ezra disisinya.
Bibir Zefanya bergetar menahan tangis. "Bagaimana bisa kami belum bercerai? Aku ingat pengacaraku pergi untuk menemui Ezra saat itu." gumam Zefanya seperti berbicara pada dirinya sendiri.
"Menurut cerita Nyonya Laura, anda tertabrak mobil dan dalam keadaan koma saat pengacara anda menyerahkan surat - surat itu kepada pengacara Tuan Halley. Dan seperti yang anda tahu, Tuan Halley menolak mentah - mentah permintaan bercerai dari anda."
"Jadi kami masih suami istri yang sah?" Zefanya sekali lagi bertanya, berharap Dokter Sandra salah infomasi.
"Iya, Nyonya." Dokter Sandra mencondongkan tubuhnya ke arah Zefanya, menatapnya prihatin. "Saya menyesali kalau hal ini membuat anda terguncang."
Zefanya menatap kosong. "Kenapa sebelumnya tak ada seorang pun yang memberitahuku masalah ini?"
"Berdasarkan prosedur penanganan yang selama ini kami terapkan, perawatan terbaik untuk pasien amnesia adalah membiarkan mereka mengingat kembali masa lalunya. Dengan begitu tubuh mereka akan lebih siap menerima informasi dan tidak terguncang seperti yang anda alami."
Dokter Sandra kembali menjelaskan. Dia berhenti sejenak, mengusap punggung tangan Zefanya. "Kami ingin ingatanmu kembali secara alami. Sayangnya, malam ini suami anda memaksa kami untuk melanggar prosedur. Dia bersedia menandatangani surat pernyataan kalau dia yang akan menanggung semua resikonya. Oleh karenanya, saya minta maaf. Sebetulnya aku tak ingin melakukannya, tapi suamimu juga hampir gila. Dia begitu menderita karenamu."
Beberapa saat, Zefanya termenung kemudian kembali memohon pada Dokter Sandra. "Apa aku harus tinggal disini hingga ingatanku kembali semua?"
"Tidak seperti itu, Nyonya. Anda bisa pulih seperti ini dan memperoleh sebagian besar ingatan adalah sebuah mukjizat. Tapi tak seorang pun dapat memastikan seorang penderita amnesia akan ingat semuanya. Semua kembali pada kondisi masing - masing dan seiring waktu berjalan biasanya ingatan itu akan kembali dengan sendirinya."
"Tapi untuk keluar sebelum waktunya, aku harus meminta ijin dari Ezra kan? Tidak bisakah anda melakukan sesuatu?" tanya Zefanya putus asa.
Semua orang di sekitarnya sudah melayani semua keperluannya dengan baik, tapi Zefanya tetap saja merasa seperti tahanan. Rasanya sudah lama sekali dia tak melihat dunia luar, perasaannya terasa sesak.
"Sebagai Dokter tentu saja aku ingin anda keluar dengan sehat setelah andak berhasil mengatasi ketakutan anda." jawab Dokter Sandra dengan sabar.
"Tapi kapan? Aku sudah tak sabar ingin berjalan - jalan melihat bangunan kuno di Edinburg sore hari." keluh Zefanya.
Raut wajah Dokter Sandra berubah, terlihat sedang mencari kata yang tepat untuk kembali menjelaskan.
"Ada apa, Dok? Apa ada yang belum saya ketahui? Apa ada diagnosa yang saya belum tau?" cecar Zefanya panik.
Dokter Sandra memeluk Zefanya erat, wanita muda ini terlihat begitu rapuh. Dia membayangkan andaikata anak perempuannya yang mengalami hal seperti ini. Tentu akan sangat menyedihkan. "Tidak, Sayang. Bukan seperti itu." jawabnya Dokter Sandra akhirnya. Menyadari emosi Zefanya masih labil, dokter yang baik hati itu membiarkan Zefanya menangis di pelukanmya.
"Apa kamu tahu dimana kamu berada sekarang?"
Zefanya melepaskan pelukannya, matanya mengerjap beberapa kali. Pertanyaan Dokter Sandra membuatnya terhenyak.
'Apakah dirinya salah bicara? Jangan - jangan ini bukan Scotlandia!'
"Apa aku gila? Sampai tak ingat dimana aku berada saat ini?" tanyanya tak percaya.
"Tidak, Sayang. Kamu bukan gila. Pasien amnesia seringkali tak tahu dimana mereka berada saat ingatannya pulih sebagian. Ini normal karena semua informasi tumpang tindih." bantah Dokter Sandra dengan tegas.
"Jangan menghiburku, Dokter. Mungkinkah aku tak akan sembuh?" tengorokan Zefanya terasa kering saat mengucapkannya.
"Anda sedang dalam proses pemulihan, Nyonya. Dan anda belum sempat melihat dunia luar. Tapi tidak masalah asal anda punya support system yang baik."
"Tidak masalah bagaimana? Katakan aku ada dimana!" sergah Zefanya.
"Anda berada di Royal National Ortopedic."
"Royal National Ortopedic?"
"Ya."
Bahu Zefanya meluruh. Perasaan bersalah kian menyergap. "Jadi aku berada di rumah sakit terbaik di London? Dan Ezra menanggung semua biayanya?"
Dokter Zefanya mengangguk. "Anda berada di tempat yang tepat. Kami biasa menangani pasien dengan luka hebat karena kecelakaan serta pemulihan kesehatan mental pasca kecelakaan. Suamimu telah melakukan tindakan terbaik untukmu."
Zefanya menggigit bibirnya, hatinya terasa pedih. Apa yang telah dilakukannya? Dia sudah menghancurkan hati laki - laki sebaik Ezra dengan mengirimkan surat cerai. Tapi itu bukan keinginannya, kalau saja ada jalan lain selain bercerai.
"Suamimu adalah pria terbaik. Dia tak melanggar janji nikah kalian, tidak berselingkuh atau melakukan apa pun yang menodai kesucian pernikahan kalian. Bicaralah baik - baik kepadanya masalah apa yang membuatmu ingin berpisah dengannya. Aku yakin dia akan mencari cara untuk membuat segalanya baik bagimu."
"Andalah yang lari meninggalkan rumah kalian tanpa penjelasan, lalu menghilang berbulan - bulan dan tiba - tiba saja seorang pengacara datang menyodorkan surat cerai kepada suamimu. Aku menceritakan ini supaya kamu tahu fakta sebenarnya."
"Ya." sahut Zefanya pelan sambil berusaha mengingat kembali potongan - potongan peristiwa sebelum kecelakaan.
"Kalau boleh saya memberi saran, pikirkanlah sekali lagi. Saya bisa merasakan kalau Tuan Halley adalah pria terbaik seperti yang anda katakan. Bicaralah padanya dengan jujur. Bahkan dia pasti akan mengabulkan keinginan anda untuk berpisah kalau memang hal itu bisa membuat anda bahagia."
Zefanya tersentak. Apa yang dikatakan Dokter Sandra benar. Ezra pasti akan menceraikannya kalau dia memohon dengan baik - baik. Bukan karena laki - laki itu tak mencintainya. Tapi justru karena Ezra selalu mendahulukan kebahagiaan dirinya diatas segalanya termasuk kepentingannya sendiri.
"Tapi aku tidak berani, Dokter." akhirnya Zefanya mengaku kelemahannya dihadapan Dokter Sandra.
"Kenapa?"
"Karena kejujuran yang aku katakan tidak hanya akan menghancurkan hatiku tapi juga hatinya. Aku tak mau dia juga merasakan sakit yang aku rasakan saat mengetahui faktanya." Ucap Zefanya pilu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Rina_Ibnu_Hajar
sampai disini bagus ceritanya kak
2023-07-02
1
Tini Laesabtini
Ada apakah dibalik semua ini thor.... Kenapa mrk hrs bercerai? Apa mrk sebenarnya betsaudara?
2023-03-27
1