Untuk kedua kalinya, Zefanya tersadar dalam posisi dirinya sudah ada di atas tempat tidur di dalam sebuah ruangan yang nyaman dan bagus. Pakaiannya pun sudah terganti dengan gaun tidur yang bersih.
Dokter Sandra muncul tak lama setelah Zefanya membuka mata, beliau menarik kursi di samping tempat tidur Zefanya dan menatapnya lekat - lekat. "Anda sudah mengalami guncangan yang hebat tapi hal tersebut merupakan kemajuan penting yang harus kita diskusikan."
Zefanya bangkit dari posisinya dan duduk bersandar, secara tak sadar menarik selimut hingga menutupi mulutnya. "Aku tak mau lagi bertemu dengan Ezra. Aku tahu dia akan datang lagi kemari untuk menemuiku. Tak ada seorang pun yang bisa menghalanginya kalau dia sudah bertekad." kata Zefanya gemetaran.
"Tuan Ezra sudah pergi, Nyonya. Ada urusan yang harus dikerjakan olehnya diluar. Aku yang memintanya pergi dari sini dan melihat sendiri dia meninggalkan tempat ini." jawab Dokter Sandra dengan sabar.
"Syukurlah." Zefanya menghembuskan napas lega.
Dokter Sandra meresponnya dengan tersenyum sedih. "Begitu suamimu mengetahui kalau penyebab kesakitanmu adalah dirinya, tanpa disuruh pun dia menyingkir. Kamu harus tahu kalau dalam tiga bulan terakhir ini dia terus menungguimu setiap malam. Mencoba menenangkanmu saat kamu mengigau dan mimpi buruk. Kesetiaan dan perhatiannya padamu sangat luar biasa." Suara Dokter Sandra sedikit bergetar, terharu. Dalam hati, beliau bertanya - tanya, apa yang menyebabkan wanita cantik di hadapannya ini begitu ingin berpisah dengan suaminya.
Mendengar cerita dari Dokter Sandra, Zefanya ingin menangis. Hatinya tercabik. Ternyata suara yang didengar olehnya saat koma selama ini benar - benar suara Ezra.
'Maafkan aku, Ezra. Perpisahan ini bukan keinginanku tapi tidak ada jalan lain.'
Dokter Sandra membuka jurnalnya untuk kembali mencatat kemudian mulai mengajukan pertanyaan pada Zefanya. "Aku ingin tahu sejauh mana ingatanmu kembali. Bisakah kamu menceritakan tentang suamimu?"
"Dia sudah bukan suamiku." sahut Zefanya cepat dengan tangan terkepal.
"Tapi Tuan Ezra berkata kalau dia masih suamimu. Apa bisa dijelaskan?"
"Kami sudah bercerai." Zefanya menjelaskan.
"Kapan?" tanya Dokter Sandra.
Zefanya tertegun. "Kapan?" ulangnya. Air mata bergulir di pipinya dan langsung disekanya dengan punggung tangan. Sungguh dalam hati kecilnya, Zefanya tak ingin berpisah dari Ezra. "Aku sudah menyuruh pengacaraku memberikan surat cerai itu kepadanya... ehm... " Zefanya terlihat mengingat - ingat.
"Sebelum kecelakaan itu terjadi?" Dokter Sandra membantunya untuk mengingat dengan memberi pertanyaan.
Zefanya mengangguk ragu. "Sepertinya... "
"Tapi dia masih bersedia menanggung seluruh biaya perawatan dan menjagamu."
Air mata kembali mengalir ke pipi Zefanya. "Aku tahu. Aku tahu." isaknya pelan. "Dia memang seperti itu, menurutku dia adalah laki - laki terbaik di dunia." suara Zefanya bergetar.
"O'ya? Atas dasar apa dia mau bertanggung jawab pada wanita yang sudah berniat meninggalkannya? Katamu, kalian sudah bercerai bukan?"
"Karena dia sangat mencintaiku. Perasaannya padaku tak perlu diragukan lagi. Apa pun akan dilakukan olehnya asalkan aku sembuh."
"Sepertinya kamu mengenalnya dengan baik. Apa kalian sudah lama menikah?"
"Usia pernikahan kami sekitar tiga bulan. Tapi aku mengenalnya hampir seumur hidupku. Keluarga kami sudah lama bersahabat. Dia adalah pria yang luar biasa baik." gumam Zefanya pilu
Dia berhenti sejenak dan mengusap air matanya. "Masalahnya dia tak akan melepaskanku begitu saja. Meski pun pada akhirnya kami berpisah, dia pasti akan selalu bertanggung jawab atas diriku. Dia tak akan tega membiarkan aku membiayai hidupku sendiri. Sebaik itu Ezra yang aku kenal."
Dokter Sandra mencatat semua pernyataan Zefanya ke dalam jurnal lengkap dengan berbagai emosi yang muncul saat wanita itu bercerita. Dokter itu memberi waktu beberapa saat pada Zefanya untuk menenangkan diri dan minum segelas air. Kemudian session tanya jawab kembali di lanjutkan.
"Ada yang tidak aku mengerti disini. Bisakah kamu mengkonfirmasinya sekali lagi supaya aku tidak salah paham."
Zefanya mengangguk pelan. Pasrah dengan apa pun yang akan ditanyakan oleh Dokternya.
"Anda berpendapat, Ezra Halley is the best man. Bahkan anda bilang di dunia. Tak pernah sedikit pun dia menyakitimu, saya mendapat kesan kalau anda nyaman bersamanya. Tapi, anda tak ingin hidup bersamanya. Benar - benar pernyataan yang sangat kontradiksi, tak bisa dipahami."
"Benar sekali." sambar Zefanya cepat, seperti sedang melepaskan segala unek - uneknya. Dokter Sandra berhasil menyimpulkan ceritanya dengan baik.
"Tapi dia masih sangat mencintaimu."
"Aku tahu." Zefanya menundukkan kepalanya, dadanya terasa nyeri setiap kali teringat perceraiannya dengan Ezra.
"Maaf, Dokter. Bisakah kita tidak membicarakan ini? Aku berterima kasih atas semua yang sudah anda lakukan padaku. Tanpa pertolonganmu, mungkin aku sudah mati atau bisa jadi gila. Ada satu permintaanku."
"Apa?"
"Aku sudah sembuh. Aku ingin pergi dari sini." Zefanya memohon dengan sungguh - sungguh.
"Secara fisik, keadaan anda sudah baik. Tapi saya perlu observasi lebih lanjut dengan kesehatan psikis anda."
"Aku ingin pulang, Dokter. Malam ini juga, aku mau pulang." rengek Zefanya bersikeras, tak mau mendengar alasan apa pun.
Dokter Sandra bersandar ke kursinya dan melipat kedua tangan di depan dada. "Kemana kamu akan pulang?"
"Ke tempat Aunty Laura."
"Bagaimana caranya kamu pergi kesana?"
"Aku punya cukup uang untuk membayar taksi pergi kesana. Pinjami aku ponselmu, aku juga bisa menelepon Aunty untuk menjemputku disini."
Dokter Sandra mengangguk - angguk. "Tampaknya kemampuan berpikirmu pun sudah pulih. Tapi sayangnya, ada satu masalah."
"Apa?"
"Kamu tak bisa keluar begitu saja dari tempat ini." ujar Zefanya dengan nada tak sabar.
"Kenapa?"
"Karena orang yang memasukkanmu kemari dan bertanggung jawab atas dirimu adalah Tuan Ezra Halley. Jadi untuk kepulanganmu pun harus dengan persetujuan suamimu.
"Sudah kubilang kalau Ezra bukan suamiku lagi. Kami sudah bercerai."
"Maaf, Nyonya. Anda salah. Ada satu hal yang terlewat dalam cerita anda. Suami anda tak pernah menyetujui perceraian itu, dia menolak untuk menanda tangani dokumen - dokumen yang dikirim oleh pengacaramu."
Zefanya terganga. "Benarkah?"
"Ya. Di mata hukum, anda masih secara sah istri dari Tuan Ezra Halley." tegas Dokter Sandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments