'Hiduplah bersamaku, saat ini dan selamanya! apalah jadinya aku tanpamu bersamaku. Kalung berlian bermata safir ini ku persembahkan hanya untukmu, hidupku, mati ku, hanyalah untukmu aku mencintaimu dan kau... Ya hanya kau ratu dalam hatiku....'
Gadis bergaun putih berenda indah dengan dandanan yang cantik serta anggun, mengenakan tiara di kepalanya menerima dengan mata berkaca-kaca lalu menghambur dalam pelukan pangeran tampan pujaannya selama ini.
"Aku akan segera meminang mu, kita akan melalui bahtera rumah tangga bersama, aku mencintaimu dan kau adalah nafasku."
'yes...aku menang dan aku telah mampu menaklukkan hatinya, oh... pangeran ku, bawa aku bersamamu ! Aku akan setia mendampingi di akhir sisa hidupku akan aku buktikan pada dunia bahwa aku bisa'
Ceklek.... Cieet...
"Jani..... Bangun! Hari sudah siang loh, bukannya hari ini kamu ada janji oper Sift dengan mbak Tina? harus berangkat kerja ayo bangun!" Suara pintu terbuka paksa dan gadis seusianya itu mengguncang tubuh Anjani yang masih bergelut dengan selimut.
Anjani terburu-buru bangun dan terjaga dari mimpi konyolnya karena terlalu keseringan menonton drama film India kesukaannya "Oh Lusi, ya ampun... bagaimana bisa aku bangun kesiangan, ah.... Mimpi itu." Anjani kembali tersenyum ketika mengingat mimpi dengan aktor pujaannya itu.
Cantik, mandiri dan pemberani sedikit tomboy. Dia adalah Anjani Layang Abigail, gadis dewasa yang sedang meniti cita-cita untuk mandiri, sebagai tulang punggung dan anak pertama dari dua bersaudara dari seorang single mother.
"Sarapan dulu Jan! berhemat lah untuk pengeluaranmu, ini nasi uduk kesukaanmu!"
Lisa adalah sahabat sejak kecil dari kampung, mereka sama-sama mengadu nasib ke ibu kota berbekal ijasah terakhir
"Lisa.. aku buru-buru, buat bekal saja ya!" Dengan tergesa-gesa Anjani sambil meraih tas ransel kecilnya mengusap rambut Lisa dan bergegas keluar rumah sambil mengendarai motor butut kesayangannya.
Sambil senyum-senyum sendiri mengingat mimpi konyolnya semalam yang membuatnya terlambat dan kesiangan, padahal ini adalah Minggu ketiga dan selalu saja ia terlambat dengan banyak alasan, kepada satpam penjaga gerbang depan yang sedikit galak.
Ia bekerja di sebuah perusahaan bonafide yang selalu ia idam-idamkan sejak masih duduk di bangku sekolah, untuk membantu ibu dan adik laki-laki meneruskan pendidikannya.
Walaupun ia bekerja hanya sebagai cleaning service tapi itu sudah lebih cukup dari kemampuannya yang hanya sekolah sampai tamat pada bangku menengah atas saja.
Brughh....akkhh....
"Wei....mata taruh mata non, kenapa sih selalu harus buru-buru? Seperti di kejar hantu saja." Gerutu satpam yang berjaga di gerbang masuk perusahaan PT. Anexaplast yang bergerak pada bidang container, alat dapur yang berbahan baku plastik.
Seringai malu dan rasa bersalah Anjani membuat dia sedikit gelagapan "He...he...he.. peace pak Toni cakep, jangan marah lekas tua nanti."
Pak Toni ketua satpam yang kebetulan bertugas di pos depan, hanya bisa geleng kepala dan menghela nafas geram, mengingat dengan jelas pegawai cleaning service dengan tag name Anjani
"Kamu sering terlambat loh! Ini terakhirnya aku peringatkan ya! sekali lagi terlambat, kamu Akan mendapat skors, Ingat itu!." Seru pak Toni dengan logat kental daerah asalnya.
"Siap pak! saya akan selalu mengingat" Jawab Anjani dengan gaya persis seperti Taruni yang sedang menjalani pelatihan akademi kemiliteran.
Anjani segera berlalu dan melakukan check clock kehadiran, lalu bergegas menuju ruang paling belakang di tempatnya kerja, segera ia menyiapkan alat tempurnya sebelum mendapatkan semprotan dari kawan-kawan seniornya lagi. Tapi ternyata kedatangan dia tidak luput dari Pantauan Bu Shinta seniornya.
"Anjani Layang Abigail, kamu telat sepuluh menit sebagai, hukumannya kau harus membersihkan ruangan direktur." Tegur Bu Shinta seniornya yang mempunyai tubuh subur serta paling galak di antara senior lainnya.
"Kan cuma sepuluh menit, Bu Shinta," protes Anjani dengan mengerutkan keningnya tanda dia keberatan dengan hukuman yang ia terima.
"Baik, di tambah membersihkan kaca di dekat mesin packing loam," Bu Shinta melenggang dengan santai sambil tersenyum tipis
"Ba...baiklah, saya terima, tapi untuk kaca packing loam saya mohon keringanan Bu Shinta," tawar Anjani kembali.
Bu Shinta yang mendengarnya hanya melambaikan tangannya tanda tidak setuju sambil terus berlalu, tinggallah Anjani dengan wajah cemberut sambil tetap mempersiapkan segala kebutuhan untuk memulai bertugas.
Anjani berlalu ke ruang cleaning service dan mengambil Janitor trolley sebagai peralatan utama ia memulai rutinitasnya dalam bekerja.
"Jani.....Anjani Ooiii... tunggu bentar! maaf Jan... Hari ini anakku sakit dan harus di opname. Tolong kerjakan tugas ku yah, membersihkan ruang finishing ya! Please," ucap Tina sambil berkaca-kaca, air bening itu sudah menganak di sudut matanya yang menghitam sepertinya memang kurang tidur.
"Duh... Kak... Bukannya kita oper sift Gimana ini? Jani kena skors bersihin kaca ruang loam, nanti pulang Jani malam donk kak?" Ucap Anjani namun tetap juga ia lakukan sebab selain karyawan baru, karyawan cleaning service memang terbatas.
"Jani...please kalau bukan kamu siapa lagi yang membantu ku."
"I..iya deh kak, buruan pulang! Semoga dedeknya lekas sehat, amin...."
"Makasih ya ndhuk, nanti akak doain kau dapat jodoh direktur dah," Tina berlalu sambil menoel pipi imut jenny yang masih terbengong dengan doa teman seprofesinya.
"Hah...jodoh direktur? Hahaha... Kalau direkturnya jutek mending kagak usah deh kak" pekik Anjani sambil terus memulai tugasnya.
Ruang direktur utama adalah awal dia memulai tugasnya, mengingat harus mengerjakan tugas Tina juga.
tangannya mulai sibuk melakukan satu persatu pekerjaannya dengan telaten, peluh yang mengembun di keningnya bukan penghalang baginya.
Sambil berdendang pelan ia mulai melantunkan irama lagu yang hit dan sering ia dengar lewat tv kesayangannya, satu-satunya sarana hiburan yang mereka miliki selain gitar usang kesukaannya.
"Wahh... Cakep nian ini bapak direktur, beruntung sekali istrinya memiliki pria setampan dia, sudah tajir, cakep pisan oii... Bukan seperti diriku, dipersunting pangeran tampan saja cuma lewat mimpi, heleh mimpi." Celoteh Anjani sambil cengengesan di depan dinding kaca yang besar, yang berada di ruangan itu.
Karena terlalu asyik dengan pekerjaannya tidak ia sadari seorang telah masuk dalam ruangan. "Hei siapa kamu? Bisa keluar sekarang? ruangan ini mau aku gunakan. Suaramu sangat menganggu pendengaranku." Suara itu mengagetkan Anjani, lalu sebentar kemudian ia pamit untuk keluar ruangan.
"Maaf pak, saya Anjani Layang Abigail karyawan cleaning service baru, dan saya mengantikan tugas kak Tina hari ini, karena anaknya sedang di rawat di rumah sakit" Jawab Anjani lengkap.
"Oke, bisa keluar dulu!" perintah sang direktur tanpa menoleh padanya.
'Hufft... ganteng-ganteng jutek untung saja jantungku tidak ambyar berantakan.' Batin Anjani sambil berlalu dan merapikan seluruh peralatannya lalu mendorong Janitor trolley keluar.
Anang Putra Hermansyah selaku direktur dan pemilik perusahaan PT Anexaplast. Laki-laki dewasa dengan postur tubuh idola setiap kaum hawa, wajahnya yang selalu memancarkan aura dingin namun bersahabat, membuat para staf dan karyawan sangat segan dengan dirinya.
Hermansyah... ia biasa mendapatkan panggilan namanya, pria mapan, kaya dan tampan. Namun ditinggal pergi istri tercinta dan meninggalkan seorang bocah kecil hasil buah cinta mereka.
Cinta pertama yang membawanya terpuruk dan dicampakkan begitu saja.
Belum juga ia duduk dengan nyaman, pintu kembali terbuka dan muncullah Simon dengan cengirannya yang khas.
"Wow, karyawan baru tuh cakep loh. Loe apain dia! Kenapa wajahnya terlihat jutek ketika keluar dari ruangan loe?" Cerocos Simon tanpa penyaring kata.
"Apa an... datang-datang sudah terlambat main tuduh aja, bising tau!" Gerutu Hermansyah.
"Jangan terlalu galak donk Her, tidak bagus buat kesehatan jantung loe, relax dikit kenapa sih, barang bangus jangan di sia-siain deh!"
"So... Berhenti membual! kita mulai saja dengan proyek yang mulai loe tangani, ada kendala?" Hermansyah mengalihkan pembicaraan kurang bermutu menurutnya, dengan bisnis yang saat ini sedang berkembang dengan baik.
Senyum mekar Simon secara langsung raib dari wajahnya yang bulat dengan kacamata minusnya, yang menambah kegantengan seorang sekertaris cowok pilihan Hermansyah.
Simon adalah sahabat sejak mereka sama-sama masih menempuh pendidikan di tingkat menengah, dan kini mereka sama-sama meniti karier dengan merintis bisnis dari nol.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
To be continued 😉
Hiii....🙋
Rhuji hadir lagi dengan karya anyar Mak 🤭
Dukung Rhuji dengan like, komen dan fav 😘.
Salam sehat selalu dan sayang always by RR 😘
Suara adzan ashar berkumandang merdu, memanggil umatnya untuk segera melakukan kewajibannya beribadah, puji dan syukur tersematkan pada setiap doa dan pinta mereka kepada Sang pencipta alam semesta dan pemberi segala anugerah kepada umat-Nya.
"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga semua tugasku. Oh..lelahnya" Prisma menguap sambil menggeliat melepas rasa lelah yang merajam tubuhnya, ia melihat jam dinding waktu menunjukkan pukul tujuh.
"Mungkin aku harus segera pulang, kasihan Lisa pasti gelisah menungguku." Prisma buru-buru menuju tempat parkir yang berada di halaman belakang pabrik yang sangat besar itu.
Bruak....
Tabrakan itu sulit ia hindari, dan membuat tubuh Anjani jatuh terpelanting masuk kedalam selokan. Darah segar mengalir dari lutut dan kening Anjani.
"Duh....kalau bawa mobil punya mata buat lihat jalan donk, jangan asal tancap aja, sakit tau!" Teriak Anjani tentu saja sangat keras karena kebetulan lahan parkir itu sudah sangat sepi.
Pintu mobil terbuka lalu keluarlah sosok tinggi tegap, dan berjalan sedikit berlari mendekati Anjani. "Bisa nggak naik motor dengan benar? Mana yang terluka? sebentar!"
Mata Anjani terbelalak sempurna, setelah tau si penabraknya adalah direkturnya yang jutek dan sangat tidak bersahabat pada bawahannya, ka
"Oh...ti..tidak apa-apa, saya baik-baik saja kok pak." Jawab Anjani sambil berusaha membetulkan motornya karena roda depannya masuk ke selokan.
"Huh....untung saja selokan ini kering tidak ada genangan air, kalau tidak apa jadinya hidupku besok." Walaupun Anjani bilang baik-baik saja, namun bibirnya tetap saja menggerutu kesal.
Hermansyah kembali menghampiri Anjani, dengan membawa tissue dalam kotak, "maaf aku harus buru-buru, sekalian aku bawa kamu ke rumah sakit untuk mengobati luka-luka mu." Hermansyah membukakan pintu mobilnya untuk Anjani masuk kedalamnya.
"Bapak, terima kasih! Saya pulang naik ojek saja, saya tidak apa-apa kok, beneran." Ucap Anjani ragu untuk masuk, dan tetap meyakinkan Hermansyah bahwa dia baik-baik saja.
"Saya buru-buru, segeralah masuk jangan menghambat waktuku!"
Anjani merasa bingung sendiri dan akhirnya, "baiklah, permisi" Anjani sendiri berbicara tanpa bisa berbuat apa-apa, kakinya terluka dan perih.
"Mana sudah malam lagi, Lisa pasti sudah gelisah menungguku pulang." Anjani merogoh kantong dalam tasnya dan meraih ponsel miliknya dan menekan tombol nomor Lisa, lalu mengirimkan WhatsApp.
"Lisa...gua pulang terlambat, loe tunggu gua ya!"
'ya ampun, mobil orang tajir harum bener mana adem, duh... Sering-sering aja bisa numpang ini mobil, hi...hi...hi...' batin anjani sambil mengeratkan jaket yang ia kenakan karena dingin.
Alunan musik yang sangat bersahabat di telinga Anjani, semakin membawanya terlena hingga dengkuran halus pun pelan terdengar.
Beberapa saat kemudian, tujuan telah sampai di klinik 'Aura kasih' mobil berhenti, Hermansyah menatap ke arah Anjani sesaat yang masih terlelap dalam tidurnya, yang menahan lelah dan sakit. baju yang melekat pada tubuhnya yang kotor sobek sedikit pada sikunya.
Perasaan iba itu tiba-tiba menjalar pada diri Hermansyah, perlahan ia membangunkan Anjani, " hei...bisa bangun sebentar? kita sudah sampai di klinik," tangan Hermansyah mengguncang pelan pundak Anjani.
"Oh... Ouch...sakit... Ya ampun maaf pak, saya ketiduran," Anjani baru menyadari kalau dia tertidur saat dalam perjalanan menuju klinik.
Perlahan ia bangkit dari duduknya berjalan dengan kaki pincang, sementara Firmansyah mengikutinya dari belakang dan mengantarnya sampai kepada petugas klinik.
Setelah segala pengobatan dan payment selesai, Herrmansyah meninggalkan Anjani dan langsung tancap gas menuju rumahnya. Tanpa pesan apapun kepada Anjani yang masih mendapatkan perawatan pertama setelah kecelakaan.
"Calon suami ya mbak? Kok nggak mesra banget sih, masa calon istri baru mengalami kecelakaan di tinggal begitu saja!" Seorang perawat berusaha akrab dengan Anjani dengan melontarkan berbagai pertanyaan.
"Saya, oh...eh anu..." Tentu saja Anjani gugup menjawab pertanyaan yang tidak pernah ia fikirkan sebelumnya.
"Sudah mbak nggak usah di fikirkan, cowok mah selalu begitu maunya memang selalu menang sendiri," perawat berlalu dan memberikan senyum bersahabatnya kepada Anjani.
Pertanyaan seorang perawat klinik yang membuatnya tersenyum-senyum sendiri, berasa tambah bego. Kejadian dalam sehari yang membuatnya berfikir tentang kesialan yang tidak ada habis-habisnya, mimpi dengan seorang pangeran pujaannya hingga bangun kesiangan, lalu kena skors dan sekarang ketabrak mobil bosnya sendiri.
'Duh...sial bener nasib gua seharian ini, boro-boro calon suami, calon pembantunya gua juga kagak mau, mbak...mbak...'
Anjani bangkit dari ranjang klinik tempatnya mendapatkan pengobatan pertama setelah kecelakaan. Dokter memberikan obat oles dan antibiotik untuk menghindari rasa nyeri dan mencegah infeksi kaki Anjani yang sudah di jahit pada lukanya.
Pengobatan telah selesai, Anjani pun berjalan keluar klinik dengan langkah sedikit pincang. Lalu memesan ojek online untuk mengantar pulang ke tempat kontrakannya.
Waktu menunjukkan tepat pukul 10.00 WIB, dimana Lisa sudah menunggu kepulangan Anjani dengan khawatir di depan teras kontrakan mereka. Ojek yang di tumpangi Anjani pun tiba tepat di depan pintu masuk.
Lisa buru-buru berlari menyongsong Prisma dengan beberapa pertanyaan memberondong Anjani.
"Jani...loe kenapa? Ya ampun, kenapa begini... Apa yang terjadi dengan mu Jan...!" Suara heboh Lisa, karena panik melihat Anjani yang sudah pulang terlambat dan dalam keadaan berjalan pincang serta baju yang sobek di beberapa tempat.
"Itu Lis...gua ketabrak mobil direktur jutek itu, untung selokan dalam keadaan kering coba kalau basah, apa jadinya diriku ini, huft..."
Lisa menyodorkan segelas air putih pada Anjani, lalu ke dapur merebus air untuk Anjani membersihkan badannya.
"Kok bisa ketabrak sih Jan? Loe kurang hati-hati mungkin, makanya kalau pas di jalan tuh jangan suka melamun,"
"Udah sekarang loe bersihin tubuh loe, lanjut tidur! Sudah malam juga."
"Makasih Lisa, you are the best friends ever, he...he...he..." Persahabatan mereka yang sangat erat, saling membantu satu sama lain, hingga jauh di perantauan.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
ikuti kelanjutan yuk akak sekalian😘
jangan lupa klik like, lalu komen membangun, biar sayanya semakin bersemangat menghalunya 🤭🤭
To be continued 😉
Salam Sayang Selalu By RR 😘
Hermansyah melajukan mobilnya mengarah ke kediamannya, gerbang terbuka lebar dan terlihat mobil terparkir rapi tepat di depan pintu masuk rumahnya.
Senyuman dari seorang ibu yang telah menanti kepulangan selalu menyejukkan hatinya, walaupun kegundahan tentang kehidupannya sulit untuknya begitu saja ia lupakan.
"Ma... Maaf tadi ada sedikit kendala, jadi agak terlambat sampai di rumah," Hermansyah meraih tangan wanita yang selama ini menjadi tempat mengadu dengan segala keluh kesahnya.
"Papa, ada di dalam kamar Her, sepertinya Kayla baru saja tidur," ucap Ariani
"Kenapa larut sekali Ma? harusnya jam delapan Kayla sudah bobo, apa dia rewel hari ini?" Herman memberikan tas kerjanya kepada bi Ijah asisten rumah tangga yang membantu mengurus rumah dan kebutuhan Kayla.
"Mandilah Herman, Mama akan memanasi makanan kesukaan mu," Bu Ariani menuju dapur dan memanasi makan malam Herman yang sudah terlambat satu jam lebih.
Herman sendiri menuju kamarnya dan membersihkan dirinya, beberapa saat setelah lebih menjadi segar dan bersih ia kembali menemu Bu Ariani untuk makan malam.
Dengan lahap Herman menyantap makanan kesukaannya, dengan di dampingi Bu Ariani. Kedatangan Bu Ariani bersama pak Baskoro rutin mereka lakukan pada pertengahan pekan, dan akhir pekan adalah waktu Herman membawa Arsyakayla putri Ariansyah berkunjung ke rumah eyangnya.
"Herman...sampai kapan semua ini akan usai? Kau masih muda nak! Dan Kayla membutuhkan pendamping dan kasih sayang yang harus ia rasakan pada masa pertumbuhannya." Ini sudah kesekian kalinya Bu ariani menekankan Herman untuk segera mengambil ketegasan untuk Nadira istrinya yang selama ini sudah melampaui batas sebagai istri dan ibu dari seorang bocil yang masih sangat memerlukan kasih sayang dan perhatian seorang ibu.
"Seorang istri tidak akan meninggalkan keluarganya lebih dari dua puluh empat jam, keluarga kecil yang kau bina sudah tidak wajar dan tidak sehat, Herman."
"Ma.... Saya sangat mencintai Nadira, dia sebagai ibu dari anak saya ma! Tidak mungkin saya menceraikan dan itu mustahil ma! Karena saya sangat mencintainya."
"Herman ..! Tapi apa yang kamu dapat, Cinta.... Cinta yang bagaimana, fikirkan baik-baik Mama hanya mengharapkan kehidupanmu yang normal, herman! Tidak lebih."
"Mama akan tinggal disini hingga akhir pekan, segera beri keputusan. Kali ini Nadira sudah benar-benar kelewatan dalam waktu dua Minggu dia meninggalkan kalian begitu saja." Mau tidak mau, Bu Ariani semakin geram saja atas sikap Herman yang selalu mengalah dengan istrinya yang di nilai sudah sangat menyimpang dari sikap istri yang seharusnya.
Tinggallah Herman sendiri menikmati makan malamnya yang tiba-tiba menjadi hambar tanpa kenikmatan rasa pada lidahnya.
Nadira Aswari adalah cinta pertamanya, dan hanya dia yang mampu meruntuhkan hati seorang Hermansyah, demi kesuksesannya Hermansyah memberikan ijin untuk mengembangkan kariernya sebagai foto model dan mengharuskan Nadira untuk keluar-masuk negeri orang dengan dalih job dan pendidikan sebagai model yang saat ini sedang ia tekuni.
Hermansyah kembali berjalan gontai menuju kamarnya, menatap bingkai besar yang terpampang foto pernikahannya, janji setia yang ingin ia pegang teguh hingga akhir hayat hanya dengan satu cinta. Namun kini serasa di ujung tanduk.
"Dira...apa yang kau lakukan di luar sana? Kebodohan seperti apalagi yang kau berikan padaku? Apakah dengan cara ini kau berusaha untuk mencampakkan diriku? Kembalilah? aku sangat merindukanmu, ingat anak kita Dira! Dia buah cinta kita." Hermansyah akhirnya terlelap, setelah lelah bermonolog dengan dirinya sendiri.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Pagi kembali menyapa dunia dengan cicit burung gereja yang selalu menyapa pagi indah keluarga Hermansyah.
Arsyakayla putri Ariansyah, batita yang gemoy, lucu dan menggemaskan dengan kulit yang putih bersih serta suaranya yang cedal untuk belajar bicara di usianya.
"Mama mama, mamam," sambil berlari memeluk kaki Bu Ariani sambil menjerit-jerit menggemaskan, memberikan suasana pagi dengan kehebohannya.
Sarapan pagi sudah tertata rapi, semua duduk menikmati nikmatnya nasi goreng dengan telur ceplok, bersama jus jambu kesukaan Herman, bi Ijah yang sudah menjadi bagian dari keluarga pak Baskoro sejak Herman kecil, sangat memahami apa kesukaan sang majikan di atas meja makan mereka.
"Herman, sepertinya papa akan jarang mengikuti mu ke perusahaan, papa akan menikmati hari tua papa dengan hidup di kampung bersama mama di sana, segera beri kepastian kami tentang hubungan yang kalian bina selama ini!"
Bagaikan sabetan cemeti yang tepat mengenai ulu hati Herman ketika mendengar ucapan pak Baskoro yang pelan tapi cukup menusuk hati.
"Papa... Beri waktu untuk saya, biarlah saya mencari jawaban tentang kelakuan Nadira, saya akan menyelidikinya sendiri." Jawab Herman memberikan kepastian kepada pak Baskoro dan Bu Ariani yang duduk bersebelahan.
Tiba-tiba...
"Mamaa..... mamam...mamam..."
Berjalan sambil berjinjit kaki dengan menggenggam biscuit kesukaannya. "Uhh sayangnya eyang... Sini sini sama eyang uti" setelah usai melakukan sarapan bersama, Bu Ariani membawa Kayla berjalan dengan sepeda dorong menyusuri halaman di sekitar rumah dengan menghirup udara dan menyaksikan pemandangan tanaman bunga hias yang tertata rapi dan cantik oleh mang Sholeh suami bi Ijah yang sudah sekian tahun bekerja pada keluarga pak Baskoro.
Sementara pak Baskoro mengikuti Hermansyah menuju ke perusahaan miliknya, yang sudah dua tahun di kelola oleh Hermansyah.
"Mama... Herman berangkat, titip Kayla! Mama jangan terlalu capek," Herman mencium punggung tangan Bu Ariani lalu mencium pipi gemoy dan lucu Kayla yang sedang duduk di sepeda roda tiga miliknya.
"Berangkatlah, kami akan menunggu kepulangan kalian, dadah papa..." Bu Ariani melambaikan tangannya yang menggenggam tangan kecil Kayla.
"Ma...papa berangkat dulu, jangan terlalu capek. Bawa Kayla kedalam, hmm." Oak Baskoro berpesan kepada Bu Ariani dan mencium keningnya lembut.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
To be continued 😉
Selamat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan 1444 H. Semoga ibadah puasa kita mendapat rida dari Allah SWT dengan meraih ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Salam sehat, salam sayang selalu by RR 😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!