KESANDUNG CINTA CALON DUDA

KESANDUNG CINTA CALON DUDA

Anjani Layang Abigail

'Hiduplah bersamaku, saat ini dan selamanya! apalah jadinya aku tanpamu bersamaku. Kalung berlian bermata safir ini ku persembahkan hanya untukmu, hidupku, mati ku, hanyalah untukmu aku mencintaimu dan kau... Ya hanya kau ratu dalam hatiku....'

Gadis bergaun putih berenda indah dengan dandanan yang cantik serta anggun, mengenakan tiara di kepalanya menerima dengan mata berkaca-kaca lalu menghambur dalam pelukan pangeran tampan pujaannya selama ini.

"Aku akan segera meminang mu, kita akan melalui bahtera rumah tangga bersama, aku mencintaimu dan kau adalah nafasku."

'yes...aku menang dan aku telah mampu menaklukkan hatinya, oh... pangeran ku, bawa aku bersamamu ! Aku akan setia mendampingi di akhir sisa hidupku akan aku buktikan pada dunia bahwa aku bisa'

Ceklek.... Cieet...

"Jani..... Bangun! Hari sudah siang loh, bukannya hari ini kamu ada janji oper Sift dengan mbak Tina? harus berangkat kerja ayo bangun!" Suara pintu terbuka paksa dan gadis seusianya itu mengguncang tubuh Anjani yang masih bergelut dengan selimut.

Anjani terburu-buru bangun dan terjaga dari mimpi konyolnya karena terlalu keseringan menonton drama film India kesukaannya "Oh Lusi, ya ampun... bagaimana bisa aku bangun kesiangan, ah.... Mimpi itu." Anjani kembali tersenyum ketika mengingat mimpi dengan aktor pujaannya itu.

Cantik, mandiri dan pemberani sedikit tomboy. Dia adalah Anjani Layang Abigail, gadis dewasa yang sedang meniti cita-cita untuk mandiri, sebagai tulang punggung dan anak pertama dari dua bersaudara dari seorang single mother.

"Sarapan dulu Jan! berhemat lah untuk pengeluaranmu, ini nasi uduk kesukaanmu!"

Lisa adalah sahabat sejak kecil dari kampung, mereka sama-sama mengadu nasib ke ibu kota berbekal ijasah terakhir

"Lisa.. aku buru-buru, buat bekal saja ya!" Dengan tergesa-gesa Anjani sambil meraih tas ransel kecilnya mengusap rambut Lisa dan bergegas keluar rumah sambil mengendarai motor butut kesayangannya.

Sambil senyum-senyum sendiri mengingat mimpi konyolnya semalam yang membuatnya terlambat dan kesiangan, padahal ini adalah Minggu ketiga dan selalu saja ia terlambat dengan banyak alasan, kepada satpam penjaga gerbang depan yang sedikit galak.

Ia bekerja di sebuah perusahaan bonafide yang selalu ia idam-idamkan sejak masih duduk di bangku sekolah, untuk membantu ibu dan adik laki-laki meneruskan pendidikannya.

Walaupun ia bekerja hanya sebagai cleaning service tapi itu sudah lebih cukup dari kemampuannya yang hanya sekolah sampai tamat pada bangku menengah atas saja.

Brughh....akkhh....

"Wei....mata taruh mata non, kenapa sih selalu harus buru-buru? Seperti di kejar hantu saja." Gerutu satpam yang berjaga di gerbang masuk perusahaan PT. Anexaplast yang bergerak pada bidang container, alat dapur yang berbahan baku plastik.

Seringai malu dan rasa bersalah Anjani membuat dia sedikit gelagapan "He...he...he.. peace pak Toni cakep, jangan marah lekas tua nanti."

Pak Toni ketua satpam yang kebetulan bertugas di pos depan, hanya bisa geleng kepala dan menghela nafas geram, mengingat dengan jelas pegawai cleaning service dengan tag name Anjani

"Kamu sering terlambat loh! Ini terakhirnya aku peringatkan ya! sekali lagi terlambat, kamu Akan mendapat skors, Ingat itu!." Seru pak Toni dengan logat kental daerah asalnya.

"Siap pak! saya akan selalu mengingat" Jawab Anjani dengan gaya persis seperti Taruni yang sedang menjalani pelatihan akademi kemiliteran.

Anjani segera berlalu dan melakukan check clock kehadiran, lalu bergegas menuju ruang paling belakang di tempatnya kerja, segera ia menyiapkan alat tempurnya sebelum mendapatkan semprotan dari kawan-kawan seniornya lagi. Tapi ternyata kedatangan dia tidak luput dari Pantauan Bu Shinta seniornya.

"Anjani Layang Abigail, kamu telat sepuluh menit sebagai, hukumannya kau harus membersihkan ruangan direktur." Tegur Bu Shinta seniornya yang mempunyai tubuh subur serta paling galak di antara senior lainnya.

"Kan cuma sepuluh menit, Bu Shinta," protes Anjani dengan mengerutkan keningnya tanda dia keberatan dengan hukuman yang ia terima.

"Baik, di tambah membersihkan kaca di dekat mesin packing loam," Bu Shinta melenggang dengan santai sambil tersenyum tipis

"Ba...baiklah, saya terima, tapi untuk kaca packing loam saya mohon keringanan Bu Shinta," tawar Anjani kembali.

Bu Shinta yang mendengarnya hanya melambaikan tangannya tanda tidak setuju sambil terus berlalu, tinggallah Anjani dengan wajah cemberut sambil tetap mempersiapkan segala kebutuhan untuk memulai bertugas.

Anjani berlalu ke ruang cleaning service dan mengambil Janitor trolley sebagai peralatan utama ia memulai rutinitasnya dalam bekerja.

"Jani.....Anjani Ooiii... tunggu bentar! maaf Jan... Hari ini anakku sakit dan harus di opname. Tolong kerjakan tugas ku yah, membersihkan ruang finishing ya! Please," ucap Tina sambil berkaca-kaca, air bening itu sudah menganak di sudut matanya yang menghitam sepertinya memang kurang tidur.

"Duh... Kak... Bukannya kita oper sift Gimana ini? Jani kena skors bersihin kaca ruang loam, nanti pulang Jani malam donk kak?" Ucap Anjani namun tetap juga ia lakukan sebab selain karyawan baru, karyawan cleaning service memang terbatas.

"Jani...please kalau bukan kamu siapa lagi yang membantu ku."

"I..iya deh kak, buruan pulang! Semoga dedeknya lekas sehat, amin...."

"Makasih ya ndhuk, nanti akak doain kau dapat jodoh direktur dah," Tina berlalu sambil menoel pipi imut jenny yang masih terbengong dengan doa teman seprofesinya.

"Hah...jodoh direktur? Hahaha... Kalau direkturnya jutek mending kagak usah deh kak" pekik Anjani sambil terus memulai tugasnya.

Ruang direktur utama adalah awal dia memulai tugasnya, mengingat harus mengerjakan tugas Tina juga.

tangannya mulai sibuk melakukan satu persatu pekerjaannya dengan telaten, peluh yang mengembun di keningnya bukan penghalang baginya.

Sambil berdendang pelan ia mulai melantunkan irama lagu yang hit dan sering ia dengar lewat tv kesayangannya, satu-satunya sarana hiburan yang mereka miliki selain gitar usang kesukaannya.

"Wahh... Cakep nian ini bapak direktur, beruntung sekali istrinya memiliki pria setampan dia, sudah tajir, cakep pisan oii... Bukan seperti diriku, dipersunting pangeran tampan saja cuma lewat mimpi, heleh mimpi." Celoteh Anjani sambil cengengesan di depan dinding kaca yang besar, yang berada di ruangan itu.

Karena terlalu asyik dengan pekerjaannya tidak ia sadari seorang telah masuk dalam ruangan. "Hei siapa kamu? Bisa keluar sekarang? ruangan ini mau aku gunakan. Suaramu sangat menganggu pendengaranku." Suara itu mengagetkan Anjani, lalu sebentar kemudian ia pamit untuk keluar ruangan.

"Maaf pak, saya Anjani Layang Abigail karyawan cleaning service baru, dan saya mengantikan tugas kak Tina hari ini, karena anaknya sedang di rawat di rumah sakit" Jawab Anjani lengkap.

"Oke, bisa keluar dulu!" perintah sang direktur tanpa menoleh padanya.

'Hufft... ganteng-ganteng jutek untung saja jantungku tidak ambyar berantakan.' Batin Anjani sambil berlalu dan merapikan seluruh peralatannya lalu mendorong Janitor trolley keluar.

Anang Putra Hermansyah selaku direktur dan pemilik perusahaan PT Anexaplast. Laki-laki dewasa dengan postur tubuh idola setiap kaum hawa, wajahnya yang selalu memancarkan aura dingin namun bersahabat, membuat para staf dan karyawan sangat segan dengan dirinya.

Hermansyah... ia biasa mendapatkan panggilan namanya, pria mapan, kaya dan tampan. Namun ditinggal pergi istri tercinta dan meninggalkan seorang bocah kecil hasil buah cinta mereka.

Cinta pertama yang membawanya terpuruk dan dicampakkan begitu saja.

Belum juga ia duduk dengan nyaman, pintu kembali terbuka dan muncullah Simon dengan cengirannya yang khas.

"Wow, karyawan baru tuh cakep loh. Loe apain dia! Kenapa wajahnya terlihat jutek ketika keluar dari ruangan loe?" Cerocos Simon tanpa penyaring kata.

"Apa an... datang-datang sudah terlambat main tuduh aja, bising tau!" Gerutu Hermansyah.

"Jangan terlalu galak donk Her, tidak bagus buat kesehatan jantung loe, relax dikit kenapa sih, barang bangus jangan di sia-siain deh!"

"So... Berhenti membual! kita mulai saja dengan proyek yang mulai loe tangani, ada kendala?" Hermansyah mengalihkan pembicaraan kurang bermutu menurutnya, dengan bisnis yang saat ini sedang berkembang dengan baik.

Senyum mekar Simon secara langsung raib dari wajahnya yang bulat dengan kacamata minusnya, yang menambah kegantengan seorang sekertaris cowok pilihan Hermansyah.

Simon adalah sahabat sejak mereka sama-sama masih menempuh pendidikan di tingkat menengah, dan kini mereka sama-sama meniti karier dengan merintis bisnis dari nol.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

To be continued 😉

Hiii....🙋

Rhuji hadir lagi dengan karya anyar Mak 🤭

Dukung Rhuji dengan like, komen dan fav 😘.

Salam sehat selalu dan sayang always by RR 😘

Terpopuler

Comments

ㅤKᵝ⃟ᴸRaisya𝐙⃝🦜

ㅤKᵝ⃟ᴸRaisya𝐙⃝🦜

semangat dek Rhu 💪💪💪💪

2023-04-14

1

Keyboard Harapan

Keyboard Harapan

semanagt berkarya kakak💪💪💪

2023-04-10

0

𝐙⃝🦜Ervino

𝐙⃝🦜Ervino

awal yg bagus

2023-03-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!