TERROR [ END ]

TERROR [ END ]

GALANG DAN LELAKI TUA

Pada siang nan terik, jalanan ramai didominasi motor dan juga mobil. Galang yang kala itu hendak menuju ke lokasi proyek yang baru, memilih untuk singgah ke sebuah warung. Pikirnya, segelas teh manis akan sangat segar membasahi kerongkongannya yang kering itu. Galang lantas memarkir motornya seraya lekas melangkah masuk ke dalam warung dan kemudian memesan segelas es teh manis untuknya. Di hadapannya, terdapat sebuah keranjang berisi beraneka ragam gorengan. Sungguh menggugah selera, Galang pun tak kuasa untuk tidak mencicipinya.

"Ini mas, es tehnya," ucap si pemilik warung sembari menyajikan pesanan.

"Iya buk, terima kasih. Gorengannya berapaan buk?" tanya Galang.

"Seribuan mas."

"Wah, murah sekali," benak Galang.

Tanpa basa-basi lagi, lekas ia ambil potong demi potong gorengan di hadapannya, benar-benar lezat. Es teh manisnya pun terasa pas.

"Mau ke mana mas? sepertinya bukan orang sini sampean (kamu)?" tanya seorang lelaki tua yang duduk di depan Galang.

"Iya pak, saya dari kota.. ke sini karena ada kerjaan."

"Kerja di mana?"

"Di proyek pembangunan perumahan baru."

"Di desa pun mau dibangun perumahan ya? sudah seperti di kota saja."

Galang nyengir.

"Iya pak. Lama-lama, desa akan jadi ramai seperti di kota."

"Di desa juga ramai mas. Mas saja yang tidak bisa melihatnya."

"Hemm..."

"Banyak keramaian yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang."

Mendengar pernyataan itu, Galang segera paham.

"Ngapunten pak (maaf pak)! maksud bapak, keramaian dari alam lain ya?"

Lelaki tua itu pun tersenyum. Galang ikut tersenyum juga.

"Dari ekspresi yang mas tunjukan, sepertinya mas gak percaya kalau ada alam lain selain alam manusia?"

"Bukannya tidak percaya tapi... saya memang belum pernah sekali pun melihat penampakan. Bahkan, selama saya menjadi mandor proyek, tidak pernah juga melihat hal-hal demikian. Ada banyak sih pak yang cerita tentang pengalaman mistis ke saya tapi saya, rada susah untuk percaya."

"Karena tidak pernah mengalaminya sendiri ya makanya sulit untuk percaya?"

Galang kembali nyengir lalu menganggukkan kepala. Perbincangan itu pun berhenti sesaat ketika Galang memesan mie instan. Tampaknya, lelaki tua tersebut tidak ingin mengganggu Galang yang sedang melahap makanan. Setelah dirasa kenyang, Galang membayar pesanannya lalu beranjak dari sana. Namun, lelaki tua tadi tiba-tiba menahan lengannya dan seketika itu juga, pandangan Galang menjadi gelap. Hanya sepersekian detik saja dan semuanya kembali terang seperti semula.

"Kenapa ini?" benak Galang sembari mengerjapkan mata.

"Hati-hati ya mas!" ucap lelaki tua itu lalu melepaskan lengan Galang.

"Oh, iya pak iya. Terima kasih ya! saya pamit dulu, saya mau melanjutkan perjalanan!"

"Iya," jawab lelaki tua itu sembari mengangguk.

Galang tidak memiliki firasat apa pun dan tidak terlalu memikirkan pandangannya yang tiba-tiba gelap ketika lengannya di pegang lelaki tua tadi. Ia hanya terfokus pada jalur jalan menuju lokasi proyek yang hendak ia garap selama kurang lebih lima bulan ke depan.

...🌟🌟🌟...

Sekitar pukul dua siang, Galang telah sampai di lokasi perumahan. Di sana, telah dibangun satu rumah sebagai rumah contohnya. Rumah itu jugalah yang nantinya akan Galang tempati bersama lima orang pekerja. Ada pun kepala proyeknya adalah kakak kandungnya sendiri, mas Fahmi. Mas Fahmi disibukkan dengan proyek pembangunan gedung di kota. Karena itulah, Galang yang diminta untuk menjadi penanggungjawab sekaligus pengawas untuk proyek di sini. Dua orang tukang sudah datang mendahului Galang. Tinggal tiga orang lagi dan semuanya akan lengkap.

"Sudah pada makan semua atau belum kalian?" tanya Galang kepada dua pekerjanya.

"Sudah mas."

"Ya sudah, saya mau mandi dulu lalu istirahat!"

"Iya mas."

Satu jam kemudian, tiga pekerja lainnya, tiba. Lengkaplah sudah dan pembangunan akan dimulai pada keesokan harinya.

...🌟🌟🌟...

Malam menjelang seiring dengan terdengarnya suara katak, jangkrik dan juga tonggeret. Suara khas di pedesaan ketika malam datang. Di langit, bintang bertaburan, sejauh mata memandang. Angin berembus pelan, menggoyang dahan-dahan pohon di halaman.

"Kamu, sudah sempat keliling ke sekitaran sini Tra?" tanya Galang kepada Putra, salah seorang pekerjanya.

"Sudah mas, ada warung di sana dan di sana. Saya sama Harun, beli makan di sana tadi," jawab Putra sembari mengayunkan tangan, menunjukkan arah.

"Oh, iya-iya. Besok pagi ikut saya ke pasar ya! belanja mie, gula, kopi dan lain-lain untuk persediaan kita. Sekalian cari ATM juga. Kayaknya gak ada di dekat-dekat sini."

"Iya mas. Monggo rokok an dulu mas!" ucap Putra sembari menawarkan rokok miliknya kepada Galang.

"Tidak usah Tra, saya sudah lama tidak merokok."

"Oh, semenjak tunangan sama mbak Nadia ya mas?"

Galang nyengir.

"Iya Tra, Nadia pengennya saya berhenti merokok. Ya sudahlah, saya turuti saja. Bisa menghemat pengeluaran juga. Itung-itung nabung buat biaya kawinan."

"Iya mas, kalau saya sih sudah kecanduan sama rokok. Sulit kalau harus berhenti. Apalagi kalau ada kopi, wah mana bisa ditolak?"

Jawaban Putra mengundang gelak tawa keduanya.

...🌟🌟🌟...

Di sela-sela obrolan santai antara Galang dan Putra, ponsel Galang bergetar. Itu adalah notifikasi dari pesan singkat yang Nadia kirimkan. Pesan yang berisi pertanyaan template yang berulang ditanyakan. Namun, jika pesan itu berasal dari orang tersayang, tentu tidak akan bosan untuk menjawab.

[ "Sedang apa?" ]

[ "Sudah makan?" ]

[ "Kapan mulai kerja?" ]

[ "Capek gak?" ]

Hingga diluncurkannya pertanyaan pamungkas yang membuat rindu kian mengular.

[ "Kapan pulang? gak kangen ya?" ]

Galang tersenyum membaca pesan manja dari kekasihnya. Keduanya memanglah telah bertunangan dan akan segera melangsungkan pernikahan. Rencananya, setelah proyek pembangunan perumahan ini kelar, bulan depannya, mereka akan menikah. Segala persiapan telah dilakukan. Mulai dari memilih MUA hingga memesan undangan. Tak lupa, membeli souvenir pernikahan.

Sebenarnya, Nadia merasa keberatan karena ditinggal selama lima bulan menjelang pernikahan. Namun, Galang meyakinkan kalau itu adalah terakhir kali, ia ditinggal. Setelah proyek selesai, mereka akan menikah dan Galang akan selalu mengajak Nadia, ke mana pun ia ditugaskan. Lagi pula, gaji dari proyek ini nanti, bisa Galang kumpulkan untuk tambahan biaya pernikahan atau pun untuk keperluan lainnya setelah keduanya menikah.

[ Sudah malam sayang, buruan tidur ya! besok kan kamu harus bekerja. ] - Tulis Galang dalam pesan singkatnya.

Nadia bekerja di sebuah swalayan sebagai kasirnya. Ada beberapa kasir dan ia, salah satunya. Kurang lebih, sudah dua tahun, Nadia bekerja di sana. Baik Galang maupun Nadia, saling menyisikan sebagian dari gaji mereka untuk merealisasikan rencana indah keduanya yakni pernikahan.

[ Iya sayang, aku tidur dulu! kamu jangan malam-malam tidurnya! jangan begadang terus sama para pekerja! ] - Balas Nadia.

[ Iya sayang, mimpi indah ya! ] - ketik Galang mengakhiri percakapan mereka.

...🌟 BERSAMBUNG 🌟...

Terpopuler

Comments

Yunita Karim

Yunita Karim

❤️

2024-04-01

1

Putra Haryanto

Putra Haryanto

apakah novel ini ada lanjutan nya?

2024-03-28

1

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝙖𝙬𝙖𝙡 𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙙𝙖𝙝 𝙢𝙚𝙣𝙖𝙧𝙞𝙠 𝙢𝙙𝙝"𝙖𝙣 𝙥𝙖𝙧𝙩" 𝙗𝙚𝙧𝙞𝙠𝙪𝙩𝙣𝙮𝙖 𝙡𝙗𝙝 𝙨𝙚𝙧𝙪

2023-07-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!