Dua gelas air mineral

Anjani yang tidak menyadari akan pandangan mata pak Baskoro, dengan santai ia menikmati nasi uduk Mak Siti sambil melepas lelahnya setelah separuh harinya ia lalui dengan giat bekerja.

"Jani, husshh makan kok sambil melamun kebanyakan nonton film India yaa... kenapa jidat loe Jani! pasti buah karya pecicilan ini yah?" Suara cempreng teman seprofesinya. Mereka duduk berjejer sambil menikmati pesanan makanan masing masing.

Hermansyah dengan santai juga menikmati menu makan siang bersama pak Baskoro, sambil sesekali pak Baskoro mencuri pandang Anjani yang sedang serius makan dan bercanda dengan teman-temannya setelah itu.

Makan siang pun telah usai, satu persatu para karyawan pabrik meninggalkan bangku kantin dan menuju tempat kerja masing-masing.

Kring...krink....

"Hallo sayang..."

"Sayang.... Minggu ini aku masih belum bisa pulang ya, mungkin aku akan singgah di Singapore untuk beberapa Minggu di sana, aku butuh uang sayang....!"

Suara manja di balik ponsel milik Hermansyah sudah jelas bahwa itu adalah Nadira Aswari.

"Dira, hati hati kau disana jaga kesehatan, ingat itu!" Herman melanjutkan pembicaraannya melalui ponsel dengan raut muka bahagia yang di buatnya agar pak Baskoro tidak mencurigai dengan siapa lawan bicaranya.

Panggilan Nadira akhirnya usai juga, setelah Hermansyah melakukan transfer uang yang ia inginkan ke rekening miliknya.

Setelah kembali duduk di meja kerjanya kesibukan aktifitas kantor sedikit membantu Hermansyah untuk melupakan kerinduannya kepada Nadira, yang sudah hampir dua Minggu meninggalkan dirinya dan Kayla buah hati yang masih berusia belum genap dua tahun.

"Herman....sepertinya papa akhir Minggu ini harus ke Surabaya untuk meninjau cabang Anexaplast untuk beberapa hari, dan sepertinya kau harus cari pendamping Mama untuk menjaga Kayla yang sudah mulai aktif." Pak Baskoro menatap serius kepada Herman.

"Pa... Apa tidak sebaiknya saya saja yang ke Surabaya! Mengingat kondisi di sini sudah sangat stabil," Herman sebagai pemegang saham lebih dari lima puluh persen, dan memang sudah menjadi jadwal rutin Herman mengunjungi satu persatu anak cabang usahanya.

"Coba nanti kita bicarakan sama mama, mana yang lebih baik." Ucap pak Baskoro sembari meneguk minuman dalam gelasnya hingga tuntas.

Herman melirik air dalam gelas pak baskoro sudah habis, ia menekan tombol mikrofon untuk meminta air mineral pada office boy.

"Jani... Kalau ke atas aku titip ini yah! Soalnya aku harus ke tempat pak Johan antar pesanannya juga," seorang temannya menyodorkan dua gelas air mineral di atas nampan kepada Anjani.

"Siap kak, buruan ke ruang finishing gih! hati-hati loh ya! Nanti pak Johan taringnya bisa keluar kalau terlambat tuh, he... he...he..." Gurau Anjani yang memang pada dasarnya ia suka bercanda.

Anjani melenggang melangkah kakinya menuju lift dan menekan tombol untuk ke ruang direktur.

Dengan membawa nampan berisikan dua gelas air mineral pesanan Herman.

"Permisi...!" Anjani mengetuk pintu kaca dan mendapati Simon yang sibuk dengan kegiatannya yang bergelut dengan komputernya.

Simon mendongakkan kepala, menatap kearah Anjani. "Oh hii gadisku! Dih.... Tau aja kalau Abang sedang haus, sini."

"Lah... Maaf pak Simon, ini buat bapak direktur, beliau pesan air mineral dua gelas satu untuk bapak Herman dan satu lagi untuk bapak Baskoro, jadi bapak tidak including dalam pemesanan, permisi." Jawaban Anjani membuat Simon melongo seketika.

Ia tidak pernah menduga kalau gadis cleaning service yang pendiam tapi kadang bermuka jutek itu ternyata mempunyai selera humor yang lumayan juga.

"Iya silahkan!" Mau tidak mau Simon mempersilahkan Anjani untuk masuk ke ruang direktur.

Anjani mengetuk pintu pelan, dan mendapatkan sahutan dari dalam untuk masuk.

Anjani memutar handle pintu, lalu masuk dan menyapa mereka dengan sopan, "selamat siang pak, saya mengantar air mineral pesanan anda,"

"Baik terima kasih," Herman menatap Anjani dengan berkerut kening.

"Loh kok kamu lagi? Bukannya mang isan yang bagian pantry, besok kamu cuti saja. Biar lutut sama keningmu sembuh dulu." Herman bicara sambil menulis sesuatu lalu memberikan kepada Anjani.

"Tapi pak..!

"No tapi, no debat, lakukan! Jangan masuk kerja sebelum kakimu sembuh!" Herman menekankan kata-katanya kepada Anjani yang masih menundukkan kepalanya.

"Baik pak terima kasih, permisi." Anjani Berlalu da mohon diri.

P⁰ak Baskoro menatap dalam diam kearah Anjani, "sebentar! Siapa namamu?"

Anjani reflex menatap kepada pak Baskoro, "maaf pak, saya Anjani Layang Abigail, karyawan baru di bagian cleaning service." Jawab Anjani lugas sambil membungkukkan tubuhnya.

Herman menatap kearah pak Baskoro dan mereka saling pandang sesaat, "Berapa usiamu Anjani? Pertanyaan pak Baskoro masih saja berlanjut.

"Saya dua puluh dua tahun, Tuan, maaf apakah saya berbuat kesalahan?" Jawab Anjani memberanikan diri untuk bertanya kepada pak Baskoro.

"Lalu kenapa lutut dan keningmu? kalau sakit kurang enak badan, sebaiknya istirahat saja dulu jangan memaksakan tubuh kurang fit untuk tetap bekerja!"

Wajah Anjani pias seketika, dia menatap kearah Herman berharap sebuah jawaban bantuan.

"Anu tuan...."

"Luka pada kening dan lututnya itu, kemaren terjadi sedikit insiden di parkir Pa, saya yang menabrak." Herman menjawab pertanyaan pak Baskoro sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Baiklah... Kembalilah kau boleh pergi Anjani, selebihnya istirahat saja." Jawaban pak Baskoro membuat Anjani sedikit lega.

Anjani dengan sopan mengucapkan salam dan pergi meninggalkan ruangan, tinggallah Hermansyah bersama pak Baskoro yang masih berkutat dengan pikirannya masing masing.

Sunyi...! Hanya detak jam dinding saja suara yang mendominasi ruangan.

"Kenapa sampai terjadi tabrakan Herman? Seharusnya kau beri dia waktu untuk beristirahat." Sela pak Baskoro sambil kembali meraih air mineral dalam gelasnya.

Herman menyikapi ucapan pak Baskoro dengan senyuman, tidak heran juga, sebab sudah menjadi rahasia umum kalau pak Baskoro selalu perhatian kepada setiap karyawannya.

Sedangkan Anjani keluar dari ruangan dengan perasaan lega, menghela nafas panjang dan menepuk dadanya sambil membuang nafas seolah-olah baru saja bertemu dengan hantu di siang hari.

Simon menatap Anjani dengan mengerutkan keningnya, menduga apa yang terjadi dengannya.

"Anjani...apa kau sakit? Kau bisa beristirahat atau aku antar kamu pulang, aku sudah tidak sibuk kok, duduk dulu aku bereskan mejaku! Ku antar kau pulang." Tawar Simon ketika melihat wajah Anjani yang sedikit pasi, dengan kaki sedikit pincang.

"Maaf pak! Saya naik ojek saja. Lagian saya baik-baik saja kok pak Simon." Anjani menolak halus tawaran Simon yang ingin berbuat baik padanya.

"Saya permisi dulu pak!" Anjani berlalu membawa nampan kosong menuju pantry di lantai dasar.

'ah....gadis itu, cantik, lembut cinta tidak mengenal kasta, aku harus bisa mendapatkan hatinya, pokoknya semangat sambil berusaha' batin Simon sambil menatap ke arah ponselnya yang terdapat notif wassup.

'kerja yang baik, lihat yang bening-bening sudah nyosor aja loe'

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

To be continued 😉

Selamat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan 1444 H. Semoga ibadah puasa kita mendapat rida dari Allah SWT dengan meraih ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Salam sehat, salam sayang selalu by RR 😘

Terpopuler

Comments

ꍏꋪꀤ_💜❄

ꍏꋪꀤ_💜❄

yg bening kan bagus buat penglihatan 😆😆

2023-04-09

0

⏤͟͟͞R𝐈𝐍𝐃𝐔ᵇᵃˢᵉ𝕸y💞🍀⃝⃟💙

⏤͟͟͞R𝐈𝐍𝐃𝐔ᵇᵃˢᵉ𝕸y💞🍀⃝⃟💙

nyosor aje.. kek bebek🤣🤣

2023-04-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!