PERINGATAN

Di mess, Putra menceritakan pengalamannya bersama Galang saat membeli makanan di warung sambelan. Dengan sangat antusias, ia ceritakan. Hari itu, tak ada warga yang mampir. Mungkin karena berita mengenai Tira sudah menyebar ke seluruh warga sehingga untuk sementara waktu, mereka tidak mampir dulu.

"Serem banget proyek kali ini," sahut Harun.

"Iya, banyak memedi (hantu)," sahut pekerja yang lain.

Sementara itu, Galang masih berusaha mengelak sebab, ia tidak melihat sendiri punggung bolong si wanita tadi.

"Mas Galang beruntung gak lihat. Saya sampai gemeteran gitu tadi," ucap Putra.

"Terlepas dari beruntung atau tidak, biarkan saja! yang terpenting kita di sini, fokus untuk bekerja, menyelesaikan proyek pembangunan lalu dapat bayaran. Setelah itu, kita balik ke rumah, kumpul lagi sama keluarga."

"Tapi mas Galang ini percaya gak sih mas sama apa yang saya lihat tadi?"

"Hemm.. aku juga bingung Tra. Soalnya, aku kan gak lihat apa yang kamu lihat tadi. Menurut pandanganku, wanita tadi terlihat normal seperti kita ini. Cuma memang sedikit aneh saja saat dia minum kopi hitam tanpa gula dalam sekali waktu."

"Nah, cara minumnya saja kan sudah tidak biasa mas."

"Tapi kan gak bisa dijadikan alasan untuk langsung ngejudge dia sebagai setan."

Putra mengerutkan dahi tanpa menjawab apa-apa. Percuma juga berusaha meyakinkan orang yang di dalam hatinya tetap menolak kebenaran. Hanya menyisakan capek yang pada uungnya malah membuatnya jadi kesal. Itulah kenapa, Putra memilih untuk mengakhiri topik tentang sundel bolong di warung sambelan.

...🌟🌟🌟...

Malam hari ketika semua orang telah terlelap, lamat-lamat Galang merasakan pipinya disentuh oleh seseorang. Sentuhan lembut yang akhirnya membuat ia terbangun.

...Demm......

"Tira? kamu ... kok.."

Galang mengedarkan pandang ke sekeliling ruangan.

"Kamu kok bisa masuk ke dalam kamar? siapa yang bukain pintu?"

Tira hanya diam hingga akhirnya, Galang sadar kalau Tira, bukanlah manusia. Dia tidak membutuhkan seseorang untuk membukakan pintu untuknya.

...Deg.....

"Kamu.. mau apa? area permainan kan sudah ada."

"Tira cuma mau bilang, om Galang jangan terus menerus mengelak. Kami ini ada, bangsa kami itu ada. Buktinya om Galang bisa melihat saya. Ini baru awalnya, nanti akan jauh lebih banyak hal yang akan om Galang lihat."

Galang hanya diam sebelum kemudian meminta Tira untuk pulang.

"Oke Tira, om Galang mengerti. Ini sudah sangat malam, kamu pulang ya! om Galang mau beristirahat!"

"Iya."

Sosok Tira pun membalikkan badan seraya berjalan menuju pintu kamar. Galang mengekor di belakang dan dapat ia lihat kalau Tira menembus pintu rumah begitu saja. Dengan cepat, Galang mengintip dari balik jendela dan terlihatlah sosok Tira yang tengah berjalan menjauh dari rumah mess menuju area perkampungan dan setelah itu, malam seolah melahapnya. Tira sudah tidak kelihatan.

"Jadi, Tira benar-benar hantu? astaga! kemarin-kemarin setidak percaya itu, aku."

Hari itu, Galang kesulitan untuk tidur. Dia mulai mempercayai semua hal yang sebelumnya, ia anggap sebagai isapan jempol semata. Pikirannya pun melayang ke mana-mana. Mulai dari sosok Tira, issue tentang setan penjual bakso hingga sosok sundel bolong yang menjadi pelanggan warung sambelan. Dengan apa yang baru saja Galang lihat, perlahan ia mulai mempercayainya. Meski punggung bolong si pelanggan warung sambelan tidak ia lihat tapi kini, ia mempercayai ucapan Putra.

"Ah sial! kenapa jadi begini sih? sepanjang hidupku, baru di proyek ini mengalami hal-hal yang di luar nalar. Aku kan, gak peka dengan begituan. Kenapa sekarang jadi sering bisa lihat? aneh!"

Galang hanya gelibukan di atas ranjang hingga sekitar pukul dua malam. Barulah ia, bisa terlelap. Namun, jam enam pagi harus lekas bangun untuk bersiap-siap, sarapan lalu bekerja lagi. Ada deadline yang harus ia dan para pekerja kejar.

...🌟 BERSAMBUNG 🌟...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***